Naskah Drama Putri Pandan Berduri, Asal-Mula Persukuan di Pulau Bintan

Posted: 29 Maret 2015 in Naskah Drama
Tag:, ,

Naskah drama

Putri Pandan Berduri, Asal-Mula Persukuan di Pulau Bintan

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di Pulau Bintan terdapat sekelompok orang Sampan atau orang Suku Laut. Pemimpin Suku Laut atau Suku Sampan ini sangat gagah perkasa, Batin Lagoi namanya.

Babak 1
Suatu hari, ketika Batin Lagoi sedang menyusuri pantai dengan berjalan santai, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tangisan bayi dari arah semak-semak pandan.

Bayi :”oek….oek….oek…”
Batin Lagoi :”Suara apa itu? Saya mendengar seperti ada bayi yang sedang menangis. Apakah mungkin cuma perasaan Saya saja? Sepertinya mustahil jika ada bayi di sekitar sini.”

Tapi, suara bayi menangis yang terdengar itu semakin kuat dan histeris.

Bayi :”oek..oek…oek….(dengan suara yang lebih keras)”
Batin Lagoi :”Sepertinya memang benar ada bayi di sekitar sini. Suaranya terdengar jelas di telingaku. Lebih baik saya mencari sumber suaranya saja untuk memastikan.”

Batin Lagoi mencari sumber suara itu.

Batin Lagoi :”Hm.. Sepertinya suara tangisan bayi itu terdengar dari semak-semak pandan ini.”

Ternyata firasat Batin Lagoi benar, ia menemukan seorang bayi perempuan tergeletak di antara semak pandan dengan beralaskan daun.

Batin Lagoi :”Anak siapa gerangan? Mengapa berada di sini? Orang tuanya ke mana?”

Setelah melihat ke sekelilingnya, Batin Lagoi tidak melihat tanda-tanda ada orang di sekitarnya.

Batin Lagoi :”Daripada anak ini dibiarkan di semak-semak pandan ini, lebih baik Saya bawa saja ia pulang ke rumah dan Saya akan mengangkatnya sebagai anak. Mungkin ini adalah petunjuk dari Tuhan karena Saya tidak mempunyai anak. Sebelum Saya membawa anak ini pulang, Saya akan memberinya nama terlebih dahulu. Karena Saya menemukannya di antara semak-semak pandan, maka Saya akan memberi nama anak ini Putri Pandan Berduri.”

Lalu, dengan hati-hati diambilnya bayi itu dari semak-semak Pandan dan dibawanya pulang. Ia merawat dan menjaga Putri Pandan Berduri dengan penuh kasih sayang seperti layaknya membesarkan putri raja.

Babak 2
Setelah Putri Pandan Berduri beranjak dewasa, Batin Lagoi memberinya pelajaran budi pekerti yang luhur kepada Putri Pandan Berduri.

Batin Lagoi :”Pandan, kamu harus mengingat baik-baik apa yang Ayah ajarkan kepadamu ini.”
Putri Pandan :”Apakah kiranya yang akan hendak Ayah ajarkan kepadaku?”
Batin Lagoi :”Sebelum ayah memulainya, hendaknya kamu mengingat dan melaksanakan dengan baik apa yang Ayah katakan.”
Putri Pandan :”Tentu saja Ayah. Ayah tidak perlu kuatir akan hal tersebut.”
Batin Lagoi :”Tapi bukan hanya hal itu saja anakku. Engkau juga harus bertutur kata sopan dan bertingkah laku baik kepada semua orang, baik itu kepada orang tua bahkan orang yang sebaya denganmu.”
Putri Pandan :”Baik ayah. Nasehat ayah akan selalu Pandan laksanakan.”

Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Tutur bahasa dan sopan-santunnya seperti sifat para putri-putri raja.

Babak 3
Kecantikan dan keelokan tingkah laku daripada Putri Pandan Berduri mengundang kekaguman dari para pemuda di Pulau Bintan.

Pemuda 1:”Lihatlah betapa cantiknya Putri Pandan Berduri itu. Tak hanya cantik Ia juga sangat sopan. Alangkah bahagianya pria yang dapat meminangnya.”
Pemuda 2 :”Setiap pria pasti akan mengagumi Putri Pandan Berduri itu. Namun, mengapa sampai sekarang tidak ada seorang pria pun yang berani mendekatinya?”
Pemuda 1 :”Tidakkah engkau berpikir bahwa sosok sempurna seperti Putri Pandan Berduri itu jugalah yang menyebabkan tidak ada pemuda yang berani mendekatinya?”
Pemuda 2 :”Mengapa demikian?”
Pemuda 1 :”Karena tentunya tidak ada pemuda yang merasa dirinya pantas untuk wanita seperti Putri Pandan Berduri itu. 1 hal lagi penyebabnya, yaitu karena ada kabar bahwa Batin Lagoi menginginkan agar Putri Pandan Berduri itu menjadi istri seorang anak raja atau anak Megat.”

Babak 4
Sementara itu, di Pulau Galang, terdapat seorang Megat yang mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak yang tua bernama Julela dan yang muda bernama Jenang Perkasa. Dari mereka kecil, Megat itu mendidik kedua anaknya agar saling membantu dan saling menghormati satu dengan yang lain.

Setelah keduanya beranjak dewasa, Megat menginginkan Julela yang menjadi pemimpin di Galang. Hal ini kemudian membuat Julela menjadi sombong dan angkuh. Ia sudah tidak lagi peduli dengan adiknya, hal ini menyebabkan hubungan mereka menjadi tidak harmonis dan rukun lagi. Lalu, mereka pun menjalani hidup masing-masing secara terpisah. Dari hari ke hari kesombongan Julela semakin menjadi-jadi. Ia sering mencaci dan memusuhi adiknya tanpa sebab.

Julela :“Hai, adikku yang bodoh! Engkau tahu bahwa kelak yang akan menjadi pemimpin di kampung ini adalah aku. Jadi sekarang aku mengingatkan kamu bahwa kamu harus mematuhi segala perintahku. Jika kamu tidak melakukan apa yang aku perintahkan kepada kamu, maka aku tidak akan ragu-ragu untuk mengusir kamu dari kampung ini! Kamu mengerti?”

Jenang Perkasa yang mendengar hal tersebut dari kakaknya menjadi sangat sedih.

Jenang P:”Mengapa kakak kandungku sendiri mengatakan hal sekejam itu terhadapku? Apa salahku kepadanya? Mengapa sikapnya berubah semenjak dia ditunjuk untuk menjadi pemimpin di Pulau Galang ini? Apakah aku ini tidak lagi dianggapnya sebagai adik? Mengapa aku merasa terasing di keluarga kandungku sendiri? Daripada seperti ini, lebih baik aku meninggalkan Pulau Galang ini secara diam-diam agar aku tidak mendapat cacian dari kakak kandungku.”

Babak 5
Keesokan harinya, secara diam-diam, Jenang Perkasa berlayar dengan arah yang tidak menentu. Setelah berhari-hari Ia mengarungi lautan yang luas, akhirnya sampailah ia di Pulau Bintan.

Penduduk 1 :”Engkau sepertinya bukan penduduk kampung ini. Kalau boleh tahu darimanakah engkau?”
Jenang P :”Saya dari Pulau Galang di seberang sana.
Penduduk 2 :”Mengapa anda bisa sampai ke pulau ini?
Jenang P :”Itu karena Saya sedang bermaksud untuk bertualang mengarungi lautan. Lalu, setelah berhari-hari Saya berada di lautan, tiba-tiba Saya melihat Pulau ini. Oleh karena itu saya tertarik pada keindahan Pulau ini dan bermaksud untuk tinggal beberapa saat di pulau ini.”

Sikap dan perilaku Jenang Perkasa itu telah menarik perhatian Batin Lagoi.

Babak 6
Pada suatu hari, Batin Lagoi mengadakan perjamuan makan dengan mengundang orang-orang Suku Sampan, tidak ketinggalan Batin Lagoi juga mengundang Jenang Perkasa untuk datang dalam perjamuan itu.

Batin Lagoi :”Wahai Jenang Perkasa, besok malam di rumahku akan diadakan perjamuan makan bersama orang-orang Suku Sampan Lainnya. Aku ingin engkau juga datang, karena aku sudah menganggapmu sebagai bagian dari suku ini.”
Jenang P :”Baik tuanku. Besok malam hamba akan datang ke rumah tuanku untuk memenuhi undangan dari tuanku.”
Batin Lagoi :”Baiklah, sampai bertemu besok malam. Kutunggu kedatanganmu.”
Jenang P :”Baik tuanku. Terima kasih akan undangan dari tuanku.”

Babak 7
Esoknya, Jenang Perkasa datang untuk memenuhi undangan tersebut. Saat jamuan makan akan dimulai, Jenang Perkasa memilih tempat yang agak jauh dari teman-temannya. Ia melakukan hal itu agar air cuci tangannya tidak jatuh di hidangan yang akan ia makan. Tanpa disadarinya, sejak ia datang sepasang mata telah memerhatikan perilakunya, yang tak lain dan tidak bukan adalah Batin Lagoi. Tingkah laku dan budi pekerti Jenang Perkasa itu sungguh mengesankan hati Batin Lagoi.

Usai perjamuan, Batin Lagoi menghampiri Jenang Perkasa.

Batin Lagoi :“Wahai, Jenang Perkasa! Sungguh,aku sangat terkesan dan kagum dengan kesopanan dan keelokkan budi pekertimu. Apakah Engkau bersedia apabila aku menikahkan kamu dengan putriku, Pandan Berduri?”
Jenang P :“Permintaan tuan dengan segala kerendahan hati saya terima. Saya bersedia menerima putri tuan sebagai istri saya.”
Batin Lagoi :”Baik sekali. Kapan kiranya engkau akan meminang putriku?”
Jenang P :”Terserah tuanku. Kapan hari baik yang menurut tuanku layak untuk dilaksanakan pernikahan?”
Batin Lagoi :”Bagaimana apabila kita melaksanakan pernikahannya minggu depan, anak muda?”
Jenang P :”Pilihan tuanku memang sangat tepat. Baiklah tepat minggu depan saya akan meminang putri tuanku.”
Batin Lagoi :”Tapi Jenang, karena Putri Pandan Berduri merupakan putriku satu-satunya, aku ingin pesta pernikahannya dilaksanakan dengan meriah. Apakah engkau keberatan?”
Jenang P :”Tentu saja saya tidak keberatan tuanku. Namun, pesta seperti apa yang tuanku inginkan jika hamba boleh tahu?”
Batin Lagoi :”Pesta dengan minuman dan makanan yang beranekaragam, dan dengan menampilkan segala macam tari-tarian daerah untuk menghibur para tamu undangan.”
Jenang P :”Baik tuanku, dengan senang hati akan hamba adakan acara pernikahan seperti yang tuanku harapkan.”

Seminggu kemudian, Jenang Perkasa pun dinikahkan dengan Putri Pandan Berduri. Pernikahan mereka dilangsungkan sangat meriah. Jenang Perkasa dan Putri Pandan Berduri pun hidup bahagia.

Babak 8
Tak berapa lama kemudian, Batin Lagoi berfikir untuk segera mengangkat Jenang Perkasa sebagai Pemimpin di Bintan untuk menggantikan dirinya.

Batin Lagoi :”Wahai menantuku ada hal penting ingin aku bicarakan kepadamu.”
Jenang P :”Apakah hal penting itu,jika boleh saya tahu ayahanda?”
Batin Lagoi :”Aku ingin agar kamu segera mengantikan aku untuk menjadi pemimpin di Pulau Bintan ini. Aku merasa saat ini adalah saat yang tepat untuk mengangkat engkau menjadi pemimpin Pulau ini. Apakah kamu bersedia?”
Jenang P :”Dengan segala kerendahan hati hamba bersedia ayahanda.”
Batin Lagoi :”Keputusan yang baik, acara pengangkatanmu akan segera kita laksanakan. Namun, aku ingin agar engkau memimpin rakyat Bintan dengan bijaksana sesuai dengan adat yang berlaku di Bintan. Apakah engkau mengerti, Jenang?”
Jenang P :”Baik saya mengerti, ayah. Semua nasehat ayah akan saya ingat selalu.”

Setelah Jenang Perkasa diangkat menjadi pemimpin di Pulau Bintan, Ia memimpin rakyat Bintan dengan sangat bijaksana.

Babak 9
Pada suatu siang ketika Jenang Perkasa sedang beristirahat di kamarnya, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.Jenang Perkasa yang mendengar pintu kamarnya diketuk segera membukakanya.

Pelayan :”Maaf mengganggu istirahat tuanku.”
Jenang P :”Tidak apa-apa. Ada hal apa gerangan yang membuat engkau datang kepadaku?”
Pelayan :”Begini tuanku, di luar ada sekelompok orang yang ingin bertemu dengan tuanku.”
Jenang P :”Siapakah kiranya sekelompok orang tersebut? Tentunya engkau sudah menanyai mereka bukan?”
Pelayan :”Tentu saja tuanku. Mereka berkata bahwa mereka adalah masyarakat dari Pulau Galang. Mereka juga mengatakan bahwa ada hal penting yang ingin mereka bicarakn dengan tuanku. Apakah tuanku ingin bertemu dengan mereka, atau tuanku sedang tidak ingin diganggu ?”
Jenang P :”Saya akan menemui mereka. Tolong katakan kepada mereka untuk menunggu saya sebentar lagi.”
Pelayan :”Baik tuanku, hamba permisi dulu.”

Babak 10
Jenang perkasa menemui para tamunya.

Orang 1 :”Selamat siang. Maaf kiranya kami telah mengganggu istirahat tuanku Jenang Perkasa.”
Jenang P :”Tidak apa-apa. Kiranya ada perlu apa yang membuat kalian datang ke sini? Apakah telah terjadi sesuatu hal yang buruk di Pulau Galang sehingga kalian datang ke tempatku?”
Orang 2 :”Tenang saja Tuanku, tidak terjadi sesuatu hal yang buruk di Pulau Galang.”
Jenang P :”Kalau begitu, hal apakah yang membuat kalian datang kemari?”
Orang 3 :“Kami datang kesini karena kami mendengar bahwa Tuanku menjadi pemimpin di Pulau Bintan ini. Selain itu, kami juga mengetahui tentang cara kepemimpinan tuanku di Pulau ini. Maksud kedatangan kami ke sini adalah untuk mengajak tuanku kembali ke Galang, dan mengggantikan kakak tuanku yang sombong itu sebagai Pemimpin di Galang. Apakah kiranya tuanku bersedia?”
Jenang P :”Maaf, bukan maksudku untuk menolak maksud baik kalian. Namun, sekarang aku sudah menjadi pemimpin di Pulau Bintan ini. Aku tidak dapat meninggalkan pulau ini begitu saja.”
Orang 2 :”Apakah tuanku tidak merasa kasihan kepada penduduk Pulau Galang karena kepemimpinan kakak tuanku? Kami tahu Tuanku dahulu adalah penduduk dari Pulau kami, oleh karena itu hendaknya Tuanku bersedia membantu kami dengan cara menjadi pemimpin Pulau Galang.”
Jenang P :”Dahulu aku memang penduduk dari Pulau Galang, tetapi kini aku sudah menjadi penduduk Pulau Bintan ini. Lagipula sudah menjadi tanggung jawabku untuk memimpin Pulau Bintan yang sangat kucintai ini. Aku tidak bisa melepaskan tanggung jawabku begitu saja. Sekali lagi maafkan aku,tapi aku tidak bisa menerima permintaak kalian.”

Akhirnya sekumpulan orang dari Galang itu pun kembali dengan tangan hampa. Sementara Jenang Perkasa hidup berbahagia bersama Putri Pandan Berduri. Mereka mempunyai tiga orang putra, yang sulung dinamakan Batin Mantang, yang tengah Batin Mapoi, dan yang bungsu Batin Kelong.

Babak 11
Jenang Perkasa mendidik ketiga anaknya agar mereka tidak menjadi orang yang sombong.

Jenang P :”Anak-anakku yang kukasihi. Aku selalu ingatkan kepada kalian nantinya kalian akan memimpin Pulau ini menggantikan Aku. Aku berharap kelak kalian akan menjadi pemimpin suku yang bertanggungjawab dan tidak sombong. Karena masa depan rakyat ada di tangan kalian, maka kalian harus benar-benar menjadi anak yang bertanggungjawab.”

Maka pada ketiga anaknya diadatkannya dengan adat suku Laut, dan dinamakan dengan adat Kesukuan.

Setelah beranjak dewasa, ketiga anaknya tersebut memimpin suku mereka masing-masing. Batin Mantang membawa berhijrah ke bagian utara Pulau Bintan, Batin Mapoi dengan sukunya ke barat, dan Kelong dengan sukunya ke timu Pulau Bintan. Ketiga suku tersebut kemudian menjadi suku terbesar dan termasyhur di daerah Bintan. Jika mereka mengalami kesulitan, mereka kembali kepada yang pertama, yaitu kepada adat Kesukuan.

Tak lama kemudian, Jenang Perkasa meninggal dunia, disusul Putri Pandan Berduri. Walaupun keduanya telah tiada, tetapi anak-cucu mereka banyak sekali, sehingga adat Kesukuan terus berlanjut. Hingga kini, Jenang Perkasa dan Putri Pandan Berduri tetap dikenang karena dari merekalah lahir persukuan di Teluk Bintan. Suku Laut atau Suku Sampan ini masih banyak ditemukan berdiam di perairan Pulau Bintan.

(SELESAI)

Komentar
  1. Anonim berkata:

    Kok sedikit aja peran putri pandan berduru mana sik

    Suka

Tinggalkan komentar