Naskah Drama Asal Mula Lomba Bidar

Posted: 26 Maret 2015 in Naskah Drama
Tag:,
  • ASAL MULA LOMBA BIDAR

Lomba bidar adalah lomba mendayung perahu yang dinamai ‘bidar’. Seni ini sudah ada sejak dahulu kala.

Konon,menurut cerita lomba bidar bermula dari peristiwa Putri Dayang Merindu. Seorang gadis cantik jelita yang tinggal di hulu kota Palembang. Ia adalah anak tunggal,dari ayah yang bernama Syah Denar. Syah Denar memiliki teman sekampung yang sama-sama seorang saudagar bernama Tuan Andil yang memiliki anak bernama Dewa Jaya,yang merupakan teman sejak kecil Dayang Merindu.

Beranjak dewasa,Dewa Jaya dikirim orang tuanya ke beberapa negeri lain untuk menuntut ilmu bela diri. Bertahun-tahun menuntut ilmu,akhirnya ia kembali pulang.

BABAK I
Dewa Jaya       : (mengetuk pintu rumah Dayang Merindu)..”Assalamualaikumm..”
Dayang Merindu : “Wa’alaikum salam..eh,kang Dewa…Kapan kembali pulang ke sini?”
Dewa Jaya       : “Barusan kemarin, akang pulang…”
Dayang Merindu : “Oh..Silahkan masuk,kang…saya sudah tidak sabar ingin mendengar cerita atas perjalanan akang…”(mengajak Dewa Jaya masuk)

Terjadilah percakapan hangat antara Dewa Jaya dan Dayang Merindu. Sepulangnya dari rumah Dayang Merindu,Dewa Jaya mengutarakan maksud ingin melamar Dayang Merindu menjadi istrinya,kepada ayah ibunya. Ayah ibunya langsung setuju dan esoknya,pergi ke rumah Dayang Merindu,membicarakan perkawinan yang dimaksud. Namun begitu ditanya demikian, Dayang Merindu langsung menolak dengan halus maksud Tuan Ali dan istrinya itu.

Dayang Merindu : “mohon ampun pada ayah dan bunda. Belum tersirat rasa cinta di hati saya   terhadapnya. Oleh karena itu,saya belum mau mengatakan bersedia menjadi istrinya. Namun, saya tidak akan durhaka pada orang tua”

Syah Denar dan istrinya berpendapat,mungkin karena Dayang Merindu baru berusia Sembilan belas tahun,belum ada hasrat bercintaan dengan pemuda. Ketika Tuan Adil datang melamar, Syah Denar menerimanya sebagai ikatan pertunangan.

 

BABAK II

Sementara itu,di hilir sungai musi, ada seorang pemuda bernama Kemala Negara,anak keluarga petani miskin di tepi sungai musi. Selama merantau mencari nafkah ke negeri lain,dia banyak belajar ilmu bela diri. Pada suatu hari,kemala Negara berenang bersama teman-temannya di sungai musi, saat mereka melihat sebuah cawan tembaga kecil hanyut terapung di tengah sungai. Mereka pun mengambilnya.

Teman 1          : “biasanya cawan dan bunga serta minyak yang wangi seperti ini adalah bahan keramas cuci rambut wanita”
Kemala Negara : “Benar. Apakah sebabnya benda seanggun dan semahal ini hanyut? mungkin ada pria jahat yang mengganggu wanita yang sedang keramas itu. Kita harus mengembalikannya”
Teman 2          : “Benar,coba lah kau cari siapa pemiliknya, Kemala..mana tahu nasib baik, pemiliknya seorang gadis cantik. Sepadan dengan engkau..”

Kemala Negara setuju dengan pendapat temannya. Disimpannya cawan itu tanpa mengusik isinya. Hari itu juga, dia sendiri berperahu menghulu ke sungai musi.
Dua hari berperahu menghulu,terus bertanya dan bersua dengan seorang gadis yang sedang mengambil air. Gadis itu tersenyum menjawab,saat ditanyai pemilik cawan tersebut.

Gadis               : “Benar,tuan muda. Ini cawan keramas milik temanku. Namanya adalah Dayang Merindu. Tiga hari yang lalu,kami mandi beramai-ramai. Dia keramas mencuci rambutnya. Diletakannya cawan ini di rakit dan kami mandi bermain simbur-simburan. Dia sangat risau karena cawannya hanyut”
Kemala Negara : “ Terima kasih..tolong Adik kembalikan padanya..”
Gadis               : “Tuan muda sendirilah yang mengembalikannya. Itu rumahnya di hulu situ. Pasti dia sangat berterima kasih pada tuan..”
Kemala Negara : “ah..tolonglah adik yang kembalikan..saya khawatir nanti dia mengira cawannya saya yang ambil..”
Gadis               : (tersenyum)..”Tidak,Tuan uda. Dayang Merindu adalah gadis paing cantik di kampong ini. Sangat rendah hati dan ramah. Tuan muda sudah menemukan dan dua hari berturut-turut mengantarkannya ke sini.
Kemala Negara : “Tolonglah, dik..”
Gadis               : (tertegun)..”baiklah..sebentar lagi saya akan ke rumahnya. Kami akan mandi ramai-ramai petang ini. Nanti saya akan menceritakan semua kepadanya. Tuan muda tunggu kami di tepi semak jalan tepian mandi. Serahkan langsung padanya”

Kemala Negara menyetujuinya.

BABAK III
Kemala Negara menunggu seperti yang gadis tadi suruh. Ketika dilihatnya gadis tadi datang bersama empat gadis,dapatlah dia menduga yang mana gerangan Dayang Merindu. Ketika saling pandang dari jarak yang jauh dengan Kemala Negara, pertama kali dalam hidupnya, Dayang merindu merasakan debaran jantungnya berdebar tidak karuan. Ia kagum akan Kemala Negara yang bertubuh kekar dan tampan. Kemala Negara membungkuk tanda hormat. Dayang merindu langsung berujar

Dayang Merindu : “ temanku ini sudah menceritakan semuanya. Alangkah tingginya baik budi tuan, telah menemukan dan bersusah payah mengembalikannya pada saya. Bagaimana saya bisa berterima kasih?”
Kemala Negara : “ Maaf, puteri jelita..terimalah cawan ini..saya ikhlas mengembalikannya pada pemiliknya kembali..apalagi,pemiliknya seorang gadis cantik nan jelita seperti mu..”
Dayang Merindu : (tersipu malu)..”ah, tuan ini bisa saja..panggil saja saya Dayang Merindu”
Kemala Negara : “Nama saya Kemala Negara..panggil saja saya Kemala..”

Keduanya saling merasakan api cinta pertama yang bergelora dalam dada.
Dayang Merindu : “Saya ingin mandi bersama teman-teman saya..Bolehkah kita bersua lagi?”
Kemala Negara : “ Saya juga ingin berkata begitu. Saya akan menunggu di jalan ini..setelah Engkau selesai mandi..”
Mereka pun berjanji dalam hatinya masing-masing.

BABAK IV

Kemala Negara dan Dayang Merindu menjadi akrab sekali, dan mereka saling mencintai satu sama lain. Tiga hari lamanya kemala Negara berada di kampong itu. Begitu pulang ke kampungnya, ia langsung mengatakan keinginannya untuk memperistri Dayang Merindu kepada kedua orang tuanya. Tapi, begitu orang tua Kemala Negara datang melamar Dayang merindu..Namun,alangkah kecewanya mereka, ketika Syah Denar menolak lamaran mereka dengan alasan Dayang Merindu sudah dipertunangkan dengan Dewa Jaya.
Kemala Negara sangat marah pada Dewa Jaya. Didatanginya kediaman Dewa Jaya.

Kemala Negara : “HAI DEWA JAYA!!KELUAR KAU!!
Dewa Jaya       : (keluar dari rumah)..”ada apa teriak-teriak?
Kemala Negara : :AKU MENANTANG ENGKAU BERTANDING!!! SATU LAWAN SATU..JIKA KAU KALAH, DAYANG MERINDU AKAN MENJADI MILIKKU, DAN JIKA AKU KALAH, KAU BEBAS MEMILIKI DAYANG MERINDU!!!

Dewa Jaya setuju karena ia begitu mencintai Dayang Merindu dari kecil. Diumumkanlah ke seluruh kampong akan diadakan pertandingan. Seluruh penduduk pun berkumpul menyaksikan. Hanya Dayang Merindu yang tak mau keluar rumah. Dia cemas kalau Kemala Negara kalah.
Setengah hari penuh,diadakanlah pertandingan pencak silat. Ternyata,tak ada yang kalah. Oleh karena itu, datuk desa memutuskan, pertandingan dialihkan ke peretandingan bidar,salah satu pertandingan yang merupakan keramat bagi desa itu. Siapa yang lebih dahulu sampai finish, dialah yang menang,dan berhak menjadi suami Dayng merindu.
Pada hari yang ditentukan,seluruh penduduk menyaksikan di tepi sungai musi. Kedua pemuda itu mendapat sebuah perahu kecil,lengkap dengan dayungnya. Seluruh penduduk berdebar-debar menyaksikan siapa yang menang. Namun, ketika Kemala Negara dan Dewa Jaya bersamaan masuk finish, mereka terkapar di perahu masing-masing. Ketika di temui, mereka sudah tidak bernyawa lagi.

 

BABAK V

Mendengar berita akan tewasnya kedua pemuda itu, dayang merindu langsung meninggalkan rumahnya dan menuju pendopo, tempat mayat Kemal Negara dan Dewa Jaya dibaringkan. Dayang Merindu langsung berkata pada datuk yang duduk di kursi kehormatan dekat kedua mayat tersebut.

Dayang Merindu : “ saya dan Kemala Negara saling mencintai. Akan tetapi, saya juga tahu bahwa Dewa Jaya juga mencintai saya.. maka saya ingin berlaku adil untuk keduanya. Saya mohon pada datuk untuk membelah tubuh saya menjadi dua. Yang sebelah, mohon dikuburkan bersama Kemala Negara, dan sebelahnya lagi dikuburkan bersama Dewa Jaya..”

Para hadirin dan datuk tercengang pada Dayang Merindu. Sebelum semuanya sempat berkata apa-apa, Dayang merindu menusukkan sebilah pisau yang sudah dilumuri racun ke dada nya dan mati seketika.
Konon, para penduduk setempat sangat menghormati Dayang merindu yang sudah berlaku adil pada orang yang dicintainya dan mencintainya. Mereka mengadakan acara untuk memperingti Dayang merindu, dan acara tersebut dinamakan lomba bidar.

TAMAT

Tinggalkan komentar