Posts Tagged ‘banyuwangi’

Naskah Drama :

Asal Usul Kota Banyuwangi

Babak 1

Pada zaman dahulu, di kawasan ujunga Provinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang yang sangat gemar berburu. Pada suatu pagi, Raden Banterang akan pergi berburu ke hutan.
Raden Banterang : “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu.”
Para Abdi : “Baik, Tuanku.”
Ketika Raden Banterang berjalan, ia melihat seekor kijang melintas didepannya. Ia pun berusaha mengejar kijang itu sehingga terpisah dari para abdinya.
Raden Banterang : “Kemana seekor kijang tadi? Akan ku cari terus sampai dapat.”
Ia pun menerobos semak belukar dan pepohonan di hutan. Namun, kijang itu tidak ditemukan.

Babak 2

Setelah lama berjalan, Raden Banteang tiba di sebuah sungai yang sangat jernih airnya.
Raden Banterang : “Hemm, segar sekali air sungai ini.” (sambil meminum air sungai)
Setelah minum, ia meninggalkan sungai. Namun, baru beberapa langkah berjalan, ia tiba – tiba dikejutkan dengan adanya kedatangan seorang gadis cantik jelita.
Raden Banterang : “Ha ? Seorang gadis cantik jelita ? Benarkah ia seorang manusia ? Atau jangan – jangan ia setan penunggu hutan.” (bergumam didalam hati)
Raden Banterang pun memberanikan diri mendekati gadis itu.
Raden Banterang : “Anda manusia tau penunggu hutan ?”
Surati : “Saya manusia.” (menjawab sambil tersenyum)
Raden Banterang : “Siapakah anda? Dan darimana kamu berasal ?”
Surati : “Nama saya Surati. Saya berasal dari Kerajaan Klungkung.”
Raden Banterang : “Mengapa anda bisa berada di tempat seperti ini ?”
Surati : “Saya berada di tempat ini untuk menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan.”
Raden Banterang : “Kasihan sekali. Bersediakah anda ikut dengan saya pulang ke istana saya ?”
Surati : “Baiklah kalau begitu, saya bersedia.”
Lalu, mereka pulang ke istana. Tak lama kemudian, Raden Banterang dan Surati pun menikah dan membangun keluarga yang bahagia.

Babak 3

Pada suatu hari, Putri Raja Klungkung berjalan – jalan sendirian ke luar istana. Kemudian, ada seorang laki – laki yang berpakaian copang – camping memanggilnya.
Rupaksa : “Surati ! Surati !!”
Surati : “Siapakah anda ?” (bertanya sambil mengamati wajah laki – laki itu)
Rupaksa : “Ini aku, Surati. Kakak kandungmu, Rupaksa.”
Surati : “Oh. Ada tujuan apa kakak datang mengunjungiku ?”
Rupaksa : “Begini Surati, tujuanku datang kesini adalah untuk mengajakmu membalas dendam.”
Surati   : “Membalas dendam ?”
Rupaksa : “Ya. Kita harus membalas dendam. Raden Banterang lah yang telah membunuh ayah kita, Surati.”
Surati   : “Maaf, kakak. Tapi aku tidak bisa melakukannya.”
Rupaksa : “Apa ?! Mengapa ?”
Surati   : “Aku sudah diperisteri Raden Banterang.”
Rupaksa : “Apa ?! Kau harus membalas dendam Surati !Dia telah membunuh ayah kita !”
Surati   : “Tidak bisa. Aku telah berhutang budi padanya karena ia telah menolongku.”
Rupaksa : “Ya sudah, kalau itu memang maumu. Tapi sebelumnya, aku ada titipan untukmu. Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu.” (berkata sambil memberikan sebuah ikat kepala kepada Surati)
Setelah itu, Rupaksa langsung pergi dari tempat itu. Pertemuan Surati dan Rupaksa tidak diketahui oleh Raden Banterang karena saat itu, ia sedang pergi berburu di hutan.

Babak 4

Tatkala Raden Banterang sedang berburu di tengah hutan, ia dikejutkan dengan kedatangan seorang laki – laki berpakaian compang – camping.
Rupaksa : “Tuanku, Raden Banterang. Keselamatan tuan terancam bahaya yang direncanakan isteri tuan sendiri.”
Raden Banterang : “Apa ?! Kamu jangan menuduh yang tidak – tidak kepada isteri saya.”
Rupaksa : “Kalau tuan tidak percaya, tuan bisa melihat buktinya dengan melihat sebuag\h ikat kepala yang diletakkan dibawah tempat peaduannya.”
Raden Banterang : “Ikat kepala ? Milik siapa itu ?”
Rupaksa : “Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh tuan.”
Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana.

Babak 5

Sesampainya di istana, Raden Banterang lansung menuju ke peraduan isterinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan lelaki yang ditemuinya di hutan tadi. Raden Banterang pun menemukan ikat kepala itu.
Raden Banterang : “Ha ! Ini dia. Benar kata laki – laki itu. Surati !! Surati !!”
Surati   : “Ada apa ?”
Raden Banterang : “Kau merencanakan mau membunuhku bukan ?”
Surati   : “Apa ? Tidak. Tidak ada sekali pun keinginan dinda untuk membunuh.”
Raden Banterang : “Ikat kepala ini sebagai bukti ! Kau meminta tolong kepada pemilik ikat kepala ini untuk membunuhku. Begitukah balasanmu padaku ?”
Surati   : “Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi meminta tolong kepada seorang lelaki !!”
Raden Banterang : “Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan !! Sekarang ikut saya !!”
Raden Banterang berniat menenggelamkan isterinya di sebuah sungai.

Babak 6

Setelah tiba disungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuannya dengan seorang laki – laki compang – camping saat berburu di hutan.
Raden Banterang : “Aku tahu semua yang akan kamu lakukan dari seorang laki – laki yang berpakaian compang – camping di hutan.”
Surati   : “Lelaki compang – camping ?”
Raden Banterang : “Ya ! Dialah yang mengatakan bahwa kau ingin membunuhku !!”
Surati   : “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda.”
Raden Banterang : “Aku tetap tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, Surati !!”
Surati   : “Kakanda suamiku ! Bukalah hati dan perasaan Kakanda ! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda yang bernama Rupaksa itu.”
Raden Banterang : “Aku tidak ingin mendengar alasan lain lagi darimu !”
Surati   : “Pupaksalah yang akan membunuh Kakanda ! Adinda dimintai bantuan, tetapi Adinda tolak !”
Raden Banterang : “Kau berbohong !”
Surati   : “Kakanda ! Jika air sungai ini mejadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah ! Tetapi, jika air ini tetap keruh dan berbau busuk, berarti Adinda bersalah !”
Raden Banterang : “Kau mengada – ada, Surati !!” (berkata sambil menghunuskan keris kearah Surati)
Kemudian, Surati melompat ke tengah sungai dan menghilang. Tak lama kemudian bau nan harum merebak di sekitar sungai. Raden Banterang terkejut.
Raden Banterang : “Isteriku tidak bersalah ! Air sungai ini harum sekali baunya !”
Ia menyesal dan meratapi kematian isterinya dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.

Sejak saat itu, sungai harum baunya itu dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air, dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

Yang kurang puas download file nya disini Asal_Usul_Kota_Banyuwangi