Archive for the ‘Naskah Drama’ Category

LEGENDA KEN DEDES

BABAK I
Sebuah Sungai di desa Wonopati, kabupaten Tumapel. Perempuan-perempuan mandi dan mencuci pakaian. Pagi buta itu adalah kegiatan mereka ngerumpi.
Seiring lampu Fade in, terdengar tawa renyah mereka.
Ken Memey : (menepuk pantat) Nih… panjat Jelo!
Ken Siti : Alah. Ken memey ini, segitu aja bangga. Nih… Mungil, lincah dan seksi (menggerai rambut, lalu berpose) Paris Hilten, sang penggoda.
Ken Taki : (datang) Spada… enibadi Hom…?
Ken Siti segera mencipratkan air ke arah Ken Taki yang baru datang.
Ken Taki : Ini apa-apaan ini, ada yang jelo ada yang Paris Hilten. Wong saya yang mirip Karmen Elektra aja nggak somby kok.
Ken Memey : Heh,,, body kaya gitu Karmen Elektra? Bolam Elektra tahu nggak sih?
Semua tertawa…
Ken Royah : Eh. Mbak Ken Memey, gimana jadi nggak nikah sama pak Lurah.. udah 2 tahun janda lho kok tenang—tenang saja.
Ken Memey : Hus! Sapa yang tenang Roy, tiap malem aku tuh menggelinjang sendiri. Nggak ada yang mau nangkep…
Ken Taki : Alah.. pas kapan itu saya liat Pak Lurah baru mengendap-endap kaya mengetuk jendela Mbak Ken Memey. Kaya Agen CIA aja, nggak tahunya agen tabloid porno.
Ken Memey : Heyy..heyy.. heyy.. are you speaking? Please deh.. yang agen-agenan gitu jangan di sebut. Itu karena pak Lurah perhatian sama rakyat. Jangan sampe aku yang janda semok ini digosipkan yang enggak-enggak. Aksi intip pak Lurah itu, Cuma buat mastiin, kalo Ik baik-baik aja dan terselimuti dengan hangat. just that. Itu aja… jangan dibesar-besarin dong.
Ken Taki : Emang punya pak Lurah udah besar, nggak boleh dibesarin lagi…
Semua tertawa ngikik…
Ken Siti : sebenarnya gimana sih hubungan mbak Ken Memey sama Pak Lurah baru?
Ken Memey : Hubungan kami? Ouugghh.. ya jelas hot berguling-guling. Dia kwalahan terus terima seranganku.. (terdiam) maksudmu hubungan…
Ken Siti : maksud saya, serius pacaran apa cuma TTM aja?
Ken Memey : Duuhh.. gimana ya? Dia tuh oke, tapi…
Eh.. udah pada lihat si sales kuda itu belum?
Ken Royah : Sales Kuda?
Ken Memey : Sales Kuda. Itu tuh yang sekarang nginep di rumah Pak Lohgawe. Dia itu penjual Kuda. Sekarang dia jadi menejer pemasaran kuda di daerah Tumapel. Ngekos di rumah pak Lohgawe.
Ken Taki : Oo.. si rambut pirang itu
Ken Memey : Iya.. wuiihh cuakep banget. Perut nya six pack lho. Rambutnya pirang, bule Amrik, keren Boo…

Ken Dedes Muda datang…
Ken Siti : Nah.. ini nih yang cocok ama Kang sales Kuda. Siapa namanya ?
Ken Taki : Ken Arok.
Ken Royah : Dedes-Arok, cocok ya..
Ken Taki : Wow… se level ama Rama-Sinta tapi ada yang lebih cocok lagi
Ken memey : siapa?
Ken taki : Taki-Arok
Semua sigap menimpuki taki dengan baju-baju basah…
Ken Memey : siapa tadi yang bilang Dedes cocok ma Arok? Alasannya apa?
Ken Siti : Lho. Ya jelas yang cowok ganteng, yang cewek cantik.
Ken Memey : denger ya! Belum ada undang-undang yang menyatakan cowok paling ganteng harus jodoh sama cewek paling cantik. And…Belum ada survey yang valid soal siapa yang paling cantik di Tumapel. You jangan menghembuskan gossip sembarang gossip okeyyy…?!!

BABAK II
Ken memey memandang Ken Dedes dengan sinis, Ken Dedes Cuma senyum dan melanjutkan kegiatan.
Ken Arok diiringi penari berkuda. Mereka memasuki desa Wonopati dan hendak menemui Empu Purwa.

Penunggang Kuda memarkir kudanya, lalu bergerombol berubah menjadi kumpulan gadis-gadis yang mengagumi kegantengan Ken Arok.
Gadis-gadis tertawa cekikikan. Ken Arok jadi salah tingkah. Lalu Ken Dedes dan Ken Taki pulang dari sungai.
Ken dedes : maaf, cari siapa?
Ken Arok : Kamu,.. ehh.. kamu. Eeee.. cari.. kuda.. ya kuda.. eh saya punya kuda.. pria.. pria.. bapak.. ee siapa saja orang pria yang ada di rumah.. saya mau jualan kuda.
Ken Taki : oo,,.. situ sales kuda to? Kok ga pake dasi. Sales-sales barang elektronik pada make dasi lho mas. Yang nggak pake dasi biasanya mendreng. Jualan alat-alat rumah tangga dengan bayaran dicicil.
Ken Dedes : Taki!. Sebentar mas, saya panggilkan.
Ken Dedes masuk rumah.
Ken Taki : (pada gadis-gadis) stop! The End. Pertunjukan bule ini selesai. Dia ke sini bertamu. Otomatis harus masuk ruang tamu. End you-you semua harus off dari sini. Atau you baris jadi satu sama kuda?
Ken Taki masuk rumah. Gadis-gadis pergi. Mpu Purwa keluar
Mpu Purwa : OO.. mas …
Ken Arok : Arok. Ken Arok.
Mpu Purwa : Mangga-mangga ken Samrock.
Ken Arok : What? Arok. Bukan Samrock. Samrock itu preman suka gulat.
Mpu Purwa : Oo ya.. mari silakan duduk. Pak Lurah sudah cerita tentang kedatangan Anda.

Ken Dedes keluar dengan minuman
Mpu Purwa : di Texas sekarang musim apa Mas?.
Ken Arok : Di tempat saya punya asal, sekarang sedang musim tembak-tembakan. Cowok menembak cewek. Dan sekarang cewek mulai berani menembak cowok. Di sini pak?
Mpu Purwa : Di sini musim tenda. Di mana-mana banyak tenda mas. O ya. Kenalkan ini ken Dedes, putri saya semata wayang.
Ken Arok : what?! Matanya kaya wayang?
Mpu Purwa : bukan matanya kaya wayang. Semata wayang. Ontang-anting.
Ken Arok : o.. I see- I see. Ontang anting. Boleh, boleh.
Ken Taki : (menyusul dengan piring snack) boleh apanya mister koboi?
Ken Arok : maksud saya, boleh saja beranak satu, dua juga boleh, tiga juga boleh. Sepuluh juga boleh.
Mpu Purwa : Dedes… tolong ditemani sebentar. Romo mau ke lurah sebentar. Ngobrol sama anak saya dulu mas Ken Arok.
Ken Arok. : Siap Romo.

Mereka duduk ngobrol dari mulai canggung sampai sangat akrab. Bersamaan dengan itu musik mengalun. Penari bersliweran.

Di rumah Ken Memey, rupanya semalam Pak Lurah menginap di rumah Ken Memey. Pagi ini Pak Lurah bersiap berangkat bekerja.
Lurah Baru : Tapi… kanapa sih. Kamu jadi sibuk ngurusin mereka. Biar saja. Ken Arok itu cuma penjual kuda. Dan kamu juga sudah janji sehidup-semati sama aku. Untuk apa ribut soal pacarannya Ken Arok dan Ken Dedes?
Ken Memey : O my god! Sayangku. Sayanngku lupa ya. Yu itu lurah. Harus paham politik, harus paham spionase, harus paham tips dan trik. Lagian saya ini spionase. Ken Dedes adalah potensi yang harus diketahui Tunggul Ametung. Cewek se seksi Ken Dedes tidak boleh jatuh ke tangan pemuda berwatak jahat. En.. aku masih cukup manusiawi. Kalo sampe Ken dedes diambil Tunggul Ametung ketika dia sudah punya pacar, Yu bisa bayangin sendiri, gimana rasanya kalo pacar yu diambil orang. Nah, karena sampe hari ini Tunggul Ametung belum merespon. Tugasku adalah mengawasi supaya Ken Dedes tetap dalam status single.
Lurah Baru : tapi apa mereka beneran pacaran?
Ken memey : apapun itu. Yang jelas aku harus lakukan pencegahan. Aku juga dapet info kalo Ken Arok itu buronan di negaranya. Ada potensi dia ke sini untuk menggalang kekuatan dan merebut pemerintahan.
Lurah : kamu terlalu jauh berpikir sayangku! Janga banyak nonton 007.
Ken Memey : ney..ney..ney! ik tidak sedang menghayal. Ini bener-bener kenyataan sayangku.

BABAK III

Di rumah, Ken Dedes melamun, lalu Taki datang.
Ken Taki : Kok keliatannya nggak ada smilenya nih, kenapa ndes? Eh Ken dedes.
Ken Dedes : nggak tahu ki, rasanya nggak mood aja.
Ken Takli : Huhuyy… jatuh cinta….
Ken dedes : dah dari kemaren-kemaren (tersenyum simpul)
Ken Taki : Rindu-rindu
Ken dedes : dah dari kemaren-kemaren!
Ken taki : Horny-horny…
Ken dedes : (melempar sandal ke pantat ken Taki).
Ken Taki : wow… anarkis! Knapa sih?
Ken dedes tidak menjawab. Ia melanjutkan sesuatu yang sepertinya berputar di otaknya.
Ken Dedes : Kok aku bisa suka sama dia ya? Menurutmu dia jahat nggak sih?
Ken Taki : liat aja alis sama hidungnya. Itu jenis orang-orang bandel.
Ken Dedes : bukan cuma bandel. Dia pemberontak. Pembangkang.
Ken Taki : oh ya. Saya denger slenthingan, pak Lurah sedang mengawasi Ken Arok. Katanya dia dicurigai mata-mata dari negeri Sebrang.
Ken dedes : Kurang kerjaan.
Ken Taki : kenapa dia jauh-jauh ke sini. Hanya untuk jualan kuda.
Ken Dedes : dia buron.
Ken Taki : Buronan?! Pelecehan seksual?.
Kan dedes : dia perampok,
Ken Taki : Jabang bayi henpon mati! Ken dedes, kanapa suka sama orang buahaya kaya gitu? Perampok itu busyet keni…
Ken Dedes : tapi dia perampok baik. Dia merampas orang-orang kaya lalu mengembara dan duitnya dibagi-bagi ke rakyat miskin. Dia sendiri bahkan tak pernah memikirkan punya rumah sendiri.
Ken Taki : oo. I see, dia itu yang bernama Robinhood?
Ken Dedes : Billy The Kid. Dia diburu dan satu persatu teman-temannya telah tewas.
Ken Taki : Cinta memang aneh. Apa yang kamu suka dari dia.
Ken Dedes : Dia pembangkang. Kelihatannya itu seksi. Keren. Dia nggak mudah nurut sama penguasan sekalipun. Toh penguasa juga nggak mesti bijak, banyak enggaknya malah.
Ken Taki : Apa sih yang billy the kid itu sukai dari kamu.
Mpu Purwa : (datang tiba-tiba) Karena putriku cantik.
Dan itu juga kadang-kadang membuat aku khawatir.
Ken Dedes : Kenapa Romo?
Mpu Purwa : aku inget cerita-cerita jaman dulu. Dari Nefertiti istri Fir’aun, Yulaikha istri Yusuf, dan juga Cleopatra. Wanita agung seringkali membuat perselisihan. Kadang-kadang Negara bisa terguncang hanya karena seorang wanita. Dan pembunuhan pertama di muka bumi ini. Juga karena rebutan wanita.
Ken dedes : wanita, memang selalu diukur dari sensual atau tidak, warna kulit, halus kasarnya, cara berjalannya, tutur katanya, lengak-lenggoknya, bahkan bau tubuhnya. Semua adalah segala yang bisa diindera. Semua itulah yang dibentuk oleh kaum lelaki kepada perempuan. Aku tunduk. Dan lebih dari itu, aku tunduk pada kodrat alam.
Ken Taki : Apa ada yang mau ngrebut Ken Dedes?
Mpu Purwa : Yang datang padaku belum ada. Tapi mungkin sudah ada rencana.
Kern Dedes : Kalo memang harus begitu, bukan salah kami para wanita Romo. Jelas kami nggak bisa membelah diri jadi dua. Sementara orang-orang kuno memberi contoh laki-lakilah yang dibagi dengan beristri lebih dari satu. Tapi wanita? Dan kalo mereka para pria sampai berebut, tentu bukan salah kami. Kami memang harus tetap memilih salah satu. Sekali lagi, lebih dari sekedar tunduk pada kepemimpinan lelaki, aku tunduk pada kodrat alam.
Mpu Purwa : ya…
Ken dedes : Sebenernya itu sangat menyakitkan. Tapi apa boleh buat. Kami cuma wanita. Diperebutkan bukan sebagai junjungan, tetapi sebagai barang milik. Alangkah senangnya mereka yang tidak cantik. Yang kulitnya biasa-biasa aja. Yang dadanya tidak mencolok. yang wajahnya biasa-biasa aja. Mereka jauh dari ancaman ini.
Ken Taki : tapi ada ancaman lain, seret jodoh…

BABAK IV
Tunggul Ametung : Bakar rumahnya, bunuh bapaknya dan bawa Ken dedes segera!

Rombongan Tunggul Ametung pergi. Mpu Purwa baru saja pulang dari bertapa dan mengutuk Tunggul Ametung.
Mpu Purwa : Tak akan tenang hidupmu nanti Tunggul Ametung. Kamu akan dibayang-bayangi ketakutan dari kecantikan anakku. Kau akan mati juga karena kecantikkan anakku Ken dedes. Tunggulah hari itu. Tunggulah Tunggul Ametuuuung…
Tunggul Ametung : Untuk apa menunggu sampai esok hari. Sekarangpun waktu itu akan datang. Tapi sayang, kutukan itu justru jatuh padamu. (Tunggul Ametung menusuk Mpu Purwa. Lalu bergegas pergi)
Ken Arok datang bersama Mpu Loh Gawe.
Ken Arok : Romo…
Mpu Purwa : Tunggul Ametung membawa Ken Dedes.
Ken Arok : Romo, selamatkan empu Purwa.
Mpu Purwa : Tidak perlu nak. Sia-sia. Racun keris ini sudah menjalar ke seluruh tubuh. Aku titipkan Ken Dedes padamu… Siapa temanmu ini?
Ken Arok : Dia ayah angkatku.
Mpu Lohgawe : Aku empu Lohgawe, Ken Arok anak angkatku. Salam hormatku mpu Purwa. Kedatanganku karena anakku ini memintaku untuk melamarkan putrimu.
Mpu Purwa : Aku sudah merasa sejak pertama bertemu anak ini. Seorang pemuda sebrang yang akan mempersunting putriku. Aku terima nak. Tapi kau harus mengambilnya sendiri. (Mpu Purwa melepas kalung dari lehernya). Ini kalung ibunda Ken Dedes. Bawalah ini saat kau menemui Ken Dedes. Itu sebagai tanda kau telah memegang amanatku untuk membimbing hidupnya.
Ken Arok : Ini pasti kalung sakti, fungsinya seperti surat sakti.
Mpu Lohgawe : Trima kasih Mpu, aku dan anakku akan menjalankan amanatmu.
(Mpu Purwa meninggal)
Ken Arok : Romo! Romo!…
Mpu Lohgawe : Pergilah ke istana Tunggul Ametung.
Ken Arok : Tapi dia juga memburuku.
Mpu Lohgawe : Ubah penampilanmu, ganti namamu. Namamu Ra Bumi. Menghadaplah ke Tunggul Ametung, lalu tantanglah pimpinan prajurit kabupaten. Kalo kamu menang, Tunggul Ametung akan menerimamu.

BABAK V
Taman Boboji. Tempat wisata khusus Ken Dedes yang sudah menjadi isteri Tunggul Ametung. Suatu pagi, mereka berdua tampak mesra berjalan mengitari taman.
Ken Dedes : (menyanyi)
Bunga Indah, segar sang angin
Kadang aku tak mau pulang
Seperti kasih memelukku
Taman ini begitu damai

Tunggul Ametung : (menyanyi)
Ribuan bunga ku semai di sini
Hanya untuk permaisuri
Sampai kapanpun engkau mau
Tak seorang berani mengusik

Ken Dedes : Tapi Kanda akan pergi ke Pangjalu, berapa lama.
Tunggul Ametung : Tak sampai hitungan bulan.
Ken Dedes : Jika boleh, aku minta kanda di sini saja. Tak ada bedanya kita takluk atau tidak pada Pangjalu. Negara itu tak mampu memberi pengayoman rakyat Tumapel. Sebaliknya, kanda Tunggul Ametunglah raja kecil di sini.
Tunggul Ametung : Aku hanya tidak ingin Pangjalu curiga. Kita memang tak pernah lagi mengirim upeti. Dan para brahmana yang dimusuhi Kertajaya banyak tinggal di pegunungan-pegunungan Tumapel.
Ken Dedes : Apakah kanda juga ingin memusuhi para brahmana?
Tunggul Ametung : Tidak. Aku tidak ingin memusuhi keduanya.
Ken Dedes : Aku sedang mengandung, jangan sampai bayiku terpengaruh rasa permusuhan di hati kanda.
Tunggul Ametung memeluk perut Ken Dedes, Kebo ijo menjatuhkan pistol ke lantai. Tunggul Ametung menoleh.
Tunggul Ametung : Kenapa Kebo Ijo?
Kebo Ijo : Nggak apa-apa boss. Heheh.. ngantuk.
Tunggul Ametung : semalem ngapain aja kamu.
Kebo Ijo : Anu.. anak saya ospek boss. Minta dibantu buat macem-macem tugas. Tugasnya aneh-aneh boss. Masa….
Tunggul Ametung : Wiss.wiss.. itu bukan urusanku. Yang penting kamu digaji disuruh kerja. Jangan lengah, istriku sedang mengandung, dan besok aku berangkat ke Pangjalu beberapa hari. Cuma kamu yang kuandalkan untuk keamanan Tumapel.
Kebo Ijo : Saya paham Gusti. Jangan khawatir.]
Tunggul Ametung : Oh, ya. Gimana si Ra Bumi. Kalian nggak ada masalah kan?
Kebo Ijo : oo.. netral boss.
Tunggul Ametung : Ra Bumi itu berbahaya sekaligus berguna. Kamu bantu aku bikin dia tetap jinak.
Kebo Ijo : Siap boss. Pokoknya dijamin netral.
Tunggul Ametung : Sekarang, menyingkirlah sebentar. Kami ingin berdua dulu sebentar.
Kebo Ijo : (Diam menunduk, lalu pelan-pelan mengangkat kepala menatap Ken Taki)
Tunggul Ametung : Ke mana telingamu Kebo Ijo?!
Kebo Ijo : E.. Iya boss. Saya disuruh apa?
Tunggul Ametung : Menyingkir sebentar! Tadi nggak dengar ya?
Kebo Ijo : Maaf gusti. Saya melamun. (bergegas pergi, sambil melirik Ken Taki)
Ken Dedes : Taki, temani Kebo Ijo, kamu kan sahabatnya.
Ken Taki : giliran kebo dikasih aku, kalo pejabat aja diembat sendiri. (sambil berlalu)

BABAK VI
Taman Boboji,Tunggul Ametung sedang ada di Pangjalu, Ra Bumi mengajari Ken Dedes naik kuda. Pada saat turun dari kuda, Kain Ken Dedes tersingkap sehingga Ra Bumi sempat melihat daerah kewanitaan Ken Dedes yang bercahaya.

Ken Arok (Ra Bumi) menemui Empu Lohgawe, menanyakan makna cahaya dari kemaluan Ken Dedes.
Mpu Lohgawe : Kamu lepas dari ibumu sejak kecil. Kamu butuh kasih seorang ibu. Itu tersimpan di alam bawah sadar. Ketika kamu bertemu sama wanita yang punya sifat keibuan, lembut, cantik, dan perangainya halus. Kamu pasti jatuh cinta. Itu adalah untuk memenuhi kehausan kasih ibu.
Ken Arok : Apa jeleknya?
Mpu Lohgawe : Tidak ada jeleknya. Cuma jangan dijadikan istri. Biarkan seperti ini. Jadilah pemuja rahasia saja. Kamu pengawal kabupaten sehingga bisa setiap hari melihatnya. Tak perlu memilikinya.
Ken Arok : Aku minta 2 alasan.
Mpu Lohgawe : Ada sepuluh malah. Tapi oke, akan aku sebut dua.
Ken Arok : Satu
Mpu Lohgawe : Satu. Dia sudah punya suami.
Ken Atok : Dua
Mpu Lohgawe : Dua dia sedang hamil
Ken Arok : Tiga
Mpu Lohgawe : Kamu cuma minta dua.
Ken Arok : Kamu bilang ada sepuluh, tiga.
Mpu Lohgawe : Tiga agak panjang. Cintamu padanya adalah kehausan akan kasoh sayang seorang ibu. Sementara sejak kecil kau hidup tanpa ibu. Maka ada kemungkinan kamu menyalahkan ibumu atas ketidakhadirannya dalam hidupmu. Alam bawah sadarmu membenci kata “ibu”. Kembali ke depan cintamu pada Ken dedes adalah kehausan akan ibu. Jadi kamu bisa menjadi seperti schizoprenia. Separuh dirimu mencintainya, separuh dirimu ingin membalas dendam padanya.
Ken Arok ; Dendam atas apa?
Mpu Lohgawe : Atas ketidakhadiran ibumu dalam hidup masa kecilmu. Understand?
Ken Arok : (tersenyum nyengir karena tak bisa mengerti) ah.. mbuuh…
Hiiii…,hii.. (gemes sambil mengucek-ucek rambutnya).
Mpu Lohgawe : Rok, sebenarnya apa angan-anganmu.
Ken Arok : Nggak tahu
Mpu Lohgawe : Yang kamu tahu saja.
Ken Arok : Aku ingin jadi raja. Suatu hari harus jadi.
Mpu Lohgawe : Prabu Kertajaya di Pangjalu, sudah…
Ken Arok : Stop. Belum selesai…
Mpu Lohgawe : Apanya?
Ken Arok : Curhatnya.
Mpu Lohgawe : oo yaah… tapi ini kopinya habis, sana bikin lagi.
Ken Arok : Ngakalin! Aku terus. Pingsut.
Ken Arok kalah Pingsut, dia masuk mengejok kopi. Dari dalam ia melanjutkan curhatnya.
Ken ARok : Kemaren aku melihat sesuatu yang aneh Pak Dhe Empu.
Mpu Lohgawe : Di mana
Ken Arok : Di taman Baboji.
Mpu Lohgawe : Keanehan apa?
Ken Arok : Waktu aku ngajarin Ken Dedes naik kuda keliling taman. (muncul lagi) lalu selesai dan aku turun duluan untuk membantu ken Dedes turun dari kuda. Waktu itu, dia mengangkat kakinya dan aku melihat…
Mpu Lohgawe : Ahh… Ndesoo..!!
Ken Arok : Sebentar Pak Dhe…
Mpu Lohgawe : Kamu lihat kulitnya to?
Ken ARok : Iya
Mpu Lohgawe : Lihat pahanya to?
Ken Arok : Iya
Mpu LOhgawe : Lihat kemaluannya to?
Ken Arok : Iya
Mpu LOhgawe : Trus kamu terangsang to?
Ken Arok : Iya
Mpu Lohgawe : Lha iya itu namanya Mental Ndesso!
Ken Arok : Sebentar pak dhe. Waktu itu..
Mpu Lohgawe : Ra mutu! Kesatria itu ya nggak plotat plotot cari kesempatan nglaba kaya gitu Rok, Rok.
Ken Arok : Anunya itu bersinar Dhe….
Mpu Lohgawe terkejut.
Mpu Lohgawe : Apanya?
Ken Arok : Kemaluannya bersinar. Sumpah! Aku sampe silau. Dhe…
Mpu Lohgawe : (mendadak duduk dan menerawang jauh)
Apa kamu yakin?
Ken Arok : Sumpah! Itu beneran dhe.
Mpu Lohgawe : (mengambil sebuah kitab tebal) Di sini disebutkan. Akan ada seorang putri desa yang dianugrahi wahyu. Ia akan menurunkan raja-raja di nusantara. Tanda-tanda wanita itu adalah kewanitaannya bercahaya.

BABAK VII

Rumah Mr. Gardner. Seorang pendatang yang ahli membuat senjata Api. Ken Arok mengambil pistol yang sudah dipesannya.
Mr gardner : Silahkan duduk Ra Bumi
Ken Arok : Bagaimana Mister. Apakah pistol pesananku sudah jadi.
Mr. Gardner : Bukankah sudah aku jelaskan. Aku tidak mau sembarangan mempercepat pengerjaan dengan taruhan kualitas. Di nota kan juga sudah ada tanggal jadinya. 5 tahun setelah pemesanan. Sekarang baru 5 bulan. Goblok!
Ken Arok : Lho! Mister!, Ini gimana sih?
Mr. Gardner : Gimana apanya?
Ken Arok : Aku juga sudah bilang. Aku ga peduli sama bentuk atau ukirannya. Ga perlu dikrom. Warna juga ga pengaruh. Yang pentiing jangkauan dan kecepatan tembak. Itu saja. Aduuhh.. ! sekarang sampai mana
Mr. Gardner : (memperlihatkan).
Ken Arok : Aduhh… Ya sudah. Ini aku ambil sekarang.
Mr. Gardner : Coba dulu.
Ken Arok : Tentu saja. Dan kepalamu yang akan dibuat percobaan.
Mr. gardner : Ra Bumi… Apa-apaan ini?.
Ken Arok : Ini teguran untuk maen-maen sama Ra Bumi !!
Kamu pikir kamu siapa Ha! Jagoan?! Ya? Bisa bikin pistol trus sembarangan sama orang?!
Mr. Gardner : Pistol itu belum punya karakter. Kalo kau nekat membawanya. Dia akan mendorongmu menjadi rakus…
Ken Arok : Hhahaha.. ada pistol bisa bikin aku rakus… oo jadi dia ini cacing perut, atau obat perangsang?
Mr. gardner : Terserah apa katamu. Pistol itu…
(ken Arok keburu menembaknya. Bahunya tertembus)
Mr. Gardner : Ra Bumi! Dengar anak muda brengsek! Aku bersumpah.
Siapa menabur perbuatan, akan menabur kebiasaan
Menabur kebiasaan, akan menuai karakter
Menabur karakter menuai nasib
Ken Arok : Hua..ha..ha.. Tukang pistol seperti kamu, paham kata-kata itu? Jadi kamu penganut 7 habbit of higly effective people. Terimakasih telah mengingatkan aku. Aku harus menjadi efektif people. Huh.. (ken Arok menembak kepala Gardner)
Mr. Gardner : (bangkit lagi setelah terjatuh) Baiklah.. kau sendiri yang memanggil nasib buruk. Kelak kau akan mati oleh pistol itu. Dan 7 raja akan mengalaminya (gardner mati)

BABAK VIII
Ra Bumi sedang menimang-nimang pistol barunya ketika berjaga di Taman Istana. Kebo Ijo datang.
Kebo Ijo : Wah… barang antik.
Ken Arok : yah.. dari suku Indian.
Kebo Ijo : Ada berapa?
Kern Arok : Satu
Kebo Ijo : Wah.. aku punya kenalan kolektor barang antik. Pasti dibeli mahal.
Ken Arok : (merebut dengan cepat). Nggak dijual.
Kebo Ijo : Buat apa? Mau ikutan jadi kolektor? Buat nembak juga udah ngga bisa.
Ken Arok : (menembakkan ke udara, suaranya menggelegar)
Kebo Ijo : Wow..woo,..woo.. masih jalan. Woooo… great old pistol.
Ken Arok : Kalo kamu suka. Pake aja.
Kebo Ijo : Ha? Buat aku?
Ken Arok : Cuman titip. Itu tetap pistolku, tapi kalo kamu suka. Pake aja dulu. Kapan-kapan aku ambil kalo aku butuh.

(ken Dedes datang)
Ken Dedes : Ada apa?
Ken Arok : Tidak ada apa-apa. Emangnya ada apa?
Ken Dedes : Aku sih ngga ada apa-apa. Makanya aku yang nanya? Di sini ada apa?
Kebo Ijo : Tidak ada apa-apa di sini, apa di sana ada apa-apa?
Ken Dedes : Di sana nggak ada apa-apa juga. Aku ke sini karena kupikir di sini yang ada apa.
Ken Arok : Di sini juga nggak ada apa-apa.
Ken Dedes : Aku denger suara ledakan
Kebo Ijo : ooo… Kami sedang…
Ken Arok : Latihan tembak.
Ken Dedes : Latihan tembak?
Ken Arok : Setahun lebih tak pernah ada huru-hara. Itu berarti setahun lebih kami tidak pernah menembak. Jadi kalo kami nggak sering latihan, bisa-bisa kami lupa cara menembak.
Kebo Ijo : O ya Boss Putri, Kenapa Boss Tunggul Ametung belum juga pulang Boss putri?
Ken Taki : Kan masih ada aku. Jangan khawatir Bo. Kamu tetap akan mendapat perintah setiap hari.
Ken Dedes : Mungkin Kanda Tunggul Ametung banyak urusan. Dia mampir ke kabupaten lain juga mungkin.
Ken Arok : Kami jadi kasihan. Mbak Dedes pasti kesepian.
Ken Dedes : Ah.. istri pejabat harus siap seperti ini. Ehh.. boleh aku minta diajarin menembak.
Kebo ijo : Boleh
Ken Arok : Maaf.. lebih baik jangan.
Ken Dedes : (dengan senyum penuh charisma) Maaf, kamu bekerja untuk suamiku. Jadi lebih baik menurut. Atau kamu bosan dengan pekerjaanmu?
Ken Arok : Ya… Nggak. Ya.. baiklah.
Ken Dedes tersenyum. Dia mulai memegang pistol dan Ken Arok Ken Arok memberi petunjuk. Pelan-pelan Ken Taki dan Kebo Ijo keluar. Ken Dedes dan ken Arok terlihat sangat mesra.

BABAK IX

Ken Dedes berhadapan dengan Ken Arok.
Ken Dedes : Kamu hebat, ganteng, energik. Gadis-gadis pasti tertarik.
Ken Arok : O ya? Apa mbak juga?
Ken Dedes : Heh! Jangan kurang ajar kamu! Aku hanya berusaha akrab sama anak buah suamiku. Itu saja. Menganggap kalian bukan semata-angka-angka jumlah tenaga kerja, tetapi sebagai manusia.
Ken Arok : Kalo saja semua cewek seperti mbak Ken Dedes. Aku sudah bersumpah, Kelak, aku nggak akan menikah kalo nggak ketemu cewek seperti mbak.
Ken Dedes : (tersenyum), Entah kenapa, aku memang suka mengamati kamu. Ketika begini pun, aku merasa seperti sudah mengenal kamu sejak lama.
Ken Arok : (menerawang) barangkali memang begitu.
Ken Dedes : Maksudnya?
Ken Arok : (mengeluarkan kalung pemberian Mpu Purwa) yang sudah kamu kenal sejak lama adalah ini.
Ken Dedes : Ya ampun, ini..? ini kalung…
Ken Arok : Ya. Itu kalung ibumu kan?
Ken Dedes : (menangis) Tapi Buat apa? Tanpa kamu jelaskan seperti inipun aku sudah tahu, bahwa kalian pasti membunuh bapakku waktu itu. Aku pikir Tunggul Ametung yang membunuh. Tapi apa bedanya? Meski kamu yang membunuh toh juga atas satu sumber perintah. Tapi buat apa kamu pamerkan kalung ini?
Ken Arok : Dedes! Kalo aku yang membunuh bapakmu, buat apa aku simpan kalung ini? Apa kamu nggak berpikir bapakmu akan menitipkan kalung ini pada seseorang?
Ken Dedes : (berpikir) maksudnya… bapakku…, ya ampun!, ken… Arok? Apa kamu?,…
Ken Arok : Ya.. ya.. . Aku Ken Arok.
Ken Dedes : Nggak mungkin, gimana bisa?
Ken Arok : Tunggul Ametung juga memburu Ken Arok kan? Tapi prajuritnya tak pernah ada yang bisa melawan aku, hanya Tunggul Ametung yang sanggup.
Mpu Purwa menyuruhku mengejarmu supaya bisa tetap mengawasimu. Lalu aku melamar menjadi pengawal keraton ini. Aku mengecat rambutku jadi hitam. Aku ganti namaku menjadi Ra Bumi.
Ken Dedes : Terima kasih, kamu memenuhi perintah bapakku. Tapi… lalu mau apa sesudah mengawasiku. Aku bahagia kok di sini. Tunggul Ametung tidak pernah sekejam ketika dia menyeretku dari rumah.
Ken Arok : Des… Aku… masih Ken Arok yang dulu.
Ken Dedes : Yang mana? Yang jualan kuda? Yang Playboy?
Ken Arok : Aku bukan Playboy!
Ken Dedes : Trus apa?
Ken Arok : Biasa aja. Mereka cewek-cewek itu aja yang gatelan. Aku sama sekali nggak bermaksud mendekati mereka dan aku juga nggak pernah memanfaatkan mereka!.
Mereka terdiam.
Ken Arok : Aku masih Arok yang dulu. Arok yang memimpikan hidup bersamamu…
PLAK! Ken Dedes menampar muka Ken Arok.
Ken Dedes : Sopan! Kamu pikir kamu bakal jadi pria sempurna dengan begini? Iya?. Dengerin! Aku tidak termasuk cewek-cewek gatel itu.
Ken Arok : Kenapa? Aku cuma menyampaikan amanat bapakmu untuk memberikan kalung itu. Dan sekarang aku cuma menyampaikan isi hatiku apa salahnya?
Ken Dedes : Kamu pikir kamu jadi pria sempurna dengan cara seperti itu. Menyampaikan isi hati yang sudah kadaluarsa. Yang sudah berlalu giliranya. Arok, kamu cuma menyakiti diri sendiri dengan ngomong kaya gitu sekarang. Aku sudah bersuami, punya bayi, hidup mapan dan terhormat. Apa lagi? Aku nggak mau menghianati suamiku, menodai perkawinan suci hanya karena tergiur tampang macho. Tunggul Ametung juga macho. Ia juga ganteng, dia juga gagah dan cerdas karena kalo nggak kaya gitu dia nggak bakalan jadi Bupati. See?
Ken Arok : Aku ngga pernah bisa menghilangkan angan-angan hidup sama kamu Des.
PLAK! Ken Dedes menampar lagi.
Ken Dedes : Apa harus dua kali? Atau tiga kali?

BABAK X

Di taman, Ken Taki sedang menghibur Ken Dedes yang murung. Nampaknya mereka sedang membicarakan perihal lamaran Ra Bumi.
Ken Taki : Mbok sudah, mau saja. Wong dulu juga situ cinta to?
Ken Dedes : Sekarang lain Taki. cinta itu wajahnya buram seiring bertambahnya umur.
Ken Taki : Wajah cinta itu nggak berubah Jeng. Yang berubah itu cara kita memandangnya. Buktinya, dari dulu sampe sekarang yang namanya istilah “bercinta” itu ya tetap sama saja. Dalam bahasa Inggris, Making Love itu ya gitu, pengertiannya tetap sama.
Ken Dedes : Aku sudah pernah bersuami, punya anak. Ada hal yag lebih dari sekedar cinta yang kualami.
Ken Taki : Apa itu?
Ken dedes : Kasih sayang, pengertian, kesepahaman, pengabdian.
Ken Taki : Apa Ra Bumi nggak bisa memberi itu.
Ken Dedes : Tunggul Ametung mambawaku dengan paksa, bisa dikatakan itu pemerkosaan, tapi toh dengan penerimaan pada nasib. Aku bisa membaliknya menjadi pengabdian. Dia suamiku, dan selagi dia menjagaku setelah perkawinan, aku juga akan memberikan diriku.
Ken Taki : Yup! Itu berarti Ra Bumi juga bisa gitu.
Ken Dedes : Belum tentu. Tunggul Ametung jelas-jelas memburu kekuasaan. Ia ingin membunuh ayahku demi memperkuat pengaruhnya di Tumapel. Hasilnya, ia memperlakukanku sebagaimana halnya istri yang paling dia banggakan. Tetapi Ra Bumi, ia membunuh Tunggul Ametung hanya karena ingin merebutku. Jangan-jangan berakhir sebaliknya. Kalo nyawa menjadi murah di mata politik kekuasaan, itu biasa. Tetapi kalo nyawa menjadi murah di mata cinta dan nafsu?
Ken Arok : Apa sedemikian kotor hatiku Des? (ken arok datang tiba-tiba)
Ken Dedes : Untuk apa kesini?
Ken Taki : (berbisik kepada Ra Bumi) Waduh, semprul! Aku kan lagi mengorek keterangan dan mendesaknya dengan lembut, kamu malah ke sini. Dasar pengacau.
Ken Arok : (Berteriak) Biar saja kacau. Sekarang memang semua sudah kacau. Aku membunuh karena bisikan nafsu untuk memiliki Ken Dedes. (kepada Ken Dedes) Aku pertaruhkan semua, demi kebahagian kita. Tapi sekarang… apa ada yang bisa menjawab pertanyaanku?. Untuk apa aku di sini sekarang?. Junjungan tempat aku mengabdi sudah mati. Siapa yang harus kubela?, siapa yang harus kujaga? Lebih baik aku pergi dari sini.
Ken Dedes : Jika kepergianmu tulus, lebih baik begitu.
Ken Arok : (setelah melangkah berhenti lagi melanjutkan bicara dengan nada seperti putus asa) Tapi pergipun percuma, aku masih akan terus dibayangi penyesalan. Pembunuhan yang sia-sia. Cinta yang menipu.
Ken Dedes : Cinta tak pernah menipu. Kamu yang tertipu oleh cinta.
Ken Arok : Daripada pergi dengan penyesalan, lebih baik aku mengaku saja. Temani aku ke alun-alun besok pagi. Aku akan mengumumkan pengakuan. Bahwa aku yang membunuh Tunggul Ametung. Dan aku harus dirajam sampe mati. Malam ini aku akan menemui satu persatu orang yang pernah aku rugikan. Aku harus minta maaf sebelum aku mati besok pagi. PermISI

BABAK XI

Ken Arok bercengkerama dengan Ken dedes di dalam kamar pribadi raja. Tiba-tiba Anusapati masuk mendobrak pintu.

Ken dedes : Anusapati. Kau lancang! Berani masuk kamar ayahmu tanpa permisi!
Anusapati : Dia bukan ayahku
Ken Arok : Anusapati! bicara apa kamu?
Anusapati : Ayahku Tunggul Ametung. Dan kau pembunuhnya,
Ken Dedes : Anusapati!
Ken Arok : Anusapati, siapa yang meberimu berita busuk itu? Ken Dedes! Apa yang sudah kamu katakan? (Ken Arok Mencengkeram leher Ken Dedes)
Ken Dedes : Aku nggak tahan Arok. Dia terus mendesak. Dia anakku, anak Tunggul Ametung, dia berhak mendengar kenyataan keluarganya.
Ken Arok : Bangsat! (menampar Ken dedes)
Anusapati : Kukembalikan peluru dari mayat ayahku. Ken Arok, Sang Amurwabhumi, Legenda yang menjijikkan.
Ken Arok tewas tertembak. Anusapati duduk di singgasana. Toh joyo masuk.
Anusapati : Bukan hakmu duduk di situ. Itu warisan Ken Arok, sang amurwabhumi, ayah kandungku. Pergilah!
Ken dedes : Toh joyo, dia saudaramu…
Anusapati tertembak dengan pistol yang sama.
Anusapati tewas. Toh Joyo Duduk di singgasana
Rangga wuni dan Mahesa Cempaka masuk.
Toh Jaya : Ranggawuni, mahesa cempaka. Kenapa datang tanpa aku mengundangmu. Ada apa?
Ranggawuni : Ada sesuatu yang harus diluruskan baginda.
Mahesa Cempaka : Sesuatu yang telah membuat negara ini melenceng.
Toh jaya ; Apa itu? Bagaimana bisa melenceng?
Ranggawuni : Karena susutu telah duduk di tempat yang bukan seharusnya.
Mahesa Cempaka : Dan itu adalah kamu paman. Maafkan kami. Ini semua demi negara
Mahesa Cempaka membunuh Toh Jaya.
Ken dedes menjerit dalam tangis yang tak pernah berhenti. Lalu merebut Pistol itu dan menembak kepalanya sendiri.
Ken Dedes : Semoga kalian tidak berebut di alam kubur.

KISAH LORO JONGGRANG

Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tentram dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya.

Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita sedang berjalan seorang diri di hutan. “Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.

Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang yang berada didalam istananya. “Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?”, Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro Jonggrang. Loro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”, ujar Loro Jongrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan ?”. Loro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan.

Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso. “Bagaimana, Loro Jonggrang ?” desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide. “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya,” Katanya. “Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”. “Bukan itu, tuanku, kata Loro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. “Seribu buah?” teriak Bondowoso. “Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.” Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah.

Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. “Saya percaya tuanku bisa membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!”, kata penasehat. “Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!” Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar. “Pasukan jin, Bantulah aku!” teriaknya dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso. “Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”, tanya pemimpin jin. “Bantu aku membangun seribu candi,” pinta Bandung Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing.

Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. “Wah, bagaimana ini?”, ujar Loro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Loro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung… dung…dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.

Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. “Wah, matahari akan terbit!” seru jin. “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi. “Candi yang kau minta sudah berdiri!”. Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. “Jumlahnya kurang satu!” seru Loro Jonggrang. “Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”.

Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. “Tidak mungkin…”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang. “Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang. Ajaib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro Jonggrang.

Sumber : http://alkisah.ateonsoft.com/2008/12/kisah-loro-jonggrang.html

Naskah Drama :
Kisah Loro Jongrang

Babak 1
Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tentram dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam.
Bandung Bondowoso : “Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!” (ia berkata pada rakyatnya).

Babak 2
Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro Jonggrang sedang berjalan seorang diri di hutan, ia adalah putri Raja Prambanan yang cantik jelita.
Bandung Bondowoso : “Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku.Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang.

Babak 3
Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang yang berada didalam istananya.
Bandung Bondowoso : “Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?”
Loro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso.
Loro Jongrang : “Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya.” (ia bergumam dalam hati).
Loro Jongrang : “Apa yang harus aku lakukan ?”(Loro Jonggrang menjadi kebingungan).
Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan.
Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka dengan Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso : “Bagaimana, Loro Jonggrang ?”
Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan ide.
Loro Jongrang : “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya.
Bandung Bondowoso : “Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”.

Babak 4
Loro Jongrang ingin dibuatkan 1000 candi di halaman belakang rumahnya.
Loro Jongrang : “Bukan itu. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah .”
Bandung Bondowoso : “Seribu buah?”(ia terkejut).
Loro Jongrang : “Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.”
Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah.
Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi.

Babak 5
Setelah sampai di istananya, Bandung Bondowoso akhirnya bertanya kepada penasehatnya.
Penasihat Bandung Bondowoso : “Saya percaya tuanku bisa membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!”
Bandung Bondowoso: “Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!”

Babak 6
Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu yang berada di tengah-tengah istananya, kedua lengannya dibentangkan lebar-lebar.
Bandung Bondowoso : “Pasukan jin, Bantulah aku!” (teriaknya dengan suara menggelegar). Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso
Pemimpin Jin : “Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”
Bandung Bondowoso : “Bantu aku membangun seribu candi.”

Babak 7
Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing di halaman belakang istana Loro Jongrang. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin.
Loro Jongrang : “Wah, bagaimana ini?”
Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami.
Loro Jongrang : “Cepat bakar semua jerami itu!”
Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung… dung…dung! Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing. Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing.
Pemimpin Jin : “Wah, matahari akan terbit!, Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari.”
Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi.
Bandung Bondowoso : “Candi yang kau minta sudah berdiri!”.
Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!.
Loro Jongrang : “Jumlahnya kurang satu!, Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”.
Bandung Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu.
Bandung Bondowoso : “Tidak mungkin…,Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!” Ajaib! Loro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro Jonggrang.

NASKAH DRAMA

TELAGA WARNA

Babak 1
Narator : Dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang sangat tentram dan makmur di Jawa Barat. Kerajaan itu di pimpin oleh seorang raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu. Raja itu dipanggil Raja Prabu. Tetapi keluarga kerajaan itu tidak memiliki seorang anakpun. Penasehat Prabu menyarankan agar raja dan ratu untuk mengangkat seorang anak.
Panasehat : “ Yang mulia, hamba sarankan agar Yang Mulia mengangkat seorang anak saja.”
Raja Prabu : “ Tidak! Bagi kami anak kandung adalah lebih baik daripada anak angkat.”

Babak 2
Narator : Sang Ratu sering murung dan menangis di balkon istana. Sang Rajapun ikut sedih melihat istrinya menangis.
Raja Prabu : “ Sudahlah bu kita akan memiliki seorang anak kelak nanti.”
Ratu : “ Ya tentu saja Tuanku.”

Babak 3
Narator :Sehingga, suatu hari Raja Prabu hendak pergi ke hutan untuk berdoa agar dikaruniai seorang anak.
Raja Prabu : “ Aku akan pergi ke hutan untuk berdoa.”
Ratu : “ Baiklah. Hati- hati di hutan tuanku. ”

Babak 4
Narator : Setelah beberapa bulan kemudia semenjak Raja Prabu berdoa di hutan, permohonan sang Rajapun terkabul, Sang Ratu mulai hamil.
Ratu : “ Prabu, aku hamil…” (dengan wajah yang berseri- seri).
Raja Prabu : “ Benarkah itu???” ( dengan nada yang sedikit tak percaya).
Ratu : “ Ya benar.. Saya sudah ke tabib istana dan tabib mengatakan bahwa saya hamil.”
Raja : “ Benarkah?? Ini akan menjai kabar yang paling indah di kerajaan kita.”

Babak 5
Narator: Setelah 9 bulan lamanya Ratu mengandung, Ratupun melahirkan seorang Putri yang sangat cantik Putri itu diberi nama Nirwarna. Pndudukpun banyak mengiriminya mainan untung sang putrid.
Ratu : “ Lihatlah anak kita dia sangat lucu dan cantik, saya berharap agar dia tumbuh menjadi seorang putri yang cantik dan baik hati seperti wajahnya.”
Raja Prabu : “ Ya.. Saya yakin putri kita akan tumbuh menjadi putri yang sangat cantik dan baik hati.”

Babak 6
Narator : Kasih saying Raja dan Ratu yang selalu memberikan apapun yang diingini oleh Sang putri telah membuat anak itu tumbuh menjadi seorang Putri yang sangat manja. Bila keinginan sang Putri tak dikabulkan maka ia akan marah dan tak jarang dia berkata kasar kepada orang tuanya. Tetapi masyarakat dan orang tuanya masih tetap mencintainya.
Purti : “Bunda aku mau seekor kuda!!”
Ratu : “ Kita sudah memiliki banyak kuda di peternakan sayang.”
Putri : “ Tidak aku tidak mau yang ada di peternak! Aku mau kuda berwarna putih dengan bulu yang indah.”
Ratu : “ Kau sudah memilki 54 kuda. Bermainlah dengan kudamu yang sudah ada sayang.”
Putri : “ tidak aku tidak mau, dasar kau orang tua pelit.”
Ratu : “ Ahhh… Sayang apa yang kau katakan.”
Putri : “ Huh, dasar orang tua yang tak berguna.”

Babak 7
Narator : Putripun meningggalkan ibunya yang menangis sambil terduduk setelah melihat perilaku anaknya itu. Tak terasa sudah 17 tahun umur sang putri, dia tumbuh menjadi seorang putri yang paling cantik di negeri itu. Seluruh rakyat pergi ke istana untuk memberikan hadiah kepada sang putri. Hadiah itu begitu banyak dan dikumpulakan di dalam istana. Sang raja mengambil sdikit emas dan permata dan pergi ke tempa ahli perhiasan untuk di buatnya menjadi kalung.
Sesampainya di tempat ahli perhiasan.
Raja : “ Pak, bisakah anda membuat sebuah kalung yang paling indah untuk puriku yang tercinta.”
Ahli perhiasan : “ Tentu saja tuanka, dengan senang hati hamba akan melakukannya, silakan Tuanku menunggu sebentar kalung pesanan Tuan akan segera hamba buat.”
Raja : “ Terima kasih banyak.”
Ahli perhiasan : “ Sama- sama Tuanku.”
Narator : Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kalung itu selesai dibuat kalung itu sangat indah.
Raja : “ Wah. Ini adalah kalung terindah yang pernah saya lihat, kau membuatnya dengan sangat baik.”
Ahli perhiasan : “ Terima kasih Tuanku, untuk sang putrid hamba akan melakukan yang terbaik.”

Babak8
Narator : Setelah itu Raja kembali ke dalam istana dan menyimpannya untuk diberikan kalung yang sangat indah itu kepada putri tercintanya saat dia ulan tahun esok. Keesokkan harinya, hari ulang tahun sang putripun tiba. Raja Prabu segera mengambil kalung yang sangat inah itu, dan segera memberikannya kepada anaknya.
Raja Prabu : “ Anakku Putri Nirwarna, hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke-17.”
Putri : “ Ya ayah.., aku mengharapkan hadiah yang paling indah pada ulang tahunku yang ke-17 ini.”
Ratu : “ Selamat ulang tahun anakku.”
Putri : “ Ya bunda…”
Raja Prabu : “Anakku, ayah sudah mempersiapkan sebua hadiah yang paling indah, ini dia kalung permata yang paling indah di seluruh dunia hanya untuk putri tercintaku.”

Babak 9
Narator : Raja Prabu segera memberikan kalung itu kepada putrinya, tetapi Putri terlihat tidak menyukai kalung tersebut.
Putri : “ hemm. Kalung apa ini ayah. Kalung ini sangat jelek aku tidak mau mengenakannya di leherku yang cantik ini, kalung itu hanya akan membuat leherku ini menjadi gatal saja nantinya!”

Babak 10
Narator : Tidak ada satu orangpun yang menyangka Sang putri akan mengatakan hal tersebut, semuanya terdiam tak ada satupun yang berbicara, tiba- tiba terdengar isak tangis sang Ratu yang kemudaian diikuti oleh tangisan semua orang.
Ratu : “ hu hu hu hu, ada apa denganmu nak?”
Putri ; “ aku takkan mengenakan kalung itu!”
Narator : Sang putri segera membuang kalung itu ke halaman istana, kalung tersebut menjadi rusak dan permatanya tersebar ke seluruh halaman istana.
Putri : “ Huh dasar kalung jelek.”

Babak 11
Narator : Tiba- tiba sebuah mata air muncul dari halaman istana, percikan airnya membuat sebuah genangan air di halaman istana. Semua orang sangat ketakutan dan menyalahkan hal tersebut kepada sang putri.
Rakyat : “ Apa yang telah kau lakukan Putri jahat! Kau telah membayakan smua rakyatmu lihatlah ulahmu!”
Narator : Sang putri sangat ketakutan dia menyesal atas semua perbuatan jahatnya. Tapi genangan itu telah menjadi sebuah danau yang sangat besar dan menenggelamkan seluruh istana.
Oleh rakyat sekitar, danau itu disebut sebagai “ Telaga Warna”. Danau itu berada di daerah puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

Legenda Pulau Kapal

Dahulu, ada sebuah keluarga miskin bertempat tinggal di dekat sungai Cerucuk. Kehidupan keluarga tersebut sangatlah miskin. Mereka hidup dari mencari dedaunan maupun buah-buahan yang dalam hutan. Hasil pencahariannya dijual di pasar.

Keluarga tersebut mempunyai seorang anak laki-laki bernama Si Kulup. Si Kulup senang membantu orang tuanya mencari nafkah. Mereka saling membantu. Meskipun mereka hidup berkekurangan namun tidak pernah merasa menderita.

Suatu ketika, ayah Si Kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung yang masih muda. Rebung itu dijadikan sayur untuk makan bertiga. Saat menebang rebung, terlihatlah oleh ayahnya Si Kulup sebatang tongkat yang berada pada rumpun bambu. Pak Kulup demikian orang menyebut ayah Si Kulup mengamati tongkat tersebut. Semula tongkat itu akan dibuang, tetapi setelah diperhatikan betul tongkat tersebut bertabur dengan intan permata, dan merah delima. Akhirnya tongkat itu diambilnya.

Pak Kulup berucap dalam hati karena gembiranya: “Ini pertanda baik! Apakah ini tongkat Nabi Sulaiman atau harta karun? Aduhai… Saya jadi kaya mendadak sekarang ini.”

Rebung tidak jadi dibawa pulang. Pak Kulup dengan perasaan was-was, takut membawa tongkat pulang ke rumah. Sesampai di rumah, didapatinya Si Kulup sedang tiduran sedang istrinya berada di rumah tetangga.

Si Kulup disuruh memanggil ibunya, tapi pemuda itu tidak mau. Ia baru saja pulang mendorong kereta. Badannya masih terasa lelah. Ia tidak tahu bahwa ayahnya membawa tongkat yang bertabur intan permata.

Pak Kulup pergi menyusul istrinya yang sedang bertandang di rumah tetangga. Pak Kulup dan Mak Kulup terlihat asyik bercerita menuju rumahnya. Sampai di rumah, mereka bertiga berunding tentang tongkat yang ditemukan tadi siang.

Pak Kulup mengusulkan supaya tongkat itu disimpan saja. Mungkin nanti ada yang mencarinya. Mak Kulup menjawab: “Mau disimpan di mana. Kita tidak punya lemari.” Kemudian Si Kulup pun usul: “Lebih baik dijual saja, supaya kita tidak repot menyimpannya.”

Akhirnya mereka bertiga bersepakat untuk menjual tongkat temuannya. Si Kulup ditugasi untuk menjual tongkat tersebut ke negeri lain. Si Kulup pergi meninggalkan desanya. Tidak lama kemudian tongkat itupun telah terjual dengan harga yang sangat mahal.

Setelah Si Kulup menjadi kaya, ia tidak mau pulang ke rumah orang tuanya. Ia tetap tinggal di rantauan. Karena ia selalu berkawan dengan anak-anak saudagar paling kaya di negeri tersebut.

Si Kulup sudah beristri. Mereka hidup serba berlebihan. Si Kulup sudah lupa akan kedua orang tuanya yang menyuruh menjual tongkat.

Setelah bertahun-tahun mereka hidup dirantau, oleh mertuanya si Kulup disuruh berdagang ke negeri lain bersama istrinya. Si Kulup lalu membeli sebuah kapal besar. Ia juga menyiapkan anak buahnya yang diajak serta berlayar. Mereka berdua minta doa restu kepada orang tuanya agar selamat dalam perjalanan dan berhasil mengembangkan dagangannya.

Mulailah mereka berlayar meninggalkan daerah perantauannya. Saat itu Si Kulup teringat kembali akan kampung halamannya. Ketika sampai di muara sungai Cerucuk mereka berlabuh. Suasana kapal sangat ramai karena suara dari binatang perbekalannya, seperti ayam, itik, angsa, burung.

Kedatangan Si Kulup di desanya terdengar oleh kedua orang tuanya. Sangatlah rindu kedua orang tuanya, terlebih-lebih emaknya. Emaknya menyiapkan makanan kesukaan si Kulup. Kedua orang tuanya datang di kapal sambil membawa makanan kesukaan anaknya.

Sesampainya di kapal kedua orang tua itu mencari anaknya Si Kulup. Si Kulup sudah menjadi saudagar kaya melihat kedua orang tuanya merasa malu, maka diusirnyalah kedua orang tuanya. Buah tangan yang dibawa oleh emaknya pun dibuang. Saudagar kaya itu marah sambil berucap “Pergi! Lekas pergi. Aku tidak punya orang tua seperti kalian. Jangan kotori tempatku ini. Tidak tahu malu, mengaku diriku sebagai anakmu. Apa mungkin aku mempunyai orang tua miskin seperti kau. Enyahlah, engkau dari sini!”

Pak Kulup dan istrinya merasa terhina sekali. Mereka cepat-cepat meninggalkan kapal. Putuslah harapannya bertemu dan mendekap anak untuk melepas rindu. Yang mereka terima hanyalah umpatan caci maki dari anak kandungnya sendiri.

Setibanya di darat, emak Si Kulup tidak dapat menahan amarahnya. Ia benar-benar terpukul hatinya melihat peristiwa tadi. Ia berucap “Kalau saudagar itu benar-benar anakku Si Kulup dan kini tidak mau mengaku kami sebagai orang tuanya, mudah-mudahan kapal besar itu karam.”

Selesai berucap demikian itu, ayah dan emak Si Kulup pulang ke rumahnya dengan rasa kecewa. Tidak berapa lama terjadi suatu keanehan yang luar biasa, tiba-tiba gelombang laut sangat tinggi menerjang kapal saudagar kaya. Mula-mula kapal itu oleng ke kanan dan ke kiri, menimbulkan ketakutan yang luar biasa pada seluruh penumpangnya. Akhirnya kapal itu terbalik, semua penumpangnya tewas seketika.

Beberapa hari kemudian di tempat karamnya kapal besar itu, muncul sebuah pulau yang menyerupai kapal. Pada waktu-waktu tertentu terdengar suara binatang bawaan saudagar kaya. Maka hingga sekarang pulau itu dinamakan “Pulau Kapal”.

Naskah Drama

Legenda Pulau Kapal

Alkisah, ada sebuah keluarga miskin bertempat tinggal di dekat sungai Cerucuk. Kehidupan keluarga tersebut sangatlah miskin. Mereka hidup dari mencari dedaunan maupun buah-buahan yang ada di dalam hutan. Keluarga tersebut mempunyai seorang anak laki-laki bernama Si Kulup. Si Kulup senang membantu orang tuanya mencari nafkah.

Babak1
Suatu ketika, Ayah si kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung yang masih muda untuk dijadikan sayur. Saat menebang rebung, terlihatlah oleh ayahnya Si Kulup sebatang tongkat yang berada pada rumpun bambu. Semula tongkat ini akan dibuang, tetapi setelah diperhatikan betul tongkat tersebut bertabur dengan intan permata, dan merah delima. Akhirnya tongkat itu ambilnya.

Pak Kulup : “Ini pertanda baik!Apakah ini tongkat Nabi Sulaiman atau harta karun?Aduhai…Saya jadi kaya mendadak sekarang ini.”(sambil berucap sendirian karena gembiranya)

Babak2
Pak Kulup dengan perasaan was-was, takut membawa tongkat pulang ke rumah. Sesampainya di rumah didapatinya Si Kulup sedang tiduran sedangkan istrinya berada di rumah tetangga.

Pak Kulup :”Kulup…Kulup…”
Si Kulup :”Ada apa,pak?”
Pak Kulup :”Ibu lagi kemana?”
Si kulup :”Di rumah tetangga,pak. Memang ada apa?”
Pak Kulup ;”Tidak ada apa-apa. Cepat kamu panggil Ibu kamu.”
Si Kulup :”Aku habis mendorong kereta. Badanku masih terasa lelah. Aku mau istirahat dulu,pak.”
Pak Kulup :”Baiklah, kamu istirahat saja. Bapak sendri yang akan memanggil Ibumu.”

Babak3
Pak Kulup pergi menyusul istrinya yang sedang bertandang di rumah tetangga.

Pak Kulup :”Istriku…Istriku…”
Mak Kulup :”Ada apa,pak?”
Pak Kulup :”Ada yang mau aku bicarakan. Ayo pulang ke rumah.”

Pak Kulup dan Mak Kulup terlihat asyik bercerita menuju rumahnya.

Mak Kulup :”Ada masalah apa,suamiku? sepertinya penting sekali.”
Pak Kulup :”Begini…Ketika aku mencari rebung tadi di hutan, aku menemukan sebatang tongkat yang bertabur intan permata dan merah delima. Tongkat ini semulanya aku akan buang tetapi setelah aku amati tongkat ini sangat berharga.”
Mak Kulup :”Wah…Benar sekali,suamiku,tongkat ini sangat berharga. Ayo cepat kita pulang ke rumah sebelum orang lain melihat tongkat ini.”

Babak4
Sampai di rumah, Pak Kulup, Mak Kulup dan Si kulup berunding tentang tongkat yang ditemukan tadi siang.

Pak Kulup :”Kulup…Kulup…”(teriakan kegembiraan)
Si Kulup :”Ada apa,pak?”(sambil berbicara pelan dan bangun dari istirahatnya.
Pak Kulup :”Begini…Ketika bapak mencari rebung tadi di hutan, bapak menemukan sebatang tongkat yang bertabur intan permata dan merah delima. Tongkat ini semulanya bapak akan buang tetapi setelah bapak amati tongkat ini sangat berharga. Apakah kita lebih baik menyimpan tongkat ini?”
Mak Kulup :”Mau disimpan dimana? Kita tidak punya lemari.”
Si Kulup :”Lebih baik dijual saja, supaya kita tidak repot menyimpannya.”
Pak Kulup :”Ide bagus…Kulup cepat bereskan barang-barangmu dan pergi ke negeri lain untuk menjual tongkat ini.”

Akhirnya mereka bertiga sepakat untuk menjual tongkat temuannya. Si Kulup ditugasi untuk menjual tongkat tersebut ke negeri lain. Si Kulup pergi meninggalkan desa dan tak lama kemudian tongkat itu terjual dengan harga yang sangat mahal.

Babak5
Setelah Si Kulup menjadi kaya, ia tidak pulang ke rumah orang tuanya. Ia tetap tinggal di rantaun dan berkawan dengan saudagar-saudagar kaya. Si kulup pun sudah beristri. Mereka hidup serba berlebihan. Setelah mereka bertahun-tahun hidup dirantau, oleh mertuanya Si Kulup disuruh berdagang ke negeri lain bersama istrinya.

Mertua Kulup :”Kulup, sini kamu!”
Si Kulup :”Ada apa,bu?”
Mertua Kulup :”Aku tugaskan kamu untuk berdagang ke negeri lain bersama istrimu untuk mengembangkan dagangan kita.”
Si Kulup :”Baiklah,bu. Aku akan mengikuti perintah Ibu dan aku akan menyiapkan sebuah kapal besar dan anak buah untuk diajak berlayar.

Babak6
Keesokan harinya, setelah Si Kulup dan istrinya sudah siap untuk berdagang.

Si Kulup :”Bu, kami pergi dulu. Kami meminta doa restu agar selamat dalam perjalanan dan berhasil mengembangkan dagangan.”
Mertua Kulup :”Baiklah kalau begitu. Ibu akan selalu berdoa untuk kalian. Berhati-hatilah.”

Babak7

Mulailah mereka berlayar meninggalkan daerah perantauannya. Saat itu Si Kulup teringat kembali akan kampung halamannya. Ketika sampai di muara sungai Cerucuk mereka berlabuh. Kedatangan Si Kulup di desanya terdengar oleh kedua orang tuanya.

Mak Kulup :”Pak, Si Kulup pulang.”
Pak Kulup :”Akhirnya dia pulang juga. Kirain dia sudah lupa dengan kita, orang tua kandungnya sendiri.”
Mak Kulup :”Sudahlah,pak. Jangan berpikiran seperti itu. Aku akan menyiapkan makanan kesukaan Si Kulup dulu.”

Kedua orang tuanya datang ke kapal sambil membawa makanan kesukaan anaknya. Sesampainya di kapal, kedua orang tua itu mencari anaknya Si Kulup. Si Kulup sudah menjadi saudagar kaya. Dia melihat kedua orang tuanya merasa malu, maka diusirnyalah kedua orang tuanya. Buah tangan yang dibawa oleh emaknya pun dibuang.

Si Kulup :” Pergi! Lekas pergi. Aku tidak punya orang tua seperti kalian. Jangan kotori tempatku ini. Tidak tahu malu, mengaku diriku sebagai anakmu. Apa mungkin aku mempunyai orang tua seperti kau. Enyalah, engkau dari sini!”
Pak Kulup :”Kurang ajar kamu. Anak tidak tahu diri.”
Si Kulup :”Pengawal…Cepat usir kedua gembel itu.”

Setibanya di darat, emak Si Kulup tidak dapat menahan amarahnya. Ia benar-benar terpukul hatinya melihat peristiwa tadi.

Mak Kulup :”Kalau saudagar itu benar-benar anakku Si Kulup dan kini tidak mau mengaku kami sebagai orang tuanya, mudah-mudahan kapal besar itu karam.
Pak Kulup :”Sudahlah istriku. Ia akan menerima karmanya sendiri atas perbuatan yang telah ia lakukan.

Selesai berucap demikian itu, ayah dan mak Si Kulup pulang ke rumahnya. Tidak berapa lama terjadi keanehan yang luar biasa, tiba-tiba gelombang laut sangat tinggi menerjang kapal saudagar kaya. Akhirnya, kapal itu terbalik, semua penumpangnya tewas seketika.
Beberapa hari kemudian di tempat karamnya kapal besar itu, muncul sebuah pulau yang menyerupai kapal. Maka hingga sekarang pulau itu dinamakan “Pulau Kapal”.

Bawang Merah & Bawang Putih

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikahi saja ibu Bawang merah supaya Bawang putih tidak kesepian lagi. Maka ayah Bawang putih kemudian menikah dengan ibu Bawang merah. Mulanya ibu Bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada Bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.”
“Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri tepi sungai.
Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.
Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.
“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

Sumber :
http://folktalesnusantara.blogspot.com/2008/12/bawang-merah-bawang-putih.html

Naskah Drama

Bawang Merah dan Bawang Putih

Babak 1 :

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol.

Ibu Bawang Merah : ”Ini ada sedikit makanan. Dimakan, ya.”
Ayah : ”Oh, terima kasih. Baik sekali anda.”

Inilah awal pertemuan dari Ayah Bawang Putih dan Janda, Ibu dari Bawang Merah. Sejak saat itu mereka menjadi pasangan mengobrol yang sangat dekat.

Babak 2 :

Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikahi saja ibu Bawang merah supaya Bawang putih tidak kesepian lagi. Maka ayah Bawang putih kemudian menikah dengan ibu Bawang merah. Mulanya ibu Bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada Bawang putih. Tapi lama kelamaan sifat asli mereka muncul.
Mereka kerap memarahi Bawang Putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayahnya sedang berdagang.

Bawang Merah : ”Cepat bersihkan kamarku!” (dengan berteriak)
Ibu Bawang Merah : ”Setelah itu kuras bak mandi sana!”
Bawang Putih : ”Baik, Ibu.” (dengan tergesa-gesa)

Tentunya sang Ayah tidak mengetahuinya karena Bawang Putih diancam untuk tidak memberitahukan kepada ayahnya. Semakin lama mereka semakin terbiasa dengan semua hal itu dengan membebankan semua pekerjaan rumah kepada Bawang Putih dan mereka hanya duduk-duduk saja di dalam rumah dengan santai.

Babak 3 :

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya.

Bawang Putih : ”Aku adalah anak gembala selalu riang………”

Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

Ibu Tiri : ”Dasar ceroboh. Pasti kau tadi sengaja, kan, membuang baju kesayanganku itu ke sungai. Pokoknya aku tidak mau tahu. Harus kau cari hingga dapat! Jangan pernah pulang bila kau belum mendapatkannya!” (sembari mengusir Bawang Putih dan menutup pintu dengan kerasnya)

Babak 4 :

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibu tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya.

Bawang Putih : ”Paman. Boleh saya bertanya?”
Penggembala : ”Ada apa anakku?”
Bawang Putih : ”Apa paman melihat baju merah yang hanyut di sungai tadi? Aku harus membawanya pulang, karena kalau tidak aku tidak bisa pulang ke rumahku.”
Penggembala : ”Ya, tadi saya lihat, nak. Mungkin kau akan menemukannya apabila kau mengejarnya cepat-cepat, nak.”
Bawang Putih : ”Baiklah. Terima kasih, pak” (lalu berlari menyusuri pinggir sungai)

Babak 5 :

Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih melihat dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.

Bawang Putih : ”Permisi.” (sembari mengetuk pintu)
Nenek : ”Siapa kamu, nak? Ada apa?” (membuka pintu yang reot)
Bawang Putih : ”Saya Bawang Putih, Nek. Saya tadi mencari baju ibuku yang hanyut di sungai, tapi sekarang sudah malam. Bolehkah saya menginap di tempat Nenek ini?” (dengan muka kelelahan)
Nenek : ”Boleh, Nak. Apakah baju yang kamu cari tadi itu berwarna merah?”
Bawang Putih : ”Ya, Nek. Apa….. Emmm, apa Nenek menemukannya?” (kembali bersemangat dengan penuh harapan)
Nenek : ”Ya, tadi tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku sangat menyukai baju itu. Baiklah, aku akan mengembalikannya, tapi dengan satu syarat.”
Bawang Putih : ”Apa syaratnya, Nek?”
Nenek : ”Kamu harus menemaniku di sini selama seminggu. Sudah lama aku tidak punya teman untuk mengobrol.”
Bawang Putih : ”Emmm.” (berpikir sejenak dan melihat Nenek yang terlihat kesepian itu)
Nenek : ”Bagaimana, Nak?”
Bawang Putih : ”Baiklah, Nek. Asal Nenek tidak bosan denganku saja.” (tersenyum kecil)

Babak 6:

Selama seminggu ini Bawang Putih tinggal dengan Nenek itu. Selama seminggu itu pula Bawang Putih mengerjakan semua pekerjaan rumah Nenek itu. Tentu saja dia sangat senang. Hingga akhirnya genap seminggu sudah Bawang Putih tinggal bersama Nenek itu. Lalu Nenek itu memanggil Bawang Putih.

Nenek : ”Bawang Putih.”
Bawang Putih : ” Iya, Nek. Ada apa?”
Nenek : ”Hari ini sudah genap seminggu kau tinggal denganku dan kau sudah sangat rajin dan berbakti. Untuk itu aku akan mengembalikan baju ibumu itu.” (mengeluarkan baju merah milik ibu Bawang Putih itu)
Bawang Putih : ”Terima kasih, Nek.” (sambil menerima baju merah dari Nenek itu)
Nenek : ”Ah, tunggu sebentar. Aku ada tanda terima kasih untukmu”. (ke belakang dan kembali dengan membawa dua buah labu)
Bawang Putih : ”Apa itu, Nek?”
Nenek : ”Pilihlah satu, Nak.” (menyodorkan dua buah labu)
Bawang Putih : ”Tidak perlu, Nek. Saya ikhlas membantu Nenek.” (menolak dengan halus)
Nenek : ”Ambilah satu, Nak.”
Bawang Putih : ”Baiklah, Nek. Saya pilih yang kecil saja. Saya takut tidak kuat mengangkatnya. Terima kasih, Nek.” (mengambil labu yang kecil)
Nenek : ”Baiklah, Nak. Selamat tinggal.”

Babak 7 :

Tibalah akhirnya Bawang Putih di rumahnya dan langsung menyerahkan baju merah milik Ibu Tirinya itu.

Ibu Tiri : ”Bagus. Apa yang kau bawa itu?! Sepertinya lezat. Cepat buatkan aku sesuatu dengan labu itu. Aku lapar!”
Bawang Merah : ”Ya, aku juga lapar! Cepat sedikit!” (dengan nada tinggi)
Bawang Putih : ”Baik, Bu, Kak.” (segera ke dapur)

Saat sampai di dapur Bawang Putih langsung membelah labu itu dan alangkah terkejutnya dengan yang didapati dari dalam labu itu. Langsung memekik karena saking senangnya.

Bawang Putih : ”ASTAGA! Ibu… Kakak… (berteriak)
Bawang Putih & Ibu Tiri : ”Ada apa? Mengapa kau berteriak-teriak!” (marah-marah)
Bawang Putih : ”Ibu! Kak! Lihat apa yang aku temukan dalam labu ini. Emas! Permata!
(mata berbinar-binar)
Bawang Merah : ”WAW. Indah sekali pasti permata-permata ini. Pasti cocok denganku! (langsung mengambil permata-permata indah itu)
Ibu Tiri : ”Ya. Betul. Pasti cocok denganmu anakku yang cantik. Emasnya pun akan lebih cocok dengan kita berdua daripada denganmu Bawang Putih. Berikan pada kami! (merampas emas dan permata dari Bawang Putih)
Bawang Putih : ”Baik, Ibu, Kak.” (tetap tersenyum)
Bawang Merah : ”Lalu yang aku ingin tahu, darimana kau mendapatkan semua itu?! Cepat beritahu!” (memaksa)
Bawang Putih : ”Baiklah, Kak.” (menceritakan sejujur-jujurnya)

Babak 8:

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Lalu setelah seminggu dia bekerja, dia bertanya.

Bawang Merah : ”Bukankah kalau aku sudah menemanimu di sini aku akan mendapatkan hadiah! Mana hadiahku?”
Nenek : ”Ini. Pilihlah.” (dengan muka tidak terlalu senang)
Bawang Merah : ”Aku pilih ini.” (mengambil labu yang paling besar dan langsung berlari pulang)

Babak 9 :

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai.

Bawang Merah : ”Bawang Putih!!! Cepat pergi ambil air ke sungai!”
Bawang Putih : ”Bukankah masih ada persediaan air di belakang, Kak?”
Bawang Merah : ”Sudahlah! Tadi aku pakai untuk mandi. Kau ambil lagi sana di sungai.”
Bawang Putih : ”Baiklah, Kak.”

Lalu, setelah Bawang Putih pergi ke sungai. Bawang merah lalu segera memanggil Ibunya untuk membelah labu besar yang mereka anggap berisikan emas dan permata.

Bawang Merah : ”Ibu! Kemarilah. Aku akan segera membelah labu yang baru aku dapat dari Nenek Tua itu.”
Ibu Tiri : ”Ahahahahhhaha! Kita akan kaya raya.” (tertawa keras dengan angkuh)

Ternyata saat membelah labu yang mereka dapati adalah binatang-binatang beracun yang langsung menggigit mereka dan pada saat itu juga mereka langsung mati. Akhirnya Bawang Putih mendapatkan harta itu dan hidup berkecukupan.

Ketamakan akan membawa seseorang ke dalam kesialan sedangkan dengan kita menerima apa adanya dan selalu bersyukur kita akan mendapat kebahagiaan pada akhirnya.

(TAMAT)

Bagi yg mau download filenya, silahkan klik dibawah ini

Monolog_Remaja_Parade_Tikus.docx

Monolog

PARADE TIKUS

Welly SK

ILMUWAN INI BERAMBUT PUTIH ACAK-ACAKAN DAN BERJENGGOT PUTIH PADAHAL USIANYA BARU 40 TAHUN DIA MENGENAKAN KOSTUM BAJU PUTIH PANJANG,CELANA PUTIH PANJANG DAN KACA MATA BESAR, ILMUAN INI SEDANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TENTANG TIKUS. RUANGAN TERSEBUT DIPENUHI ALAT-ALAT EKSPERIMEN PENELITIAN DAN BENDA-BENDA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENELITIAN DARI MULAI TENGKORAK MANUSIA, TIKUS, TABUNG-TABUNG UNTUK MENCAPUR CAIRAN DAN SEJUMLAH PERALATAN DAN BAHAN UJI COBA LAINYA. MUSIK MENGIRINGI, MEMBERIKAN IRINGAN MUSIK DENGAN SUASANA UJI COBA DI LABORATORIUM, ILMUAN BERJALAN DENGAN MEMBAWA TIKUS PUTIH, ILMUAN MEMBAWA TIKUS TERSEBUT DENGAN MEMEGANG EKORNYA KEMUDIAN MEMASUKAN TIKUS TERSEBUT DISEBUAH KERANGKENG KECIL KEMUDIAN KELUAR PANGGUNG LALU MASUK KEMBALI SAMBIL MEMBAWA TIKUS YANG BERWARNA HITAM YANG SUDAH ADA DIDALAM KERANGKENG KECIL, MEGAMBIL SUNTIKAN DI KOTAK DIBAWAH MEJA DAN BERSIAP MENGAMBIL CONTOH DARAH DARI MASING-MASING TIKUS TERSEBUT. LALU MENGAMBIL DUA TABUNG UNTUK TEMPAT CONTOH DARAH DARI TIKUS HITAM KEPALA BOTAK DA TIKUS PUTIH.

MENCAMPUR DARAH DARI TIKUS MERAH DAN TIKUS PUTIH

Kenapa warnanya masih tetap merah…..

JENGKEL

Aduh…..apa memang tikus hitam dan tikus putih ini memiliki persaman warna darah atau memang warna darah mereka jika dicampurkan memang akan memililki warna yang tetap.dasar tikus! Aduh….

MERASA SANGAT CAPEK

Sebenarnya saya ini mengantuk sekali tapi aku tidak mau tergesa-gesa tidur,sebab akan menyababkan kepalaku jadi botak,ah….apa aku keliru mencampur cairan ini dengan darah tikus CAPEK ah….lebih baik saya duduk dulu

SEMBARI BERFIKIR UNTUK MENCARI IDE. SADAR

Ngomong-ngomong soal tikus? tikus adalah hewan yang paling hebat didunia ini. Ya! Tikus sekarang hebat tidak hanya rumah orang kaya yang digerogoti namun rumah reot juga tidak ketinggalan untuk digerogoti dan itu tidak hanya rumahnya saja bisa jadi penghuni rumah itu pun akan digerogotinya. Tikus sekarang sudah modern dan menyebar dimana-mana! digot, di jalanan, dirumah, di kantor-kantor dan dimana saja! tikus sekarang sudah merakyat

MEROKOK

Kemarin saja waktu saya tertidur dengan nyenyak tiba-tiba saya terkagetkan karena jari jempol saya digerogoti tikus hitam kepala botak, awalnya saya tida tahu apa yang menggelitik kaki saya tapi lama kelamaan ketika saya rasakan ternyata itu adalah tikus, dengan bergegas saya menyebet tikus tersebut dengan slimut saya, nampaknya tikus botak itu ketakutan, sering saya dipermainkan dia, suatu sore saya mendapatkan makanan dari tetangga kemudian saya letakkan makanan itu diatas meja, karena perut saya terasa belum lapar jadi sembari saya menunggu lapar saya, saya melamunkan ketika masa-masa mudaku dulu ketika saya menjadi aktivis kampus, saya demo ke gedug DPR MPR agar orang-orang miskin dinegri kita ini diperhatikan. Ya! Betapa hebatnya saya dulu dan betapa tidak pedulinya mereka dengan saya! dasar asu! Eh..eh…eh! kok tambah jadi tidak karuan omongan saya, sekarang yang salah tikusnya, apa pejabatnya. oh ya saya lupa kembali pada persoalan melamun, ya…pada waktu saya melamun itu tikus hitam kepala botak itu mengambil jatah makan saya padahal saya ini sudah tidak punya makanan untuk dimakan kalau tidak dikasih ya…saya biasaya buat mie instan atau kalau saya beli hamburger atar pizza yang engandung racun itu….lumrahlah, biasa perjaka tua.

MUSIK MULAI TEGANG

Persolan tikus adalah persoalan yang sulit-sulit mudah masalahnya saya sudah berkali-kali mencoba utuk meracuni tikus kepala botak itu dengan racun tikus yang saya dapatkan dari refrensi yang saya cari sehingga saya segera mencari racun tikus dan saya juga mencari gambar-gambar tentang tikus-tikus masa kini yang sulit sekali di racuni walaupun dengan racun yang hebat sekalipun.

MEMPERLIHATKAN GAMBAR BERUKURAN BESAR DARI BERBAGAI MACAM JENIS TIKUS. MEMBUKA LEMBAR PERTAMA

Mari…..saya tujukkan gambar tikus-tikus yag sulit dimusnahkan,lha…..inilah, gambar anak-anak berseragam dari SD sampai SMA. ini adalah benih-benih tikus yang nantiya akan menjadi generasi penerus tikus-tikus yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memiliki gerak yang tepat saat mengambil jatah.

MEMBUKA LEMBAR KEDUA GAMBAR GURU YANG BERWAJAH TIKUS.

Ini dia tikus yang paling hebat tikus yang ramah, bergerak palan-pelan tapi tepat sasaran biasanya tikus ini tinggal disekolah-sekolah.

LEMBAR KETIGA GAMBAR ORANG BERDASI MEMBAWA BENDERA MERAH PUTIH. TERTAWA

Ha….ha….ha…..inilah tikus yang luar biasa yang cinta tanah air dan suka berjanji kepada orang-orang kecil akan mensejahtarahkannya hebat bukan, lihat saja dasinya dan lihat saja bendera yang dibawahnya bukankah itu sosok tikus yang cinta pada bangsanya.

Sebentar saya ambil sampel darah saya dulu kemudian saya samakan apakah ada persamaan antara darah manusia dengan tikus

MENGAMBIL SUNTIKAN KEMUDIAN MENYUNTIKAN KE TANGANNYA. MERASA KESAKITAN KETIKA MEMASUKAN JARUM SUNTIK TANGANYA.

Ah..! ha….! Ini dia contoh darahnya mari kita lihat apakah darah manusia dan darah tikus memiliki persamaan,

DILIHAT DI MICROSCOPE

Ternyata warna dari darah tikus dan manusia sama, tapi ada yang tidak sama yaitu sel dan kuman yang ada dalam kandugan darah tersebut yang berbeda.

MUNCUL IDE

Bagaimana jika darah tikus ini saya campurkan kemudia saya minum akan menimbulkan reaksi apa.

SELANG BEBERAPA MENIT

belum ada perubahan dan belum ada reaksi yang signifikan. Tidak ada yang aneh.

TERTAWA

Ha……ha………ha…….dunia ini memang aneh, dunia ini penuh tikus sekarang.

TERSADAR

Sebentar….sebentar….sebentar apa saya juga terlihat seperti tikus atau terlihat seperti apa? Heh! He! Jawab pertanyaan saya, saya terlihat seperti apa? Tikuskah, manusiakah atau manusia tikus?

MUSIK SEMAKIN TEGANG.ILMUAN BERJALAN MENUJU CERMIN

Tidak saya tidak mirip seperti tikus, saya telihat biasa-biasa saja tapi saya takut orang-orang melihat saya sepert tikus karena saya pernah makan makanan sisa makanan tikus.

BERJALAN KETEGAH PANGGUNG DENGAN MEMBAWA CERMI TERSEBUT

Tidak! Tidak ada reaksi apa-apa

TIBA-TIBA DIA MERASA TUBUHNYA PANAS DIA MELEMPAR CERMIN TERSEBUT

Kenapa tubuhku tiba-tiba menjadi panas seperti ini

BERLARI MENUJU MEJA BERLAKU LAYAKNYA TIKUS MEMAKAN ROTI DIATAS MEJA TERSEBUT DENGAN PENGECAPAN SEPERTI TIKUS

he……lihatlah saya punya cara baru untuk makan roti dan rasanya sangat nikmat sekali betapa tidak rasa manis dan rasa lezatnya membuat saya tertarik dengan roti ini

KEMUDIAN MELEPAS BAJUNYA DA MENCABIK-CABIK BAJU TERSEBUT DENGAN GIGI DAN TANGANYA SAMPAI GULUNG-GULUNG DILANTAI

He……apakah ini dunia tikus

SAAT MENCABIK-CABIK DIA MENEMUKAN LEMBARAN UANG DISAKU BAJU TERSEBUT

Huh……………….kenapa bau uang ini menarikku untuk mengendus dan memakanya

MENGENDUS-ENDUS KEMUDIAN MENCABIK-CABIK DENGAN MULUTNYA

Ha………………! rasanya nikmat sekali apakah kalian mau he! Ayo siapa yang mau, kenapa kalian diam saja heh! Apa kalian tidak mau uang

TERTAWA

Ha…..ha……..ha…..saya sangat suka sekali dengan uang bagaimana caranya akan saya dapatkan uang tersebut

BERLARI MENUJU GAMBAR DI BELAKANG TENGAH PANGGUNG, MENYOBEK SATU GAMBAR ORANG BERDASI. TERTAWA

Ha…….ha………………..ha……..lihatlah gambar ini! Mungkin ini juga korban dari pengaruh tikus apa kalian tdak ingin menjadi seperti dia? Bagaimana apakah ada yang mau? Karena menjadi seperti ini dia menjadi pejabat besar dan terkenal apa tidak ada yang tertarik kalau ada silahkan maju kedepan.

MUSIK MENGALUN SENDU. SADAR

Sebentar! apa saya sudah benar-benar menjadi tikus, apa hanya dengan pengaruh seperti itu saya mejadi tikus, apa memang tikus adalah sesuatu yang dapat memberikan pengaruh yang sangat hebat bagi manusia, tolong saya, tolong saya, saya tidak ingin menjadi tikus karena saya nanti akan menjadi rakus tolong saya tolong saya, tolog saya……………………………

TUBUH MENGGELIAT LALU KEMUDIAN TERSUNGKUR, BEBERAPA MENIT TERDIAM KEMUDIAN BERGERAK LAYAKNYA TIKUS. DIA MENGEDUS-ENDUS BERJALAN M,ENGINTAI KEMUDAN BERLARI CEPAT KEMUDIAN

BLACK OUT……

Welly SK lahir di Lamongan, 25 Maret 1988. Alamat: Jl. Putri Gladi, Sukodadi, No. 01 RT.01 RW. 08 Kecamatan Sukodadi, Lamongan. No. hand phone: 085649901417 No. Rekening. BNI Cabang Gresik: 0147675308. Dia adalah Alumni Madrasah Aliyah tahun 2007. Aktif menulis sejak SMA karya tulis yang pernah dibuatnya adalah Puisi dan Drama. Selain itu juga dia aktif sebagai pelatih Teater di TEATER SEMAR COM SMK 4 Surabaya, Pelopor berdirinya sekaligus Sekjen PANTOMIME STUDIO di Surabaya. Pengurus TEATER LATA (Babat, Lamongan), Pengurus TEATER SENDRATASIK ( Jurusan Sendratasik, FBS, Universitas Negeri Surabaya) dan sekarang masih berstatus Mahasiswa di Jurusan Sendratasik (Drama) FBS, UNESA.

Naskah drama

Asal Mula Danau Limboto

Babak1

Dahulu, daerah Limboto merupakan hamparan laut yang luas. Di tengahnya terdapat dua buah gunung yang tinggi, yaitu Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila yang merupakan petunjuk arah bagi masyarakat yang akan memasuki Gorontalo melalui jalur laut.Namun,pada suatu ketika, air laut surut, sehingga kawasan itu berubah menjadi daratan. Tak beberapa lama kemudian, kawasan itu berubah menjadi hamparan hutan yang sangat luas. Di beberapa tempat masih terlihat adanya air laut tergenang, dan di beberapa tempat yang lain muncul sejumlah mata air tawar, yang kemudian membentuk genangan air tawar. Salah satu di antara mata air tersebut mengeluarkan air yang sangat jernih dan sejuk. Mata air yang berada di tengah-tengah hutan dan jarang dijamah oleh manusia tersebut bernama Mata Air Tupalo. Tempat ini sering didatangi oleh tujuh bidadari bersaudara dari Kahyangan untuk mandi dan bermain sembur-semburan air.

Babak2

Suatu hari, ketika ketujuh bidadari tersebut sedang asyik mandi dan bersendau gurau di sekitar mata air Tupalo tersebut, seorang pemuda tampan bernama Jilumoto melintas di tempat itu. Jilumoto dalam bahasa setempat berarti seorang penduduk kahyangan berkunjung ke bumi dengan menjelma menjadi manusia.

Jilumoto : “Aduhai…. cantiknya bidadari-bidadari itu!Hmm..Bagimana jika aku mengambil salah satu sayap mereka di batu besar itu.Dengan begitu,aku dapat memperistri si pemilik sayap karena ia tentu tidak dapat terbang kembali ke Kahyangan.(mengambil salah satu sayap itu,dan bersembunyi di balik pohon besar).”

Babak3

Ketika hari menjelang sore…

Salah satu bidadari : “Hai,mari kita siap2 pulang ke Kahyangan.Hari sudah mulai gelap.”
Keenam bidadari : (Memakai kembali sayap mereka masing-masing,dan bersiap terbang ke angkasa.)”

Namun..

Bidadari tertua : “Hai, Adik-adikku! Apakah kalian melihat sayap Kakak?”

Rupanya, bidadari tertua yang bernama Mbu`i Bungale kehilangan sayapnya.

Keenam adiknya : “Tidak kak.”
Salah satu adiknya : “Wah,hari sudah mulai sore,mari kita cari bersama.”

Karena hari mulai gelap, keenam bidadari itu pergi meninggalkan sang Kakak seorang diri di dekat Mata Air Tupalo.

Bidadari bungsu : “Kakak.. jaga diri Kakak baik-baik!”
Mbu`i Bungale : “Adikku…! Jangan tinggalkan Kakak sendirian di sini!”
Keenam adiknya : “Maafkan kami Kak,tapi kami juga tidak bisa berbuat apa-apa.”
Mbu`i Bungale : “Bagaimana ini,aku tidak bisa lagi bertemu dengan keluarga di Kahyangan.Huhu..”

Babak4

Beberapa saat kemudian..

Jilumoto : “Hai, Bidadari cantik! Kenapa kamu bersedih begitu?”
Mbu`i Bungale : “Sayapku hilang, Bang! Adik tidak bisa lagi kembali ke Kahyangan”
Jilumoto : “Hmm..Bagaimana jika aku memperistri-Mu?Aku akan menjagamudi bumi ini.”
Mbu`i Bungale : “Eeemmm….Baiklah,Aku bersedia.”

Sepasang suami-istri itu pun mencari daerah untuk bertahan hidup.

Jilumoto : “Dinda,lihatlah bukit yang tidak jauh dari Mata Air Tupalo itu,sepertinya kita dapat mendirikan sebuah rumah sedrhana dan bercocok tanam di sana.”
Mbu`i Bungale : “Dinda akan selalu mengikutimu Kanda,Selain itu,daerah itu juga tidak buruk.Mari kita segera ke sana.”

Sesampainya..

Mbu`i Bungale : “Wah,daerah ini indah sekali.Udaranya segar sekali,tanahnya pun gembur,cocok sekali unutuk bercocok tanan.”
Jilumoto : “Baguslah jika Dinda senang,Bagaimana jika kita beri nama bukit ini Huntu lo Ti`opo atau Bukit Kapas?”
Mbu`i Bungale : “Nama yang bagus Kanda.”

Babak5

Pada suatu hari, Mbu`i Bungale mendapat kiriman Bimelula, yaitu sebuah mustika sebesar telur itik dari Kahyangan. Bimelula itu ia simpan di dekat mata air Tupalo dan menutupinya dengan sehelai tolu atau tudung.Beberapa hari kemudian, ada empat pelancong dari daerah timur yang melintas..

Pemimpin pelancong : “Hei,di sana ada air yang jernih,dan kelihatannya sangat segar.Mari kita ke sana.”
Salah seorang dari pelancong : “Wah,air ini segar sekali.Namun apa gerangan benda yang tergeletak itu? Bukankah itu tudung?”
Pelancong lainnya : “Benar, kawan! Itu adalah tudung.”
Pelancong lainnya : “Aneh, kenapa ada tudung di tengah hutan yang sepi ini?”

Karena penasaran, mereka segera mendekati tudung itu dan bermaksud untuk menangkatnya. Namun, begitu mereka ingin menyentuh tudung itu, tiba-tiba badai dan angin topan sangat dahsyat datang menerjang, kemudian disusul dengan hujan yang sangat deras.

Pemimpin pelancong : “Cepat cari tempat perlindungan!”

Setelah badai dan hujan berhenti, keempat pelancong itu kembali ke mata air Tupalo. Mereka masih penasaran dengan tudung itu dan bermaksud untuk mengangkat tudung itu lagi.

Salah seorang pelancong : “Sebentar,sebaiknya kita ludahi dulu tudung ini dengan sepah pinng yang sudah dimantrai,untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi badai dan topan lagi.”

Betapa terkejutnya mereka ketika mengangkat tudung itu. Mereka melihat sebuah benda bulat, yang tak lain adalah mustika Bimelula. Mereka pun tertarik dan berkeinginan untuk memiliki mustika itu.

Babak6

Namun begitu mereka akang mengambil mustika Bimelula itu, tiba-tiba Mbu`i Bungale datang bersama suaminya, Jilumoto.

Mbu`i Bungale : “Maaf, Tuan-Tuan! Tolong jangan sentuh mustika itu! Izinkanlah kami untuk mengambilnya, karena benda itu milik kami!”
Pemimpin pelancong : “Hei, siapa kalian berdua ini? Berani sekali mengaku sebagai pemilik mustika ini!”
Mbu`i Bungale : “Saya Mbu`i Bungale datang bersama suamiku, Jilumoto, ingin mengambil mustika itu”
Pemimpin pelancong : “Hai, Mbu`i Bungale! Tempat ini adalah milik kami. Jadi, tak seorang pun yang boleh mengambil barang-barang yang ada di sini, termasuk mustika ini!”
Mbui`i Bungale : “Apa buktinya bahwa tempat ini dan mustika itu milik kalian?”
Pemimpin pelancong : “Kalian mau lihat buktinya? Lihatlah sepah pinang di atas tudung itu! Kamilah yang telah memberinya”
Mbu`i Bungale : “Hai, aku ingatkan kalian semua! Kawasan mata air ini diturunkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa kepada orang-orang yang suka berbudi baik antarsesama makhluk di dunia ini. Bukan diberikan kepada orang-orang tamak dan rakus seperti kalian. Tapi, jika memang benar kalian pemilik dan penguasa di tempat ini, perluaslah mata air ini! Keluarkanlah seluruh kemampuan kalian, aku siap untuk menantang kalian!”

Babak7

Para pelancong itu pun memnerima tantangan Mbu`i Bungale.

Pemimpin pelancong : “Wei mata air Kami! Meluas dan membesarlah.”

Berkali-kali pemimpin pelancong itu membaca mantranya, namun tak sedikit pun menunjukkan adanya tanda-tanda mata air itu akan meluas dan membesar. Melihat pemimpin mereka sudah mulai kehabisan tenaga, tiga anak buah pelancong tersebut segera membantu. Meski mereka telah menyatukan kekuatan dan kesaktian, namun mata air Tupalo tidak berubah sedikit pun. Lama-kelamaan keempat pelancong pun tersebut kehabisan tenaga. Melihat mereka kelelahan dan bercucuran keringat, Mbu`i Bungale hanya tersenyum.

Mbu`i Bungale : “Hai, kenapa kalian berhenti! Tunjukkanlah kepada kami bahwa mata air itu milik kalian! Atau jangan-jangan kalian sudah menyerah!”
Pemimpin pelancong : “Diam kau, hai perempuan cerewet! Jangan hanya pandai bicara! Jika kamu pemilik mata air ini, buktikan pula kepada kami!”
Mbu`i Bungale : “Baiklah, Tuan-Tuan! Ketahuilah bahwa Tuhan Maha Tahu mana hambanya yang benar, permintaannya akan dikabulkan!”

Mbu`i Bungale segera duduk bersila di samping suaminya seraya bersedekap.

Mbu`i Bungale : “Woyi, air kehidupan, mata air sakti, mata air yang memiliki berkah. Melebar dan meluaslah wahai mata air para bidadari…. membesarlah….!!!”

Babak8

Seusai berdoa..

Mbu`i Bungale : Ayo kanda,kita naik ke pohon.Hai,kalian para pelancong,naiklah ke pohon yang paling tinggi, karena sebentar lagi kawasan ini akan tenggelam.”

Beberapa saat kemudian, perut bumi tiba-tiba bergemuruh, tanah bergetar dan menggelegar. Perlahan-lahan mata air Tupalo melebar dan meluas, kemudian menyemburkan air yang sangat deras. Dalam waktu sekejap, tempat itu tergenang air.

Sala seorang pelancong : Mengapa bisa begini?
Pelancong lainnya : Lihat!Genangan air itu hampir mencapai tempat kita!”
Pemimpin pelancong : “Ampun Mbu`i Bungale! Kami mengaku salah. Engkaulah pemilik tempat ini dan seisinya!”

Mbu`i Bungale adalah bidadari yang pemaaf. Dengan segera ia memohon kepada Tuhan agar semburan mata air Tupalo dikembalikan seperti semula, sehingga genangan air itu tidak semakin tinggi dan menenggelamkan keempat pelancong tersebut. Tak berapa lama kemudian, semburan air pada mata air Tupalo kembali seperti semula. Mereka pun turun dari pohon.

Babak9

Mbu`i Bungale segera mengambil tudung dan mustika Bimelula. Ajaibnya, ketika ia meletakkan di atas tangannya, mustika yang menyerupai telur itik itu tiba-tiba menetas dan keluarlah seorang bayi perempuan.

Mbu`i Bungale : “Wah..cantiknya dirimu.Wajahmu bercahaya bagaikan cahaya bulan.Akan kuberi kau nama Tolango Hula yang berarti cahaya bulan.”
Mbu`i Bungale : “Mari kita pulang Kanda.”
Jilumoto : “Baiklah.Kalian para pelancong ikut saja ke rumah kami.”
Para pelancong : “iya.”

Ketika hendak meninggalkan tempat itu…

Mbu`i Bungale : “Hai, benda apa itu?”
Mbu`i Bungale : “Bukankah ini buah jeruk?(mencubit dan mencium buah itu).”
Mbu`i Bungale : “Kanda, ini adalah buah jeruk seperti yang ada di Kahyangan.Yolong gendong Tolango Hula! Dinda ingin memeriksa pepohonan di sekitar danau ini. Jangan-jangan di antara pepohonan itu ada pohon jeruk yang tumbuh.”

Babak10

Mbu`i Bungale pun menemukan beberapa pohon jeruk yang sedang berbuah lebat.

Mbu`i Bungale : “Kanda, kemarilah sebentar!”
Jilumoto : “Ada apa Dinda?”
Mbu`i Bungale : “Coba perhatikan pohon jeruk ini! Bukankah buah ini seperti jeruk Kahyangan, Kanda?”
Jilumoto : “Kamu benar, Dinda! Pohon jeruk ini seperti yang ada di Kahyangan.”
Mbu`i Bungale : “Dinda heran! Kenapa ada pohon jeruk Kahyangan tumbuh di sekitar danau ini?”
Mbu`i Bungale : “Kanda,Dinda tahu bahwa keberadaan pohon jeruk di sekitar danau itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Mahakuasa.Kanda,bagaimana jika danau ini kita beri nama
Bulalo lo limu o tutu untuk memperingati peristiwa ini?”
Jilumoto : “Apa artinya itu Dinda?”
Mbu`i Bungale : “Bulalo lo limu o tutu bararti danau dari jeruk yang berasal dari Kahyangan.Bagaimana menurut Kanda?”
Jilumoto : “Kanda setuju dengan usul Dinda.”

Lama-kelamaan, masyarakat setempat menyebutnya dengan Bulalo lo Limutu atau lebih dikenal dengan sebutan Danau Limboto.

  • ASAL MULA LOMBA BIDAR

Lomba bidar adalah lomba mendayung perahu yang dinamai ‘bidar’. Seni ini sudah ada sejak dahulu kala.

Konon,menurut cerita lomba bidar bermula dari peristiwa Putri Dayang Merindu. Seorang gadis cantik jelita yang tinggal di hulu kota Palembang. Ia adalah anak tunggal,dari ayah yang bernama Syah Denar. Syah Denar memiliki teman sekampung yang sama-sama seorang saudagar bernama Tuan Andil yang memiliki anak bernama Dewa Jaya,yang merupakan teman sejak kecil Dayang Merindu.

Beranjak dewasa,Dewa Jaya dikirim orang tuanya ke beberapa negeri lain untuk menuntut ilmu bela diri. Bertahun-tahun menuntut ilmu,akhirnya ia kembali pulang.

BABAK I
Dewa Jaya       : (mengetuk pintu rumah Dayang Merindu)..”Assalamualaikumm..”
Dayang Merindu : “Wa’alaikum salam..eh,kang Dewa…Kapan kembali pulang ke sini?”
Dewa Jaya       : “Barusan kemarin, akang pulang…”
Dayang Merindu : “Oh..Silahkan masuk,kang…saya sudah tidak sabar ingin mendengar cerita atas perjalanan akang…”(mengajak Dewa Jaya masuk)

Terjadilah percakapan hangat antara Dewa Jaya dan Dayang Merindu. Sepulangnya dari rumah Dayang Merindu,Dewa Jaya mengutarakan maksud ingin melamar Dayang Merindu menjadi istrinya,kepada ayah ibunya. Ayah ibunya langsung setuju dan esoknya,pergi ke rumah Dayang Merindu,membicarakan perkawinan yang dimaksud. Namun begitu ditanya demikian, Dayang Merindu langsung menolak dengan halus maksud Tuan Ali dan istrinya itu.

Dayang Merindu : “mohon ampun pada ayah dan bunda. Belum tersirat rasa cinta di hati saya   terhadapnya. Oleh karena itu,saya belum mau mengatakan bersedia menjadi istrinya. Namun, saya tidak akan durhaka pada orang tua”

Syah Denar dan istrinya berpendapat,mungkin karena Dayang Merindu baru berusia Sembilan belas tahun,belum ada hasrat bercintaan dengan pemuda. Ketika Tuan Adil datang melamar, Syah Denar menerimanya sebagai ikatan pertunangan.

 

BABAK II

Sementara itu,di hilir sungai musi, ada seorang pemuda bernama Kemala Negara,anak keluarga petani miskin di tepi sungai musi. Selama merantau mencari nafkah ke negeri lain,dia banyak belajar ilmu bela diri. Pada suatu hari,kemala Negara berenang bersama teman-temannya di sungai musi, saat mereka melihat sebuah cawan tembaga kecil hanyut terapung di tengah sungai. Mereka pun mengambilnya.

Teman 1          : “biasanya cawan dan bunga serta minyak yang wangi seperti ini adalah bahan keramas cuci rambut wanita”
Kemala Negara : “Benar. Apakah sebabnya benda seanggun dan semahal ini hanyut? mungkin ada pria jahat yang mengganggu wanita yang sedang keramas itu. Kita harus mengembalikannya”
Teman 2          : “Benar,coba lah kau cari siapa pemiliknya, Kemala..mana tahu nasib baik, pemiliknya seorang gadis cantik. Sepadan dengan engkau..”

Kemala Negara setuju dengan pendapat temannya. Disimpannya cawan itu tanpa mengusik isinya. Hari itu juga, dia sendiri berperahu menghulu ke sungai musi.
Dua hari berperahu menghulu,terus bertanya dan bersua dengan seorang gadis yang sedang mengambil air. Gadis itu tersenyum menjawab,saat ditanyai pemilik cawan tersebut.

Gadis               : “Benar,tuan muda. Ini cawan keramas milik temanku. Namanya adalah Dayang Merindu. Tiga hari yang lalu,kami mandi beramai-ramai. Dia keramas mencuci rambutnya. Diletakannya cawan ini di rakit dan kami mandi bermain simbur-simburan. Dia sangat risau karena cawannya hanyut”
Kemala Negara : “ Terima kasih..tolong Adik kembalikan padanya..”
Gadis               : “Tuan muda sendirilah yang mengembalikannya. Itu rumahnya di hulu situ. Pasti dia sangat berterima kasih pada tuan..”
Kemala Negara : “ah..tolonglah adik yang kembalikan..saya khawatir nanti dia mengira cawannya saya yang ambil..”
Gadis               : (tersenyum)..”Tidak,Tuan uda. Dayang Merindu adalah gadis paing cantik di kampong ini. Sangat rendah hati dan ramah. Tuan muda sudah menemukan dan dua hari berturut-turut mengantarkannya ke sini.
Kemala Negara : “Tolonglah, dik..”
Gadis               : (tertegun)..”baiklah..sebentar lagi saya akan ke rumahnya. Kami akan mandi ramai-ramai petang ini. Nanti saya akan menceritakan semua kepadanya. Tuan muda tunggu kami di tepi semak jalan tepian mandi. Serahkan langsung padanya”

Kemala Negara menyetujuinya.

BABAK III
Kemala Negara menunggu seperti yang gadis tadi suruh. Ketika dilihatnya gadis tadi datang bersama empat gadis,dapatlah dia menduga yang mana gerangan Dayang Merindu. Ketika saling pandang dari jarak yang jauh dengan Kemala Negara, pertama kali dalam hidupnya, Dayang merindu merasakan debaran jantungnya berdebar tidak karuan. Ia kagum akan Kemala Negara yang bertubuh kekar dan tampan. Kemala Negara membungkuk tanda hormat. Dayang merindu langsung berujar

Dayang Merindu : “ temanku ini sudah menceritakan semuanya. Alangkah tingginya baik budi tuan, telah menemukan dan bersusah payah mengembalikannya pada saya. Bagaimana saya bisa berterima kasih?”
Kemala Negara : “ Maaf, puteri jelita..terimalah cawan ini..saya ikhlas mengembalikannya pada pemiliknya kembali..apalagi,pemiliknya seorang gadis cantik nan jelita seperti mu..”
Dayang Merindu : (tersipu malu)..”ah, tuan ini bisa saja..panggil saja saya Dayang Merindu”
Kemala Negara : “Nama saya Kemala Negara..panggil saja saya Kemala..”

Keduanya saling merasakan api cinta pertama yang bergelora dalam dada.
Dayang Merindu : “Saya ingin mandi bersama teman-teman saya..Bolehkah kita bersua lagi?”
Kemala Negara : “ Saya juga ingin berkata begitu. Saya akan menunggu di jalan ini..setelah Engkau selesai mandi..”
Mereka pun berjanji dalam hatinya masing-masing.

BABAK IV

Kemala Negara dan Dayang Merindu menjadi akrab sekali, dan mereka saling mencintai satu sama lain. Tiga hari lamanya kemala Negara berada di kampong itu. Begitu pulang ke kampungnya, ia langsung mengatakan keinginannya untuk memperistri Dayang Merindu kepada kedua orang tuanya. Tapi, begitu orang tua Kemala Negara datang melamar Dayang merindu..Namun,alangkah kecewanya mereka, ketika Syah Denar menolak lamaran mereka dengan alasan Dayang Merindu sudah dipertunangkan dengan Dewa Jaya.
Kemala Negara sangat marah pada Dewa Jaya. Didatanginya kediaman Dewa Jaya.

Kemala Negara : “HAI DEWA JAYA!!KELUAR KAU!!
Dewa Jaya       : (keluar dari rumah)..”ada apa teriak-teriak?
Kemala Negara : :AKU MENANTANG ENGKAU BERTANDING!!! SATU LAWAN SATU..JIKA KAU KALAH, DAYANG MERINDU AKAN MENJADI MILIKKU, DAN JIKA AKU KALAH, KAU BEBAS MEMILIKI DAYANG MERINDU!!!

Dewa Jaya setuju karena ia begitu mencintai Dayang Merindu dari kecil. Diumumkanlah ke seluruh kampong akan diadakan pertandingan. Seluruh penduduk pun berkumpul menyaksikan. Hanya Dayang Merindu yang tak mau keluar rumah. Dia cemas kalau Kemala Negara kalah.
Setengah hari penuh,diadakanlah pertandingan pencak silat. Ternyata,tak ada yang kalah. Oleh karena itu, datuk desa memutuskan, pertandingan dialihkan ke peretandingan bidar,salah satu pertandingan yang merupakan keramat bagi desa itu. Siapa yang lebih dahulu sampai finish, dialah yang menang,dan berhak menjadi suami Dayng merindu.
Pada hari yang ditentukan,seluruh penduduk menyaksikan di tepi sungai musi. Kedua pemuda itu mendapat sebuah perahu kecil,lengkap dengan dayungnya. Seluruh penduduk berdebar-debar menyaksikan siapa yang menang. Namun, ketika Kemala Negara dan Dewa Jaya bersamaan masuk finish, mereka terkapar di perahu masing-masing. Ketika di temui, mereka sudah tidak bernyawa lagi.

 

BABAK V

Mendengar berita akan tewasnya kedua pemuda itu, dayang merindu langsung meninggalkan rumahnya dan menuju pendopo, tempat mayat Kemal Negara dan Dewa Jaya dibaringkan. Dayang Merindu langsung berkata pada datuk yang duduk di kursi kehormatan dekat kedua mayat tersebut.

Dayang Merindu : “ saya dan Kemala Negara saling mencintai. Akan tetapi, saya juga tahu bahwa Dewa Jaya juga mencintai saya.. maka saya ingin berlaku adil untuk keduanya. Saya mohon pada datuk untuk membelah tubuh saya menjadi dua. Yang sebelah, mohon dikuburkan bersama Kemala Negara, dan sebelahnya lagi dikuburkan bersama Dewa Jaya..”

Para hadirin dan datuk tercengang pada Dayang Merindu. Sebelum semuanya sempat berkata apa-apa, Dayang merindu menusukkan sebilah pisau yang sudah dilumuri racun ke dada nya dan mati seketika.
Konon, para penduduk setempat sangat menghormati Dayang merindu yang sudah berlaku adil pada orang yang dicintainya dan mencintainya. Mereka mengadakan acara untuk memperingti Dayang merindu, dan acara tersebut dinamakan lomba bidar.

TAMAT

Keong Emas

Pada zaman dahulu di Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang disebut Kerajaan Daha. Di sana hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja Kertamarta tersebut hidup sangat bahagia dan serba berkecukupan.

Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati. Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Dewi Galuh merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu, Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.

Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang membuat masakan ini.

Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada di tempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek. “Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku”, kata keong emas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.

Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu Candra Kirana menghilang. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya Raden itu pergi ke desa Dadapan. Setelah berjalan berhari-hari, sampailah ia di desa Dadapan. Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaannya saat menolong kakek tua. Akhirnya Raden Inu membawa tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Raden Inu menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda meminta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.
Cerita Rakyat “Keong Emas” ini diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudiana.

Sumber :
http://www.ceritaanak.org/index.php?option=com_content&view=article&id=59:keong-emas&catid=36:cerita-rakyat&Itemid=56

NASKAH DRAMA

KEONG EMAS

Babak 1
Adegan 1
Pada zaman dahulu, di Kerajaan Daha hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja Kertamarta tersebut hidup sangat bahagia dan serba berkecukupan. Hingga suatu hari, datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati itu sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
Candra Kirana : “Sayangku, kita akan menikah beberapa hari lagi.”
Raden Inu : “Betul sekali, cintaku.”
Candra Kirana : “Ada sesuatu yang mau aku tanyakan kepadamu.”
Raden Inu : “Apa itu? Beritahu aku sekarang.”
Candra Kirana : “Apakah kau benar-benar mencintaiku?”
Raden Inu : “Sudah tentu, cintaku. Aku mencintaimu dengan segenap
hatiku. Bagaimana dengan sayangku?”
Candra Kirana : “Saya juga sangat mencintaimu.”

Pada saat ada orang yang baik, selalu ada juga orang yang tidak baik. Dewi Galuh, saudara tirinya Candra Kirana sangat cemburu dan hatinya dipenuhi kebencian kepada Candra Kirana. Dewi Galuh benar-benar ingin menjadi istri Raden Inu. Oleh sebab itu, Dewi Galuh mencoba melakukan apa saja untuk menghilangkan Candra Kirana.

Adegan 2

Dewi Galuh : “Maafkan saya saudaraku sayang, saya mau berbicara
denganmu sebentar.”
Candra Kirana : “Baiklah.”
Raden Inu : “Aku pikir lebih baik aku pergi sekarang. Besok aku akan
pergi berburu selama lima hari sendirian.
Candra Kirana : “Sendirian? Aku akan sangat khawatir padamu.”
Raden Inu : “Jangan cemas, aku akan baik-baik saja, sayang!”

Adegan3

Dewi Galuh : “Aku dengar kamu dan Raden Inu akan segera menikah
dalam beberapa hari ini, apakah itu benar?
Candra Kirana : “Ya, betul! Kami akan segera menikah.”
Dewi Galuh : “Oh, itu sangat bagus! Aku harap kamu akan bahagia dengan
dia. Selamat ya!”
Candra Kirana : “Terima kasih. Dapatkah kamu datang ke upacara pernikahanku?”
Dewi Galuh : “Tentu saja, aku akan datang.”

Babak 2

Pada hari berikutnya, Dewi Galuh bertemu seorang penyihir tua untuk meminta bantuannya.

Adegan 1

Penyihir : “Ada apa Tuan Putri? Mengapa tiba-tiba Anda mau bertemu dengan saya?
Dewi Galuh : “Dapatkah Anda membantuku, penyihir yang hebat dan baik hati?”
Penyihir : “Apa yang dapat saya lakukan untukmu, Tuan Putri?”
Dewi Galuh : “Aku ingin menghilangkan Candra Kirana dari sisi Raden Inu.”
Penyihir : “Ah, hal itu mudah saja dilakukan. Mendekatlah ke sini Tuan Putri. Saya akan beritahukan caranya.”

Penyihir lalu memberikan mantra ke Dewi Galuh sebagai kutukan untuk Galuh Candra.

Adegan 2

Penyihir : “Tuan putri Dewi Galuh harus menggunakan mantra ini
hanya untuk Candra Kirana. Wahai Iblis Kegelapan, berilah
kekuatan kutukanmu pada Candra Kirana agar menjadi
keong emas.”
Dewi Galuh : “Oh, itu mudah dilakukan. Sebelum dia menjadi keong emas,
aku akan membuat dia menderita.”

Dewi Galuh mengatur rencana untuk menghilangkan Candra Kirana dan berkata,

Dewi Galuh : “Oh, betapa hebatnya penyihir itu. Dia dapat menjadikan
Candra Kirana menjadi keong hanya dengan kutukan.
Sebelum dia menjadi keong, aku akan membuang kamu,
Candra Kirana. Sehingga kamu tak akan pernah kembali
lagi. ( Candra Kirana tertawa puas ).

Babak 3

Candra Kirana dibuang jauh dari kerajaan oleh Dewi Galuh.
Adegan 1

Dewi Galuh : “Terimalah ini Candra Kirana! Ini adalah hasil yang harus
kamu terima, karena kamu telah merebut sesuatu yang saya inginkan.”
Candra Kirana : “Saudaraku, mengapa kamu membuangku? Begitu besarkah
kebencianmu padaku?
Dewi Galuh : “Ya, saya sangat membencimu!”
Candra Kirana : “Mengapa kamu membenciku, saudaraku?”
Dewi Galuh : “Mengapa? Karena kamu telah mendapatkan segalanya, tetapi aku sendiri? Apa yang kupunya? Saudaraku tercinta, bersiap-siaplah untuk mendapatkan segala sesuatu yang akan membuat kamu lebih menderita. Kamu akan menjadi keong emas. Oh, iblis kegelapan berilah kekuatanmu! Kutuklah Candra Kirana menjadi keong emas sekarang.”

Setelah Dewi Galuh mengucapkan mantra, Candra Kirana berubah menjadi keong emas dan Dewi Galuh meninggalkan dia sendirian di pantai yang jauh dari istana.

Candra Kirana : “Wahai Tuhan, mengapa Dewi Galuh sangat membenciku? Apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah?” ( Candra Kirana berkata sambil terisak-isak ).

Babak 4

Ketika Candra Kirana disapu oleh air laut, tiba-tiba Candra Kirana melihat seorang nenek yang sedang berjalan-jalan di dekat pantai. Namanya Nyai Dadapan.

Adegan 1

Nyai Dadapan : “Oh, betapa panasnya hari ini! Wah, ada keong cantik!” (sambil mengangkat keong tersebut).

Lalu Nyai Dadapan mengambil dan membawa keong tersebut ke pondoknya. Ketika tiba di pondok, keong itu ditaruh di dalam tempayan..

Nyai Dadapan : “Tunggu sebentar disini anak kecil, aku akan pergi tidur.”

Babak 5

Hari selanjutnya Nyai Dadapan berencana memancing di laut.

Adegan1

Nyai Dadapan : “Jangan pergi ke mana-mana! Aku akan pulang dan membawa makanan untukmu.

Kemudian Nyai Dadapan meninggalkan Candra Kirana sendirian di pondok tua itu.

Candra Kirana : “Terima kasih Nenek telah membantuku. Aku akan membayar kembali kebaikanmu.”

Oleh karena itu, Candra Kirana bekerja membersihkan pondok dan memasak makanan untuk nenek itu.

Babak 6
Beberapa saat kemudian, Nyai Dadapan kembali ke rumah tanpa membawa apa-apa.

Adegan 1

Nyai Dadapan : “Oh, betapa tidak beruntungnya aku hari ini! Aku tak mendapat ikan sama sekali.” (matanya membuka lebar melihat banyak sekali makanan lezat di meja makannya). “Hmm… Ada makanan yang lezat-lezat. Kebetulan sekali aku sedang lapar.”

Tanpa berpikir dua kali, Nyai Dadapan langsung memakan makanan tersebut.
Lalu dia baru teringat akan sesuatu.

Nyai Dadapan : “Siapa yang telah memasak seluruh makanan ini?” (ia bertanya-tanya di dalam hati).

Babak 7

Pagi berikutnya, ia berencana bahwa ia akan pergi memancing.

Nyai Dadapan : “Aku akan pura-pura memancing, lalu aku akan bersembunyi
dengan cepat dibalik pintu.”

Kemudian ia melihat keong emas itu merangkak keluar dari tempayan. Nyai Dadapan sangat terkejut ketika keong emas itu berubah menjadi seorang gadis yang cantik. Lalu Candra Kirana membersihkan pondok dan memasak makanan.

Adegan 1

Nyai Dadapan : “Hai! Siapa kamu gadis cantik?”
Candra Kirana : (Candra Kirana terkejut ketika nenek tua itu melihat rupa aslinya). Saya Candra Kirana, putri dari Kerajaan Daha. Saya mempunyai saudara tiri yang bernama Dewi Galuh. Dia benar-benar membenci saya dan saya dikutuk menjadi keong emas.”

Setelah berkata begitu, Candra Kirana berubah menjadi keong emas kembali.

Nyai Dadapan : “Oh betapa malangnya! Dewi Galuh sangat kejam. Ya Tuhan,
selamatkanlah putri ini dari setiap ujian yang dihadapinya.
Hukumlah saudara tirinya.”

Babak 8

Kemudian Raden Inu tiba di istana dan ia tidak melihat tunangannya. Oleh karena itu, ia bertanya dengan Dewi Galuh.

Adegan 1

Raden Inu : “Dewi Galuh, dimanakah Candra Kirana? Aku tidak melihat Candra Kirana.”
Dewi Galuh : “Ini bukan maksudku untuk menyakitimu, tetapi Candra Kirana telah berselingkuh dengan penjaga di kerajaan kita.”
Raden Inu : “Benarkah? Bagaimana bisa dia melakukan itu? Dia berkata bahwa dia mencintaiku dan aku juga mencintainya.”
Dewi Galuh : “Ya, aku tahu. Tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan yang kamu harapkan.”

Babak 9

Adegan 1

Raden Inu tetap tidak percaya. Oleh karena itu, dia mencari informasi tentang tunangannya dan akhirnya dia tahu bahwa Candra Kirana tidak bersalah. Kemudian sang putra mahkota pergi menyusuri desa Dadapan dan dia mencari tunangannya.

Raden Inu : “Cintaku… Candra Kirana!”
Candra Kirana : “Sayangku, Raden Inu! Sedang apa kamu di sani?”
Raden Inu : “Aku sedang mencarimu ke mana-mana, sayangku!”
Candra Kirana : “Nyai Dadapan! Nyai Dadapan! Raden Inu datang menjemput saya.”
Nyai Dadapan : “Yang Mulia datang ke sini untuk bertemu Candra Kirana, ya?
Raden Inu : “Ya, benar sekali, Nek.”
Nyai Dadapan : “Kalau begitu, saya akan membiarkan kalian berdua bercakap-cakap. Saya akan mengambil minuman.”
Raden Inu : “Terimakasih, Bu.” (Nyai Dadapan pergi untuk mengambil minuman)

Adegan 2

Raden Inu : “Cintaku, apa yang sebenarnya terjadi padamu?”
Candra Kirana : “Sayangku, sebenarnya aku telah diusir oleh Dewi Galuh dan dia mengutuk aku menjadi keong emas. Dia sangat membenciku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”

Kemudian Candra Kirana kembali menjadi keong emas.

Adegan 3

Nyai Dadapan : “Apa yang terjadi, Putra Mahkota?”
Raden Inu : “Putri Candra Kirana telah berubah kembali menjadi keong emas. Bagaimana jika nenek ikut saya ke istana?”
Nyai Dadapan : “Baiklah, Yang Mulia!”

Babak 10

Ketika tiba di istana, Raden Inu menerangkan semuanya kepada Raja Kertamarta.

Adegan 1

Raden Inu : “Dewi Galuh, mengapa kamu membenci Candra Kirana sehingga kamu telah mengutuk Candra Kirana menjadi keong emas?
Candra Kirana : “Tidak, itu tidak mungkin, Yang Mulia. Itu semua omong kosong. Seseorang telah memfitnah saya. Saya tidak dapat melakukan itu semua terhadap saudara saya sendiri. Tetapi si penyihir yang telah melakukan itu semua.”
Raden Inu : “Ah, kamu tidak perlu banyak berbohong lagi Dewi Galuh. Seluruh kejahatanmu telah terungkap karena tingkah lakumu yang jelek. Kamu akan dipenjara di bawah tanah sampai seumur hidupmu.”
Dewi Galuh : “Tidak! Itu tidak mungkin!”
Raden Inu : “Keluarlah dari sini Dewi Galuh!”

Dewi Galuh bangkit berdiri lalu berlari, tetapi penjaga menangkapnya dan dia dipenjara seumur hidup.

Babak 11

Hari berikutnya Raden Inu bertemu penyihir tua itu.

Adegan 1

Penyihir : “Apa tujuanmu datang ke sini, Yang Mulia?”
Raden Inu : “Aku datang untuk membunuhmu!”
Penyihir : “Ha… ha… ha… ha… Anda tidak akan pernah bisa membunuh saya karena saya dapat hidup selamanya. Hahahaha.”

Raden Inu mengambil keris pusaka dan membunuh penyihir jahat itu.
Candra Kirana terbebas dari kutukan dan dia beralih kembali menjadi seorang putri yang cantik seperti sedia kala.

Adegan 2

Candra Kirana : “Terimakasih, sayangku. Paduka telah menyelamatkan hidupku dari kutukan.”
Raden Inu : “Oh, tidak masalah, cintaku.”
Raden Inu : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah mengembalikan kekasihku menjadi normal seperti sedia kala.

Akhirnya Raden Inu hidup bersama bahagia selamanya karena bantuan Nyai Dadapan.

TAMAT

Yang ingin download file nya langsung aja gan klik link dibawah ini

Cerita_Rakyat_dan_Naskah_Drama_Keong_Emas

Si Lancang (lebih…)