Archive for the ‘Naskah Drama’ Category

Naskah Drama

Tangkuban Perahu

Beribu-ribu tahun yang lalu, terdapat sebuah tempat yang bernama Parahyangan dan tempat itu dipimpin oleh seorang raja dan ratu. Mereka mempunyai satu orang anak yang bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, tetapi dia sangat manja.

Babak 1

Pada suatu hari, Dayang Sumbi sedang menenun. Namun ada sedikit masalah dengan keadaannya.
Dayang Sumbi : “ Duh, kenapa kepalaku rasanya berat sekali dan tubuhku terasa lemas?, dan kenapa aku bias menjatuhkan pintalanku berulang kali.”
Karena Dayang Sumbi merasa kesal, Dia tidak sengaja mengucapkan sebuah sumpah.
Dayang Sumbi : “ Siapa saja tolong aku, aku bersumpah aku akan menikahi siapapun yang mau mengampilkan pintalanku.”
Tiba-tiba seekor anjing bernama Tumanng mengampilkan pentalan Dayang Sumbi. Tumang adalah seekor anjing sakti.
Tumang : Guk… Guk…
Dayang Sumbi : Hah ( terkejut ), mengapa malah seekor anjing yang mengambil pentalanku. Tetapi aku telah terlanjur mengucapkan sumpahku, maka mau tidak mau aku harus menikahi anjing itu.”
Dayang Sumbi dan Tumang hidup bahagia dan dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang dan memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang gagah dan perkasa.
Sangkuriang : “Bu, aku mau bermain di hutan dulu ya dengan Tumang.”
Dayang Sumbi : “Iya, tetapi kamu hati-hati ya, di hutan bbanyak binatang buas.”
Sangkuriang : “Tenang saja bu, ka nada Tumang, anjing yang selalu setia menjaga
Sangkuriang. Aku pergi dulu ya bu.”
Dayang Sumbi : “hiks… hiks… ( menangis ). Mengapa kamu tidak pernah bias menganggap Tumang sebagai ayah kamu nak?”

Babak 2

Suatu hari yang cerah, Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang dan Tumang untuk berburu ke hutan.
Dayang Sumbi : “Sangkuriang, sebaiknya kamu pergi ke hutan untuk berburu, karena malam ini Ibu mau adakan pesta kecil-kecilan. Jangan lupa bawa juga Tumang.”
Sangkuriang : Baik bu, Tumang akan mencari daging yang banyak. Ayo Tumang, kita pergi.”
Tumang           : Guk… Guk…
Sesampainya di hutan
Sangkuriang    : “ Sepertinya di sini tempat yang baik untuk berburu, ayo Tumang kamu cari bau buruan kita!”
Tumang           : Guk…
Lama Kelamaan, hari semakin larut dan mereka belum juga mendapatkan satu buruan pun.
Sangkuriang    : “Duh, sudah gelap, tapi aku belum dapat satupun buruan. Kalau aku pulang pasti ibu akan kecewa. Oh aku tahu, lebih baik aku potong saja tumang sebagai buruannku”
Sangkuriang pun membidik panahnya ke arah tumang dan membawanya pulang.
Sangkuriang    : “Bu, aku sudah dapat buruannya.”
Dayang sumbi : “Wah, kamu hebat sekali nak, ibu bangga punya anak seperti kamu.”
Dayang Sumbi tidak tahu bahwa itu adalah Tumang, yang dia tahu hanya daging itu adalah rusa buruan Sangkuriang.
Seusai pesta, Dayang Sumbi teringan kepada Tumang.
Dayang Sumbi : “Oh Iya, kenapa daritadi aku tidak melihat suamiku?”. Sangkuriang… ( teriak Dayang Sumbi memanggil anaknya).”
Sangkuriang    : “ Iya bu, ada apa…?”
Dayang Sumbi : “Apakah kamu melihat Tumang?’
Sangkuriang    : “Ti…Ti…Tidak bu (menjawab dengan tersendak-sendak).”
Dayang Sumbi : “Bagaimana bias kamu tidak melihatnya, bukankah tadi kamu pergi ke hutan bersama Tumang?”
Karena Sangkuriang sangat takut kepada ibunya, maka dia mengatakan yang sebenarnya.
Sangkuriang    : “Bu, sebenarnya daging yang kuberikan tadi bukanlah daging rusa, tetapi daging tumang.”
Dayang Sumbi : “ Apa…?, kenapa kamu berbuat seperti itu… hiks ( sambil menangis ). Asal kamu tahu, Tumang itu adalah ayah kandungmu dan kamu telah membunuh ayah kandungmu sendiri.”
Karena terlalu marah, Dayang Sumbi memukul Sangkuriang hingga pingsan dan akibat perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir dari Istana.
Setelah beberapa hari, Sangkuriang pun sadar tetapi bekas pukulan Dayang Sumbi masih terlihat jelas.
Sangkuriang    : “Maafin Sangkuriang bu, aku tidak bermaksud melakukan hal itu, aku hanya tidak mau membuat ibu kecewa ( katanya dalam hati ).” Tetapi untuk menebus semua kesalahanku, aku akan pergi mengembara dan aku anggap bekas luka di keningku ini adalah restu darimu ibu.”

Babak 3

Setelah beberapa tahun Sangkuriang mengembara, Ia bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Wanita itu adalah ibunya sendiri, namun Sangkuriang tidak mengetahui hal tersebut. Tanpa pikir panjang Sangkuriang langsung melamarnya.
Sangkuriang    : “ Wahai engkau wanita yang cantik jelita, siapakah namamu ?”
Dayang Sumbi : “ Nama saya Dayang Sumbi.”
Sangkuring      : “ Dayang Sumbi ? Sepertinya nama itu pernah kudengar. Tetapi sudahlah, itu tidak penting.
Dayang Sumbi : “Kalau tidak ada keperluan dengan saya, lebih baik saya pergi.”
Sangkuriang    : “Oh tidak, tunggu sebentar. Ada yang ingin kutanyakan, maukah kau menikah denganku ?”
Dayang Sumbi : “ Dengan senang hati saya menerima lamaranmu.”
Sangkuriang    : “ Terima kasih, aku sungguh bahagia hari ini.”
3 hari sebelum hari pertunangan mereka, Dayang Sumbi mengelus rambut Sangkuriang dan Dayang Sumbi terkejut saat melihat bekas luka di kening Sangkuriang.
Dayang Sumbi : “Oh… Bukankah luka itu adalah luka bekas pukulanku pada anakku, Sangkuriang. Tidak mungkin, aku hamper menikahi anakku sendiri. Aku harus mencari cara untuk membatalkan pertunangan ini ( teriaknya dalam hati).”
Sangkuriang    : “Ada apa Dayang Sumbi, mengapa kau tampak gelisah ?”
Dayang Sumbi : “ Sangkuriang, sebelum kau menikahi aku, aku memberikan 1 syarat ?”
Sangkuriang    : “ Apakah 1 syarat tersebut ?”
Dayang Sumbi : “ Kau harus membuat bendungan yang bias menutupi seluruh bukit lalu membuat perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Kau harus menyelesaikan sebelum fajar menyingsing.”
Sangkuriang    : “ Baiklah akan kulalukan.”

Babak 4

Sangkuriang pun segera bekerja, cintanya pada Dayang Sumbi sangat besar, sehingga dia berusaha keras untuk menyelesaikannya. Sangkuriang ingat bahwa ia dapat memanggil jin, kekuatan yang didapat oleh keturunan dari ayahnya.
Sangkuriang    : “ Wahai jin-jin yang berada di sekeliling tempat ini, tolong bantulah aku untuk menyelesaikan sebuah bendungan.”
Jin-jin itu lalu mengerjakan yang diperintahkan oleh Sangkuriang. Dengan tanah dan lumpur mereka membuat bendungan.
Sangkuriang    : “ Bagus, dengan begini pasti aku bias menyelesaikannya sebelum fajar. Sebaiknya aku mulai membuat perahu. Sepertinya di dekat sungai ada pohon yang bagus.”
Dayang Sumbi : “ wah, bagaimana ini ? tampaknya Sangkuriang sudah hamper menyelesaikan syarat yang kuberikan. Para Dewa dan Dewi, aku mohon tolonglah hambamu ini, tolonglah agar pagi datang lebih cepat.
Setelah Dayang Sumbi berdoa, tiba-tiba matahari mulai terlihat dan Dayang Sumbi dapat bernafas lega.

Babak 5

Ayam beerkokok saat melihat matahari terbit dan Sangkuriang pun menyadari bahwa ia telah ditipu.
Sangkuriang    : “ Dayang Sumbi, kau telah menipuku, seharusnya masih setengah jam lagi sebelum pagi datang.”
Dayang Sumbi : “ Maafkan saya, saya tidak bermaksud melakukan itu.”
Sangkuriang    : “ Kenapa, padahal aku sangat mencintaimu, tapi kenapa kau tidak mau menerimanya ?”
Dayang Sumbi : “ Itu karena aku adalah ibumu Sangkuriang, aku tahu karena ada bekas luka di keningmu.”
Sangkuriang    : “ Tidak mungkin, pasti itu hanya alasnmu saja agar kau tidak mau menikah denganku. Kau membuatku sangat marah, aku akan mengutukmu Dayang Sumbi.”
Sangkuriang pun mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu yang telah dibuatnya sampai ke tengah hutan dan perahu itu dalam keadaan terbalik. Sejak saat itu dinamakan Tangkuban Perahu ( perahu menelungkup ). Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.

 

(tamat)

 

Sekian dulu sob naskah dramanya, bagi yang ingin download langsung aja klik dibawah ini dan file .doc langsung tersimpan…….

Naskah_Drama_Tangkuban_Perahu

Keong Emas

Pada zaman dahulu di Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang disebut Kerajaan Daha. Di sana hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja Kertamarta tersebut hidup sangat bahagia dan serba berkecukupan.

Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati. Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Dewi Galuh merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu, Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.

Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang membuat masakan ini.

Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada di tempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek. “Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku”, kata keong emas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.

Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu Candra Kirana menghilang. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya Raden itu pergi ke desa Dadapan. Setelah berjalan berhari-hari, sampailah ia di desa Dadapan. Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaannya saat menolong kakek tua. Akhirnya Raden Inu membawa tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Raden Inu menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda meminta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.
Cerita Rakyat “Keong Emas” ini diceritakan kembali oleh Kak Ghulam Pramudiana.

Sumber :
http://www.ceritaanak.org/index.php?option=com_content&view=article&id=59:keong-emas&catid=36:cerita-rakyat&Itemid=56

 

NASKAH DRAMA

KEONG EMAS

Babak 1
Adegan 1
Pada zaman dahulu, di Kerajaan Daha hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja Kertamarta tersebut hidup sangat bahagia dan serba berkecukupan. Hingga suatu hari, datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati itu sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
Candra Kirana : “Sayangku, kita akan menikah beberapa hari lagi.”
Raden Inu : “Betul sekali, cintaku.”
Candra Kirana : “Ada sesuatu yang mau aku tanyakan kepadamu.”
Raden Inu : “Apa itu? Beritahu aku sekarang.”
Candra Kirana : “Apakah kau benar-benar mencintaiku?”
Raden Inu : “Sudah tentu, cintaku. Aku mencintaimu dengan segenap
hatiku. Bagaimana dengan sayangku?”
Candra Kirana : “Saya juga sangat mencintaimu.”

Pada saat ada orang yang baik, selalu ada juga orang yang tidak baik. Dewi Galuh, saudara tirinya Candra Kirana sangat cemburu dan hatinya dipenuhi kebencian kepada Candra Kirana. Dewi Galuh benar-benar ingin menjadi istri Raden Inu. Oleh sebab itu, Dewi Galuh mencoba melakukan apa saja untuk menghilangkan Candra Kirana.

Adegan 2

Dewi Galuh : “Maafkan saya saudaraku sayang, saya mau berbicara
denganmu sebentar.”
Candra Kirana : “Baiklah.”
Raden Inu : “Aku pikir lebih baik aku pergi sekarang. Besok aku akan
pergi berburu selama lima hari sendirian.
Candra Kirana : “Sendirian? Aku akan sangat khawatir padamu.”
Raden Inu : “Jangan cemas, aku akan baik-baik saja, sayang!”

Adegan3

Dewi Galuh : “Aku dengar kamu dan Raden Inu akan segera menikah
dalam beberapa hari ini, apakah itu benar?
Candra Kirana : “Ya, betul! Kami akan segera menikah.”
Dewi Galuh : “Oh, itu sangat bagus! Aku harap kamu akan bahagia dengan
dia. Selamat ya!”
Candra Kirana : “Terima kasih. Dapatkah kamu datang ke upacara pernikahanku?”
Dewi Galuh : “Tentu saja, aku akan datang.”

Babak 2

Pada hari berikutnya, Dewi Galuh bertemu seorang penyihir tua untuk meminta bantuannya.

Adegan 1

Penyihir : “Ada apa Tuan Putri? Mengapa tiba-tiba Anda mau bertemu dengan saya?
Dewi Galuh : “Dapatkah Anda membantuku, penyihir yang hebat dan baik hati?”
Penyihir : “Apa yang dapat saya lakukan untukmu, Tuan Putri?”
Dewi Galuh : “Aku ingin menghilangkan Candra Kirana dari sisi Raden Inu.”
Penyihir : “Ah, hal itu mudah saja dilakukan. Mendekatlah ke sini Tuan Putri. Saya akan beritahukan caranya.”

Penyihir lalu memberikan mantra ke Dewi Galuh sebagai kutukan untuk Galuh Candra.

Adegan 2

Penyihir : “Tuan putri Dewi Galuh harus menggunakan mantra ini
hanya untuk Candra Kirana. Wahai Iblis Kegelapan, berilah
kekuatan kutukanmu pada Candra Kirana agar menjadi
keong emas.”
Dewi Galuh : “Oh, itu mudah dilakukan. Sebelum dia menjadi keong emas,
aku akan membuat dia menderita.”

Dewi Galuh mengatur rencana untuk menghilangkan Candra Kirana dan berkata,

Dewi Galuh : “Oh, betapa hebatnya penyihir itu. Dia dapat menjadikan
Candra Kirana menjadi keong hanya dengan kutukan.
Sebelum dia menjadi keong, aku akan membuang kamu,
Candra Kirana. Sehingga kamu tak akan pernah kembali
lagi. ( Candra Kirana tertawa puas ).

Babak 3

Candra Kirana dibuang jauh dari kerajaan oleh Dewi Galuh.
Adegan 1

Dewi Galuh : “Terimalah ini Candra Kirana! Ini adalah hasil yang harus
kamu terima, karena kamu telah merebut sesuatu yang saya inginkan.”
Candra Kirana : “Saudaraku, mengapa kamu membuangku? Begitu besarkah
kebencianmu padaku?
Dewi Galuh : “Ya, saya sangat membencimu!”
Candra Kirana : “Mengapa kamu membenciku, saudaraku?”
Dewi Galuh : “Mengapa? Karena kamu telah mendapatkan segalanya, tetapi aku sendiri? Apa yang kupunya? Saudaraku tercinta, bersiap-siaplah untuk mendapatkan segala sesuatu yang akan membuat kamu lebih menderita. Kamu akan menjadi keong emas. Oh, iblis kegelapan berilah kekuatanmu! Kutuklah Candra Kirana menjadi keong emas sekarang.”

Setelah Dewi Galuh mengucapkan mantra, Candra Kirana berubah menjadi keong emas dan Dewi Galuh meninggalkan dia sendirian di pantai yang jauh dari istana.

Candra Kirana : “Wahai Tuhan, mengapa Dewi Galuh sangat membenciku? Apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah?” ( Candra Kirana berkata sambil terisak-isak ).

Babak 4

Ketika Candra Kirana disapu oleh air laut, tiba-tiba Candra Kirana melihat seorang nenek yang sedang berjalan-jalan di dekat pantai. Namanya Nyai Dadapan.

Adegan 1

Nyai Dadapan : “Oh, betapa panasnya hari ini! Wah, ada keong cantik!” (sambil mengangkat keong tersebut).

Lalu Nyai Dadapan mengambil dan membawa keong tersebut ke pondoknya. Ketika tiba di pondok, keong itu ditaruh di dalam tempayan..

Nyai Dadapan : “Tunggu sebentar disini anak kecil, aku akan pergi tidur.”

Babak 5

Hari selanjutnya Nyai Dadapan berencana memancing di laut.

Adegan1

Nyai Dadapan : “Jangan pergi ke mana-mana! Aku akan pulang dan membawa makanan untukmu.

Kemudian Nyai Dadapan meninggalkan Candra Kirana sendirian di pondok tua itu.

Candra Kirana : “Terima kasih Nenek telah membantuku. Aku akan membayar kembali kebaikanmu.”

Oleh karena itu, Candra Kirana bekerja membersihkan pondok dan memasak makanan untuk nenek itu.

Babak 6
Beberapa saat kemudian, Nyai Dadapan kembali ke rumah tanpa membawa apa-apa.

Adegan 1

Nyai Dadapan : “Oh, betapa tidak beruntungnya aku hari ini! Aku tak mendapat ikan sama sekali.” (matanya membuka lebar melihat banyak sekali makanan lezat di meja makannya). “Hmm… Ada makanan yang lezat-lezat. Kebetulan sekali aku sedang lapar.”

Tanpa berpikir dua kali, Nyai Dadapan langsung memakan makanan tersebut.
Lalu dia baru teringat akan sesuatu.

Nyai Dadapan : “Siapa yang telah memasak seluruh makanan ini?” (ia bertanya-tanya di dalam hati).

Babak 7

Pagi berikutnya, ia berencana bahwa ia akan pergi memancing.

Nyai Dadapan : “Aku akan pura-pura memancing, lalu aku akan bersembunyi
dengan cepat dibalik pintu.”

Kemudian ia melihat keong emas itu merangkak keluar dari tempayan. Nyai Dadapan sangat terkejut ketika keong emas itu berubah menjadi seorang gadis yang cantik. Lalu Candra Kirana membersihkan pondok dan memasak makanan.

Adegan 1

Nyai Dadapan : “Hai! Siapa kamu gadis cantik?”
Candra Kirana : (Candra Kirana terkejut ketika nenek tua itu melihat rupa aslinya). Saya Candra Kirana, putri dari Kerajaan Daha. Saya mempunyai saudara tiri yang bernama Dewi Galuh. Dia benar-benar membenci saya dan saya dikutuk menjadi keong emas.”

Setelah berkata begitu, Candra Kirana berubah menjadi keong emas kembali.

Nyai Dadapan : “Oh betapa malangnya! Dewi Galuh sangat kejam. Ya Tuhan,
selamatkanlah putri ini dari setiap ujian yang dihadapinya.
Hukumlah saudara tirinya.”

Babak 8

Kemudian Raden Inu tiba di istana dan ia tidak melihat tunangannya. Oleh karena itu, ia bertanya dengan Dewi Galuh.

Adegan 1

Raden Inu : “Dewi Galuh, dimanakah Candra Kirana? Aku tidak melihat Candra Kirana.”
Dewi Galuh : “Ini bukan maksudku untuk menyakitimu, tetapi Candra Kirana telah berselingkuh dengan penjaga di kerajaan kita.”
Raden Inu : “Benarkah? Bagaimana bisa dia melakukan itu? Dia berkata bahwa dia mencintaiku dan aku juga mencintainya.”
Dewi Galuh : “Ya, aku tahu. Tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan yang kamu harapkan.”

Babak 9

Adegan 1

Raden Inu tetap tidak percaya. Oleh karena itu, dia mencari informasi tentang tunangannya dan akhirnya dia tahu bahwa Candra Kirana tidak bersalah. Kemudian sang putra mahkota pergi menyusuri desa Dadapan dan dia mencari tunangannya.

Raden Inu : “Cintaku… Candra Kirana!”
Candra Kirana : “Sayangku, Raden Inu! Sedang apa kamu di sani?”
Raden Inu : “Aku sedang mencarimu ke mana-mana, sayangku!”
Candra Kirana : “Nyai Dadapan! Nyai Dadapan! Raden Inu datang menjemput saya.”
Nyai Dadapan : “Yang Mulia datang ke sini untuk bertemu Candra Kirana, ya?
Raden Inu : “Ya, benar sekali, Nek.”
Nyai Dadapan : “Kalau begitu, saya akan membiarkan kalian berdua bercakap-cakap. Saya akan mengambil minuman.”
Raden Inu : “Terimakasih, Bu.” (Nyai Dadapan pergi untuk mengambil minuman)

Adegan 2

Raden Inu : “Cintaku, apa yang sebenarnya terjadi padamu?”
Candra Kirana : “Sayangku, sebenarnya aku telah diusir oleh Dewi Galuh dan dia mengutuk aku menjadi keong emas. Dia sangat membenciku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.”

Kemudian Candra Kirana kembali menjadi keong emas.

Adegan 3

Nyai Dadapan : “Apa yang terjadi, Putra Mahkota?”
Raden Inu : “Putri Candra Kirana telah berubah kembali menjadi keong emas. Bagaimana jika nenek ikut saya ke istana?”
Nyai Dadapan : “Baiklah, Yang Mulia!”

Babak 10

Ketika tiba di istana, Raden Inu menerangkan semuanya kepada Raja Kertamarta.

Adegan 1

Raden Inu : “Dewi Galuh, mengapa kamu membenci Candra Kirana sehingga kamu telah mengutuk Candra Kirana menjadi keong emas?
Candra Kirana : “Tidak, itu tidak mungkin, Yang Mulia. Itu semua omong kosong. Seseorang telah memfitnah saya. Saya tidak dapat melakukan itu semua terhadap saudara saya sendiri. Tetapi si penyihir yang telah melakukan itu semua.”
Raden Inu : “Ah, kamu tidak perlu banyak berbohong lagi Dewi Galuh. Seluruh kejahatanmu telah terungkap karena tingkah lakumu yang jelek. Kamu akan dipenjara di bawah tanah sampai seumur hidupmu.”
Dewi Galuh : “Tidak! Itu tidak mungkin!”
Raden Inu : “Keluarlah dari sini Dewi Galuh!”

Dewi Galuh bangkit berdiri lalu berlari, tetapi penjaga menangkapnya dan dia dipenjara seumur hidup.

Babak 11

Hari berikutnya Raden Inu bertemu penyihir tua itu.

Adegan 1

Penyihir : “Apa tujuanmu datang ke sini, Yang Mulia?”
Raden Inu : “Aku datang untuk membunuhmu!”
Penyihir : “Ha… ha… ha… ha… Anda tidak akan pernah bisa membunuh saya karena saya dapat hidup selamanya. Hahahaha.”

Raden Inu mengambil keris pusaka dan membunuh penyihir jahat itu.
Candra Kirana terbebas dari kutukan dan dia beralih kembali menjadi seorang putri yang cantik seperti sedia kala.

Adegan 2

Candra Kirana : “Terimakasih, sayangku. Paduka telah menyelamatkan hidupku dari kutukan.”
Raden Inu : “Oh, tidak masalah, cintaku.”
Raden Inu : “Terimakasih Tuhan, Engkau telah mengembalikan kekasihku menjadi normal seperti sedia kala.

Akhirnya Raden Inu hidup bersama bahagia selamanya karena bantuan Nyai Dadapan.

TAMAT

Naskah Drama :

Asal Usul Kota Banyuwangi

Babak 1

Pada zaman dahulu, di kawasan ujunga Provinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang yang sangat gemar berburu. Pada suatu pagi, Raden Banterang akan pergi berburu ke hutan.
Raden Banterang : “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu.”
Para Abdi : “Baik, Tuanku.”
Ketika Raden Banterang berjalan, ia melihat seekor kijang melintas didepannya. Ia pun berusaha mengejar kijang itu sehingga terpisah dari para abdinya.
Raden Banterang : “Kemana seekor kijang tadi? Akan ku cari terus sampai dapat.”
Ia pun menerobos semak belukar dan pepohonan di hutan. Namun, kijang itu tidak ditemukan.

Babak 2

Setelah lama berjalan, Raden Banteang tiba di sebuah sungai yang sangat jernih airnya.
Raden Banterang : “Hemm, segar sekali air sungai ini.” (sambil meminum air sungai)
Setelah minum, ia meninggalkan sungai. Namun, baru beberapa langkah berjalan, ia tiba – tiba dikejutkan dengan adanya kedatangan seorang gadis cantik jelita.
Raden Banterang : “Ha ? Seorang gadis cantik jelita ? Benarkah ia seorang manusia ? Atau jangan – jangan ia setan penunggu hutan.” (bergumam didalam hati)
Raden Banterang pun memberanikan diri mendekati gadis itu.
Raden Banterang : “Anda manusia tau penunggu hutan ?”
Surati : “Saya manusia.” (menjawab sambil tersenyum)
Raden Banterang : “Siapakah anda? Dan darimana kamu berasal ?”
Surati : “Nama saya Surati. Saya berasal dari Kerajaan Klungkung.”
Raden Banterang : “Mengapa anda bisa berada di tempat seperti ini ?”
Surati : “Saya berada di tempat ini untuk menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan.”
Raden Banterang : “Kasihan sekali. Bersediakah anda ikut dengan saya pulang ke istana saya ?”
Surati : “Baiklah kalau begitu, saya bersedia.”
Lalu, mereka pulang ke istana. Tak lama kemudian, Raden Banterang dan Surati pun menikah dan membangun keluarga yang bahagia.

Babak 3

Pada suatu hari, Putri Raja Klungkung berjalan – jalan sendirian ke luar istana. Kemudian, ada seorang laki – laki yang berpakaian copang – camping memanggilnya.
Rupaksa : “Surati ! Surati !!”
Surati : “Siapakah anda ?” (bertanya sambil mengamati wajah laki – laki itu)
Rupaksa : “Ini aku, Surati. Kakak kandungmu, Rupaksa.”
Surati : “Oh. Ada tujuan apa kakak datang mengunjungiku ?”
Rupaksa : “Begini Surati, tujuanku datang kesini adalah untuk mengajakmu membalas dendam.”
Surati   : “Membalas dendam ?”
Rupaksa : “Ya. Kita harus membalas dendam. Raden Banterang lah yang telah membunuh ayah kita, Surati.”
Surati   : “Maaf, kakak. Tapi aku tidak bisa melakukannya.”
Rupaksa : “Apa ?! Mengapa ?”
Surati   : “Aku sudah diperisteri Raden Banterang.”
Rupaksa : “Apa ?! Kau harus membalas dendam Surati !Dia telah membunuh ayah kita !”
Surati   : “Tidak bisa. Aku telah berhutang budi padanya karena ia telah menolongku.”
Rupaksa : “Ya sudah, kalau itu memang maumu. Tapi sebelumnya, aku ada titipan untukmu. Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu.” (berkata sambil memberikan sebuah ikat kepala kepada Surati)
Setelah itu, Rupaksa langsung pergi dari tempat itu. Pertemuan Surati dan Rupaksa tidak diketahui oleh Raden Banterang karena saat itu, ia sedang pergi berburu di hutan.

Babak 4

Tatkala Raden Banterang sedang berburu di tengah hutan, ia dikejutkan dengan kedatangan seorang laki – laki berpakaian compang – camping.
Rupaksa : “Tuanku, Raden Banterang. Keselamatan tuan terancam bahaya yang direncanakan isteri tuan sendiri.”
Raden Banterang : “Apa ?! Kamu jangan menuduh yang tidak – tidak kepada isteri saya.”
Rupaksa : “Kalau tuan tidak percaya, tuan bisa melihat buktinya dengan melihat sebuag\h ikat kepala yang diletakkan dibawah tempat peaduannya.”
Raden Banterang : “Ikat kepala ? Milik siapa itu ?”
Rupaksa : “Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh tuan.”
Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana.

Babak 5

Sesampainya di istana, Raden Banterang lansung menuju ke peraduan isterinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan lelaki yang ditemuinya di hutan tadi. Raden Banterang pun menemukan ikat kepala itu.
Raden Banterang : “Ha ! Ini dia. Benar kata laki – laki itu. Surati !! Surati !!”
Surati   : “Ada apa ?”
Raden Banterang : “Kau merencanakan mau membunuhku bukan ?”
Surati   : “Apa ? Tidak. Tidak ada sekali pun keinginan dinda untuk membunuh.”
Raden Banterang : “Ikat kepala ini sebagai bukti ! Kau meminta tolong kepada pemilik ikat kepala ini untuk membunuhku. Begitukah balasanmu padaku ?”
Surati   : “Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi meminta tolong kepada seorang lelaki !!”
Raden Banterang : “Aku tidak percaya dengan apa yang kamu katakan !! Sekarang ikut saya !!”
Raden Banterang berniat menenggelamkan isterinya di sebuah sungai.

Babak 6

Setelah tiba disungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuannya dengan seorang laki – laki compang – camping saat berburu di hutan.
Raden Banterang : “Aku tahu semua yang akan kamu lakukan dari seorang laki – laki yang berpakaian compang – camping di hutan.”
Surati   : “Lelaki compang – camping ?”
Raden Banterang : “Ya ! Dialah yang mengatakan bahwa kau ingin membunuhku !!”
Surati   : “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda.”
Raden Banterang : “Aku tetap tidak percaya dengan apa yang kamu katakan, Surati !!”
Surati   : “Kakanda suamiku ! Bukalah hati dan perasaan Kakanda ! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda yang bernama Rupaksa itu.”
Raden Banterang : “Aku tidak ingin mendengar alasan lain lagi darimu !”
Surati   : “Pupaksalah yang akan membunuh Kakanda ! Adinda dimintai bantuan, tetapi Adinda tolak !”
Raden Banterang : “Kau berbohong !”
Surati   : “Kakanda ! Jika air sungai ini mejadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah ! Tetapi, jika air ini tetap keruh dan berbau busuk, berarti Adinda bersalah !”
Raden Banterang : “Kau mengada – ada, Surati !!” (berkata sambil menghunuskan keris kearah Surati)
Kemudian, Surati melompat ke tengah sungai dan menghilang. Tak lama kemudian bau nan harum merebak di sekitar sungai. Raden Banterang terkejut.
Raden Banterang : “Isteriku tidak bersalah ! Air sungai ini harum sekali baunya !”
Ia menyesal dan meratapi kematian isterinya dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.

Sejak saat itu, sungai harum baunya itu dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air, dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.

Yang kurang puas download file nya disini Asal_Usul_Kota_Banyuwangi

Langsung sedot aja gan file nya JAKA_TARUB_DADI_DUDA

Ini previewnya

JAKA TARUB DADI DUDA
Dina Jemuah…
Suasana sore wis mulai cerah.Udan sing mikine gede….benget be wis mandeg.Srengengene wis mulai katon.Eh…ditambah ana pelangi mentongol neg sisi kulon.Jerene wong-wong tah angger ana pelangi,berarti arep ana bidadari sing arep adus neng bumi.Tapi…bener orane ya mbuh ora ngerti.
Selot sowe…bit…semribit ana ambu-ambuan wangi pisan.Ana apa ya?Suara kemrincing…kemrincing genah epor sekang sisi kulon.
ADEGAN KE I
Byur…Byur…Byur…
Widadari Abang : “ Cihuy…Asik…bisa adus maning.Jen banyune seger pisan.
Wis seminggu ora adus,awake pada pliket,lah jan…segerepol pokoke lah…”
Widadari Jambon : “ Tela iya koh,segere poll.Tapi angger aku ya ora kayak ko.Ko tah dadi Widadari ora tau adus.Mbok siki neng kayangan wis ana pemandian umum.Ora ngerti si…Katro Banget!!!
Widadari Kuning : “ Ih…ya ampyun… sapa kue sing jarang adus.ngisin-isina banget dadi widadari.Masa widadari jarang adus.Kyeh…contoh akyu ya…Saben dina ora tau lat Manycure Pedycure.Jen…ambume mbok wangi pisan kaya kiye…”
Widadari Ijo : “ Lah…ya wis.Anu kaya kue be debahas.Nyong sing pada bae kaya Abang jarang adus be meneng bae koh…”
Widadari Abang : “Duh…Ijo,dadi aku ana batire???Ha…ha…ha…Tos disit yuh…(tos..!!tos..!!tos..!!)
Widadari Ijo : ” Tos…!!!”
Widadari Kuning : ” Ya…ampyun…anu kaya kue be debanggakna.Mbok Jijai ngerti!!Oh…ya,ngomong-ngomong si Ungu,Biru,karo Nila lagi nengendi ya?koh kawit mau ora katon.”
Widadari Jambon : ” Oh…kae wong telu.Ngeneh ya tek omongi.Si Ungu mau wis ijin arep konser disit.Si Biru lagi masak nggo baginda Raja.Trus Si Nila lagi mojok karo pacare.Miki wis tek jeki malah ora gelem bae.Jere mbok kesetrum.”
Widadari Abang : ” Ya…iya lah.Angger de jek ya mengko kesetrum.”
Widadari Jambon : “ Huh…Oon banget sih.Maksude aku kweh…Si Nila intine ora gelem melu ngeneh lah.Jere wis ana simg ngejeki shoping.”
Widadari Kuning : “ Ow…dadi kaya kuwe…”
Neng Prapatan…
ADEGAN KE II
Jaka Tarub : ” Le…le…le…”
Jaka Tole : ” Apa lah…nyong ora budeg.Nyeluki bae.Nyong wis krungu.Ana apa janen.”
Jaka Tarub : ” Gyeh…wetenge aku lara banget,mules…mau esuk kakeen mangan sambel.Batiri boker neng kali yuh.”
Jaka Tole : ” Jen…wis gedene semono,ming kali be njaluk debatiri.Kecing temen.”
Jaka Tarub : “ Lah,aja kaya kuwe lah.Ming batir book…Ayuh lah…”
Jaka Tole : “ Emoh lah.Mbatiri ko ming kali.Mbatiri kweh angger ming kota,shoping,cuci mata apa kepriben.Mbatiri koh ming kali.Bebeh temen.”
Jaka Tarub : “ Oh…kaya kuwe ora gelem mbatiri.Ya wis,mangsa oraha angger neng kali ana sing bening-bening,arep ora tek wei ngerti.”
Butul neng kali…
ADEGAN KE III
Jaka Tarub : “ Aduh jan lega.… pisan…..eh tapi kayta ana sing sejen ya,deneng mambu wangi ana apa ya?kayane ambune sekang kulon.Jajal tek tiliki lah.
Wualah-wuualah apa nyong ora salah weruh,kae widadari lagi pada adus….ce…ce….ce….bening pisan kena nggo cuci mata kiye tah,tombo ngantuk.!!!!!!!!!
Oh ya aku duwe ide cemerlang,tek jukut lah salah siji slendange,talih ora teyeng bali.
Jaka Tarub njukut slendang sing jambon
ADEGAN KE IV
Widadari Ijo : ”Kanca-kanca ayuhlah pada bali maring kayangan,kayane aduse wis cukup,wis keset kiye koh….”
Widadari Kuning : “ Aduh biyung,nyong esih kepengin siblon,dela maning nin…..”
Widadari Abang : “ Tapi kayane wis sore loh,angger domaih Bapa tua kepriHow…..?”
Widadari Jambon : “ Ya wis lah mayuh pada ngandang…..”
Eh…..Slendange nyong neng endi ya?deneng Raib?”
Widadari Kuning : “ Tape deh….miki mbok wis de selah ngkono lah,degolet maning jajal?”
Widadari Jambon : “ Wis koh tapi ne ora nana,kepriHow yah,mengko nyong ora teyeng bali kepriwe biyunge-biyunge,……”
WidadariAbang : “ Ayuh cepetan wis sore mbok,Aku,Ijo karo Kuning bali disit nin..”
Widadari Jambon :” La nyong Keprihow neng kene,masa nyong detinggal dewekan? moh lah….moh…”
Widadari Ijo : “ Yaw is lah.Trima bae nasibe ko.”
Widadari Kuning : “ Mbon,aku pada bali disit ya…I’m sorry Good By….Sorry dory Stroberi Ya….”
Widadari Jambon akhire detinggal dewekan.Langka sing gelem mbatiri……
Ijik-ijik….Jaka Tarub teka kaya dadi pahlawan bae….
ADEGAN KE V
Widadari Jambon : “ Hikk…hikss…hiks…slendange nyong nengendi lah…kepriwe kiye…biyungelah…bapane….”
Jaka Tarub : “ Eh…Cah ayu,kenang apa nangis neng kono dewekan.Wis gedene semono masa nangis.Apa ora isin…”
Widadari Jambon : “ Slendange inyong ilang.”
Jaka Tarub ; “ Deneng bias ilang sich…”
Widadari Jambon : “ Hah!!!!Sapa kuwe sing takon.Deneng langka wujude.”
Jaka Tarub : “ Kiye aku neng kene.Nylinguk mburi ya….”
Widadari Jambon : “ Subhanalloh….!!!Rika sapa??Deneng ijik-ijik bisa neng kono.”
Jaka Tarub : ” Oh…Ko ora ngerti aku ya..?Ya wis,perkenalken,Aku Jaka Tarub.Pemuda sing paling cakep,paling ganteng,paling joss neng desa kiye,kaya kuwe.Nah siki giliran aku sing arep takon.Cah ayu dewek jenenge sapa,truz bisane neng kene anu kepriben critane.”
Widadari Jambon : ” Dadi rika Jaka Tarub.Anu sing cokan nggaweni tarub angger ana manten ya…?”
Jaka Tarub : ” Sembarangan…Kiye Jaka Tarub,udu tukang nggaweni tarub.”
Widadari Jambon : ” Oh…kaya kuwe.Ya wis,giliran aku yah.Aku kuwe Widadari Jambon.Nama bekenne Nawang Sasi.Aku teka sekang khayangan.Tapi sing dadi masalah,siki aku ora teyeng bali khayangan.Soale slendange aku ilang.”
Jaka Tarub : ”Ow…dadi kaya kuwe critane.Melasi temen…Ya wis,siki ko melu ksro aku bae yuh.”
Widadari Jambon : ” Melu maring ngendi lah.”
Jaka Tarub : ” Aja kakeyen takon si ngapa.Gari melu bae koh.Apa ko gelem tek tinggal dewekan neng kene.Hayuh…gelem ora?Mbok cokane angger wengi-wengi ana sing ngawe-awe.”
Widadari Jambon : ”Apa iya..!!!Lah ya emong.”
Jaka Tarub : ” Ya wis,mangkane melu aku bae.Sante bae..arep ora de apak-apakna ora.”
Widadari Jambon : “ Cak lho..!!!Ya wis,siki aku melu sampeyan.Tapi angger sampeyan macem-macem,tek tutuk lho…”
Jaka Tarub : “ Iya lah…”
Sa’wise kaya kuwe,Widadari Jambon akhire melu Jaka Tarub.Mbarang wis
Suwe…akhire Jaka Tarub karo Widadari Jambon pada seneng-senengan.
Banjur,akhire pengantenen.Lan akhire dikaruniai anak lanang.
ADEGAN KE VI
Para Widadari sing maune pada bali khayangan teka maning.Para Widadari
Kuwe olih perintah sekang Papih Raja supaya njemput Nawang Sasi bali.
Widadari Kuning : ” Mbon…Kepriwe kabare?Apik-apik bae mbok? Lawas ora ketemu ya…”
Widadari Jambon : ”Eh…Abang,Ijo,Kining.Aku apik-apik bae neng kene koh.Priwe kabare ko pada.Waras kabeh mbok.Kabare papih raja kepriwe?
Widadari Ijo : ”Aku karo kanca-kanca neng kana ya pada asih waras kabeh.”
Widadari Abang : ”Jen Aku tah heran karo ko.Bisane betah neng bumi.Ana apa janen.”
Widadari Jambon : ”Gyeh,tek critakna ya,Aku neng kene ketemu karo cowo sing ganteng banget.Jenenge Jaka Tarub.Kae sing nulungi aku pas aku detinggal neng ko pada.Trus siki aku wis mbojo karo Jaka Tarub, malah siki aku wis duwe anak lanang siji.Ya gantenge ora kalah kaya bapane.Jenenge Jaka Tajam.Di jukut sekang Ta sing berarti Tarub,Jam berarti Jambon.Keren mbok.
Widadari Abang : ”Ow…kaya kuwe critane.”
Widadari Jambon : ” Nah,ngomong-ngomong ko pada janen ming ngeneh dalam rangka apa?Tumben teka ngeneh.”
Widadari Kuning : ” Kaya kiye critane.Aku,Ijo,karo Abang diutus neng papih raja supaya njemput ko bali khayangan.Nggo ngapa urip neng kene.Ora kepenak ora.Asih mending urip neng khayangan.Apa-apa ana.”
Widadari Jambon : “ Tapi pangapura ya kanca-kanca.Aku ora bisa melu ko pada.Soale aku wis betah neng bumi.Maningan mengko nasibe anak bojone nyong kepriwe.Aku asih kepengin neng kene.”
Widadari Ijo : ” Dadi kye nyong sia-sia ming ngeneh.Aja kaya kuwe sih ngapa?”
Widadari Jambon : “ Sepisan maning pangapura lah ya.Aku ora bisa.”
Widadari Kuning : ” Ya wis angger kaya kuwe karepe ko.Tapi aku pada asih tetep ngarepna ko balik khayangan maning.Aku arep ora maksa.Sing penting ko seneng nyong ya melu seneng.”
Widadari Jambon : ” Makasih ya…wis pada pengertian karo aku.”
Widadari Abang : ” Ya wis,yuh pada bali.Wis sore kyeh.Mendung maning.Mengko neng ndalan kudanen kepriwe.”
Widadari Kuning : ”Mbon,aku bali ya…Da…dah……”
Para widadari kuwe akhire bali khayangan.Tapi Widadari Jambon tetep ora gelem bali.
Neng Ngumah………..
ADEGAN KE VII
Jaka Tarub : ” Yang….Gawekna wedang kopi ngeneh.Sore-sore kaya kiye kayane asik pisan medang kopi.”
Widadari Jambon : ” ya.Sabar.”
Jaka Tarub : ” Pancen angger rejeki ora gadang mingendi-ngendi.Bisa olih widadari sing ayu mbok apa ora josss pisan.Angger ganu ora tek jukut slendange,ndean aku ora bisa urip seneng kaya kiye.Tapi aja nganti Si Nawang ngerti.Angger ngerti brabe kyeh.Bisa kabur balik khayangan maning.Mengko aku dadi duda.Sorry ya…”
Widadari Jambon : ” Jen…bapake,karepe aben sore medang…bae.Apa ora bosen.”
Jaka Tarub : ” Ya ora koh.Wong sing nggawekna be bojone nyong sing paling….ayu.Jen,ayu pisan pokoke lah.”
Widadari Jambon : ” Bapake tah senenge gombal lho…mesti anu ana karepe.”
Jaka Tarub : ” Ngerti Bae.”
Widadari Jambon : ” Oh ya Pak.Berase wis entong.Ngesuk adange kepriwe?”
Jaka Tarub : “ Mbok beras sing wingi asih.Sedela temen entonge.”
Widadari Jambon : “ Asih jere sinten.Wong wis bersih klimit koh.”
Jaka Tarub : “ Oh ya,neng lumbung beras pedangan sebelah kulon toli asih ana berase.Wingi ana kiriman beras sekang kang Daslam.”
Widadari Jambon : “ Jajal tek tiliki ya Pak.”
Jaka Tarub : ”Ya nganah.”
Neng lumbung beras kuwe,ijik-ijik Widadari Jambon nemu slendang warna
Jambon.Mirip kaya slendange sing ganu ilang.Widadari Jambon curiga,apa
Iya, Jaka Tarub sing njukut slendange.
Widadari Jambon kesuuuuh…pisan.
ADEGAN KE VIII
Widadari Jambon : “ Pak, aku arep takon.Penting benget!!!Kye masalah slendange nyong sing ganu ilang.Pak,kenapa bisa slendange aku ana neng lumbung wadah beras?Andang-andang,Bapak sing njukut slendange aku ganu ya…???
Jaka Tarub : ”Hah…slendang?Slendang apa?Aku ora ngerti.”
Widadari Jambon : “ Lah…usah mungkir.Ngaku bae Pak.Aku bener-bener kecewa karo bapak.Wis tek bela-belani ora balik khayangan,eh ternyata sing njukut slendange aku ganu malah wong sing paling aku tresnani.
Teganya….teganya….teganya…
Jaka Tarub : ” Pangapurane Yang…Aku bener-bener njaluk pangapura.Aku ora ngerti bakalan kaya kiye akhire.”
Widadari Jambon ; ”Pak…aku kuciwa…kuciwa.Sedih atiku…”
Aku ora bisa kaya kiye terus.Aku wis dilomboni.Aku kudu lunga sekang ngene.Pak,tulung jaga Jaka Tajam sing bener.Aku titip tulung derumat.Aja ngasi kurangen pangan.Wis…Aku lunga ya…Slamat tinggal…..
Jaka Tarub : ” Yang….aja lunga lah…aja tinggalna aku dewekan neng kene.Melasi Jaka Tajam.Masa aku dadi DUDA…..
He…he…Hiks…hiks….
Widadari Jambon akhire balik maring khayangan.Anak siji-sijine karo bojone
Detinggal lunga dewekan.Saben ana pelangi,Widadari Jambon ngintip
keadaane anake sekang langit.
Jaka Tarub banjur dadi DUDA……………………
TAMAT

Batu Gantung (Legenda Kota Parapat)

Alkisah, di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.
Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa. “Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.
Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong.
Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.
“Toloooonggg……! Toloooonggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

      Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa. Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat. “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..
Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya. “Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu. “Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.
Sepasang suami istri itu pun menyimpulkan bahwa Seruni sedang dalam bahaya. Mereka memutuskan untuk mengikuti si Toki mencari Seruni. Ibu Seruni mencari obor, sedangkan ayah Seruni mencari bantuan ke tetangga. Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu. Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”
Ayah dan ibu Seruni mendengar suara anaknya dari dalam lubang batu. Ibu Seruni heran mendengar teriakan anak gadisnya itu. Mereka pun menjadi sangat cemas dan khawatir. Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.
“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni. “Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.
Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.
“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”
“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.
Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.
Akan tetapi, istri dan para tetangganya mencegahnya. Mereka bilang lubang itu sangat dalam dan gelap, sehingga sangat berbahaya. Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.

Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.
Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”
Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”. Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Cerita Rakyat Sumatra Utara : Legenda Putri Bidadari “Si Boru Natumandi Hutabarat”

Gadis ini selalu dipingit oleh kedua orangtuanya karena parasnya yang cukup cantik bak seorang bidadari. Di zamannya, gadis ini diyakini yang tercantik diantara gadis-gadis di Silindung (Tarutung). Tak heran, banyak pria yang tergila-gila kepadanya. Namun gadis ini menurut cerita masyarakat dan keturunan keluarganya yang saat ini masih hidup terakhirnya menikah denan seekor ular.

Berawal saat si Boru Natumandi di usianya yang sudah beranjak dewasa, memiliki pekerjaan sehari-hari sebagai seorang petenun ulos. Di sebuah tempat khusus yang disediakan oleh orangtuanya, setiap hari si Boru Natumandi lebih sering menyendiri sambil bertenun, kesendirian itu bukan karena keinginanya untuk menghindar dari gadis-gadis desa usianya, namun karena memang kedua orangtuanya-lah memingit karena terlalu sayang.

Salah satu warga Desa Hutabarat yakni Lombo Hutabarat (51) yang mengaku satu garis keturunan dengan keluarga si Boru Natumandi belum lama ini berkata, bahwa dulunya kampung halaman si Boru Natumandi adalah di Dusun Banjar Nahor, Desa Hutabarat, namun dusun itu pindah sekitar 500 meter dari desa semula dan sekarang diberi nama Dusun Banjar Nauli.

Dikatakan Lomo Hutabarat, bahwa dari 3 anak si Raja Nabarat (Hutabarat) antara lain Sosunggulon, Hapoltahan dan Pohan, Si Boru Natumandi dikatakan berasal dari keturunan Hutobarat Pohan. Sementara itu keturunan Si Boru Natumandi lainnya yakni L Hutabarat (76) mengisahkan, bahwa dia juga tidak mengetahui persis ceruta yang sebenarnya tentang si Boru Natumandi, menurutnya ada beberapa versi tentang legenda gadis cantik ini.

Berikut kisah Si Boru Natumandi yang diketahui L Hubarat. Suatu hari di siang bolong, Si Boru Natumandi sibuk bertenun di gubuk khususnya, tiba-tiba seekor ular besar jadi-jadian menghampirinya, konon ular tersebut dikatakan orang sakti bermarga Simangunsong yang datang dari pulau Samosir. Saat ular itu berusaha menghampiri Si Boru Natumandi, ia justru melihat sosok ular tersebut adalah seorang pria yang gagah perkasa dan tampan. Saat itu lah, sang ular berusaha merayu dan mengajak Si Boru Natumandi untuk mau menikah.

Melihat ketampanan dan gagahnya sang ular jadi-jadian tersebut, Si Boru Natumandi akhirnya menerima pinangan tersebut, setelah pinangannya diterima, sang ular kemudian mengajak Si Boru Natumandi untuk pergi menuju arah sungai Aek Situmandi dan melewati tempat permandian sehari-hari Si Boru Natumandi di Sungai Aek Hariapan. Dari tempat itu, mereka meninggalkan pesan kepada orangtua Si Boru Natumandi dengan cara menabur sekam padi dari tempat bertenun hingga ke Liang Si Boru Natumandi

itu artinya agar Bapak/Ibu dan semua keluarga mengetahui kalau dia telah pergi dan akan menikah dengan seorang pria, dimana sekam padi tersebut bermakna sampai dimana sekam ini berakhir, disitulah Si Boru Natumandi berada.

Sore harinya, saat kedua orangtuanya pulang dari perladangan,mereka mulai curiga melihat putri semata wayang mereka tidak ada ditempatnya bertenun dan juga tidak ada dirumah, akhirnya kedua orangtuanya memutuskan untuk memberitahukan warga sekitar untuk melakukan pencarian. Melihat sekam padi yang bertaburan bak sebuah garis pertanda dan tak kunjung ditemukan si Boru Natumandi hingga keesokan harinya, akhirnya taburan sekam di tepi sungai aek situmandi berujung disebuah liang/gua yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari kampung Si Boru Natumandi diyakini kalau siBoru Natumandi menikah dengan seekor ular.

Namun versi cerita lainnya, ternyata si Boru Natumandi tidak menikah dengan siluman ular yang bermarga Simangungsong, akan tetapi siluman ular tersebut malah meninggalkan Si Boru Natamandu begitu saja di sebuah hamparantak berpenduduk.

Setelah ditinggalkan begitu saja, Si Boru Natamandi terus menerus menangis karena telah tertipu olrh siluman tersebut, namun ketika itu seorang pengembala datang dan menghampirinya, pengembala tersebut juga terpikat melihat keindahan tubuh dan kcantikannya, lalu si pengembala mengajaknya agar mau menikah dengannya. Konon dalam versi ini, si pengembala tersebut dikatakan bermarga Sinaga.

Si pengembala kemidian membawa Si Boru Natumandi ke pulau Samosir untuk dinikahi. Berselang beberapa generasi keturunan Si Boru Natumandi dan si pengembala bermarga Sinanga tersebut di Samosir, keturunannya dikatakan pernah berusaha mencari asal usul si Boru Natumandu (untuk mencari Tulang/paman). Usaha pun dimulai dengan menyeberangi Danau Toba dengan sebuah perahu kayu menuju kota Tarutung dngan membawa sejumlah makanan khas Batak. Namun sesamapainya di Sipoholon (Kota sebelum Tarutung saat ini) adaketurunan Hutabarat Pohon bermukim disana, yakni dari keturunan Raja Nabolon Donda Raja.

Saat rombongan bertanya tentang Si Boru Natumandi, keturunan Raja Nabolon Donda Raja yang tinggal di Sipoholon langsung mngakui kalau merekalah keturunan Si Boru Natumandi, dan saat itu makanan yang dibawa keturunan Si Boru Natumandi langsung mereka terima hingga akhirnya acara syukuran pun dilakukan. Padahal keturunan Si Boru Natumandi sebenarnya adalah anak kedua dari si Hubarat Pohon yakni si Raja Nagodang yang sampai saat ini madih ada tinggal di Dusun Banjar Nauli.

Setelah acara syukuran dilakukakn, rombongan keturunan Si Boru Natumandi pun berangkat kembali ke Samosir untuk memberi kabar kepada keluarga. Namun saat menyeberangi Danau Toba perahu yang mereka tumpangi tenggelam hingga semua yang ada dalam perahu meninggal dunia.

Versi selanjutnya, Si Boru Natmandi dikatakan menikah dengan resmi, hal ini menurut L Hubarat, karena ejak dia asih kecil penah melihat ebuah guci yang terbuat dari kayu tempat mas kawin Si Boru Natumandi di rumah saudarnya Boru Simatupang. Saat itu Boru Simatupang mengatakan kepada L Hubarat bahwa guci tersebut adalah tempat mas kawin Si Boru Natumandi.

Guci tersebut konon memiliki sejarh tersendiri,dimana isi guci tersebut hanya dipenuhi kunyit yang suatu saat akan erubah menjadi kepingan/batangan emas, hal ini diberikan dan dipastikan keluarga suami Si Boru Natumandi yang memiliki kesaktian dan selanjutnya kepada orangtuanya diminta untuk tidak membuka guci tersebut sebelum tujuh hari tujuh malam. Akan tetapi, orangtua Si Boru Natumandi melanggar permintaan tersebut.

Setelah kedua orangtuanya membuka guci itu, ternyata kunyit tersebut sudah mulai berubah menjadi batangan emas murni. Nasib sial pun dialami kedua orangtua Si Boru Natumandi kala itu. Tatkala usia orangtua Si Boru Natumandi beranjak ujur, akhirnya mereka menimbun emas di Dolok Sipatini (Masih di Desa Hutabarat) karena takut akan menjadi bahan rebutan bagi adik-adiknya dan keluarganya (dari pihak laki-laki) suatu saat nanti, sebab banyak diantara keluarganya yang mengetahui tentang kisah guci ini.

Lutung Kasarung

Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.

Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
Sumber : http://legendakita.wordpress.com/2008/08/22/lutung-kasarung/
Naskah Drama Komedi
Lutung Kasarung

Babak 1
Di sebuah Kerajaan di Sumatra Barat, terdapat seorang Raja yang bijaksana, perhatian, baik, pandai, ulet, kerja keras, dan lain sebagainya yang bernama Prabu Tapak Agung. Beliau memiliki dua orang puteri Nan cantik dan Imut bernama Purbabarang yang biasa dipanggil “Barang” dan Purbasari yang biasa dipanggil “Sari”.
1. Raja Prabu : “Putri-putriku yang manis, ayahmu yang tampan ini ingin melihat kalian.”
2. Sari : “Baik ayahanda.” (menunduk memberi salam kepada ayahnya)
3. Raja Prabu : “Di mana kakakmu, Sari?”
4. Barang : (masuk ke istana Raja dengan berpakaian ala modern) “ahoi, ayahanda, ada apa dikau mencari hamba?”
5. Sari :”Kakak, sopanlah sedikit kepada ayah!”
6. Barang : “Apa-apaan kamu? Mau melawan saya!” (mengeluarkan sarung tinju dari tas)
7. Raja Prabu : “Hentikan kalian berdua! Huff… ayahmu ini sudah tua… sekarang ayahanda memanggil kalian karena suatu alasan. Sebenarnya, ayah… ingin mencari istri baru dan berwisata mancanegara”
8. Sari dan Barang : “APA!”
9. Raja Prabu : “ya begitulah sebenarnya alasan ayahanda memanggil kalian berdua. Karena itu ayah ingin menitipkan takhta kerajaan kepadaMu” (menunjuk Sari)
10. Barang : “Whad?? Oh please deh! Masa takhta kerajaan di kasih ke kerdil ini?(menunjuk Sari), By the way ayahanda, Saya kan putri sulung, seharusnya kan saya yang lebih pantas jadi Ratu, githu lowww!”
11. Raja Prabu : “Ya pokoknya ayah maunya Sari yang jadi Ratu (berwatak cengeng) Papa tidak mau tahu, yang penting apa yang telah papa kataka sudah menjadi perintah.”
Perkataan Raja Prabu membuat Barang marah, sehingga Barang memutuskan untuk pergi dari Kerajaan

Babak 2
Akhirnya Barang pergi ke sebuah Gunung. Di sana ia menemui seorang nenek Lampir.
12. Nenek lampir : “Ada apa nak engkau datang ke tempatku? Hihihihi…”
13. Barang : “Nenek, saya ingin nenek mengutuk Purbasari saudara saya agar ia menjadi orang terjelek yang paling jelek dari yang terjelek sedunia.”
14. Nenek Lampir : “Baiklah nak, tapi mana bayaran nenek?”
15. Barang : “haaa! Baiklah, ni seribu rupiah buad nenek.” (mengeluarkan dari kantong)
16. Nenek lampir : “eleee, kepiye toh, seribu ma tidak cukup kali buad jampi-jampi. Siniin semua duit lo!”
17. Barang : waah nenek, gaul juga ya. Nenek, saya mohon jampi-jampiin Sari ya.” (Pergi meninggalkan gunung)
18. Nenek Lampir : (memulai ritual) “ohm bala bala chiki-chiki bum-bum, Sari nan bullet chiki-chiki bum-bum, jadilah terjelek dan amit-amit bum-bum” (menari dengan tarian yang aneh)

Babak 3
Kemudian Barang kembali ke istana, di sana ia melihat ayahanda yang siap berlayar mancanegara dengan pakaian casualnya. Di sampingnya terdapat Sari yang mendampingi ayahnya dengan penuh perhatian.
Esok harinya.
17. Sari : “Tidaaakkkkkkkkkkkk!!!!!!!!!!!!”
18. Barang : “Kenapa Sari?! (syok melihat keadaan Sari) haaaaaa!”
19. Sari : “Kak, kulitku menjadi sangat bersisik dan mukaku menjadi seekor ikan buntel, kak!”
20. Barang : (Berbicara di dalam hati) “Ini kesempatanku untuk mengusir Sari.”
(Pengawal istana masuk ke dalam kamar Sari)
21. Pengawal : “Yang mulia Sari, kenapa bisa begini? Apa yang terjadi?”
22. Barang : “Orang yang dikutuk seperti Sari tidak boleh menginjakkan kaki di istana ini. Pengawal, usir dia!”
Para pengawal kemudian mengasingkan Ratu Sari ke sebuah Hutan.
Babak 4
Karena tubuh Sari yang begitu jelek dan menjijikan, sehingga semua pengawal meninggalkannya begitu saja di hutan belantara. Sari sangat sedih karena tidak ada seorang pun manusia dan binatang-binatang yang ingin menemaninya. Ia selalu merasa terkucilkan setiap harinya. Suatu hari, seekor monyet datang menghampiri Sari yang sangat kelaparan.
23. Sari : “Terima kasih monyet, karena hanya engkaulah satu-satunya temanku di hutan ini.” (Menitikkan air mata dan FREEZE)
24. Narator : “Hati sang monyet bergetar (Bergoyang-goyang ala matriks dan membaca dengan nada hiperbola) sang monyet tidak rela meninggalkan putri yang buruk rupa tersebut. Tersadarlah hati Sang monyet untuk menolong putrid nan pendek, bulad, jelek, bersisik, dan bermuka ikan tersebut. (Sari dan monyet keluar dari panggung, Barang dan pengawal lainnya masuk ke panggung) Kemudian di istana, suasana telah berubah.
25. Barang : (berpesta ria dengan berdansa R&B) “hey kalian, mari kita berdansa ria! Hahahahaha….”
26. Pengawal : “it’s fun. We like it man.”
27. Barang : “hmmm.. aku mulai khawatir dengan keadaan Sari, aku ingin sekali melihat keadaan dia.”

Babak 5
Setiap hari di istana selalu mengadakan pesta-pesta modern, sehingga keadaan istana menjadi kacau. Di waktu yang sama, Sari selalu ditemani sang monyed, ia merasa sangat bahagia bila berada di sisi sang monyet.
28. Sari : “Monyet, terima kasih karena engkau bersedia menemaniku hingga hari ini.”
29. Monyet : “Nguk.nguk.nguk.nguk….” (menunjuk kearah danau)
30. Sari : “kenapa nyed-nyed? Ada sesuatu yang anehkah di danau tersebut?” (pergi menuju ke danau)
31. Monyed : (menceburkan Sari ke danau) “Nguikkkkk…”
32. Sari : “kamu nakal sekali yah, menceburkan aku ke danau!” (jengkel dan akhirnya menarik monyet tersebut ke danau)
33. Monyet : “nguk..nguk..nguk..” (perlahan-lahan wujud Sari berubah menjadi cantik dan Sang monyet berubah menjadi manusia)
34. Sari : “huaaaaa! Siapa kamu???”
Kemudian Barang berkunjung ke hutan dan melihat Sari yang telah berubah menjadi sangad cantik bersama seorang pria tampan di sebelahnya.
35. Monyet : “kenalkan putri Sari, nama saya Lutung, LutungKasarung.”
36. Barang : (memotong pembicaraan) “Apa-apaan ini? Aku hendak mengunjungimu Sari. Tapi yang kulihat. Kalian berdua sedang mandi bersama! (Kaget, dan mendadak sakit jantung kemudian meninggal)
37. Sari : (mencekik kakaknya yang jatuh) “kakak, kakak salah paham! Huaaaaa…..”
38. Pengawal : (semua pemain dalam posisi FREEZE kecuali pengawal) “Ya karena puteri Prabubarang telah meninggal maka dari itu sekarang takhta kerjaan berpindah alih ke puteri Prabusari.”
39. Sari : “heeee???”
40. Monyet : “Puteri terimalah takhta kerajaanmu dan perbaikilah seisi istana agar menjadi lebih baik.”
41. Sari : “Terima kasih, Lutung.”

Babak 6
Setelah kematian kakaknya, Istana R&B berubah ,menjadi sebuah istana yang makmur dan damai. Putri Purbasari memimpin Kerajaan bersama dengan Lutung Kasarung, pria idamannya yang telah dibayangkan sejak kecil. Dan setelh itu mereka berdua hidup bahagia. Sedangkan Raja Prabu berhasil mendapatkan istri baru dan melanjutkan Wisata mancanegara mereka ke Puau Hawai untuk berbulan madu.

Untuk lebih lengkapnya silahkan download langsung di bawah ini

Cerita_dan_Naskah_Drama_Komedi_Lutung_Kasarung

AnakWayang

silahkan langsung download aja file nya

contoh naskah drama atau theater judul : bisik-bisik tetangga

naskah nya cukup bagus, cocok lah untuk ditampilkan di pagelaran theater atau drama.

sang-mandor

buat yang lagi butuh naskah drama silahkan langsung download file nya.